Cerita di Balik Sebuah Foto

Saturday, April 12, 2025




Cerita di balik sebuah foto



Cerita di Balik Sebuah Foto


Saya cukup senang menjadi emak gifo alias gila foto yang di setiap momen selalu meninggalkan jejak foto dan sesekali video. Rasa Syukur itu semakin terasa setelah mama meninggal dunia karena di antara tujuh bersaudara, sayalah yang paling banyak memiliki foto bahkan video yang mengabadikan kebersamaan kami.


Manakala kerinduan itu datang menyapa, saya tinggal melihat-lihat foto beliau sebab tak mungkin lagi datang menemuinya apalagi menyapanya.


Selain foto-foto bersama mama ada juga foto-foto kegiatan saya, baik kegiatan di sekolah maupun kegiatan organisasi serta kegiatan komunitas. 

 

Oh yah, sebelumnya saya mau bercerita terlebih dahulu tentang betapa pentingnya mengabadikan suatu peristiwa, baik dengan berfoto maupun memvideo. Setidaknya sebagai bukti bahwa kita pernah berada di momen itu.

 

Namun, sebelumnya, saya mohon maaf buat kawan-kawan yang tidak mau difoto dan tidak mau memosting fotonya di media, saya menghormati pilihan kalian. 

 

Cerita Pertama

 

Adik ipar saya beberapa tahun menjadi pelaut yang bekerja di kapal-kapal pesiar luar negeri. Berbagai negara sudah pernah ia singgahi, dari negara-negara di benua Australia hingga negara di benua Eropa.


Saat pengalaman melaut dan mengunjungi negara-negara itu ia ceritakan kepada anak-anaknya, tak ada satu pun anaknya yang percaya.

Katanya, mana buktinya? Mana foto bapak ketika singgah di negara-negara yang bapak ceritakan itu? Si bapak hanya garuk-garuk kepala, karena beliau termasuk orang yang anti kamera.

 

Cerita Kedua

 

Dulu suami saya juga begitu, anti difoto apalagi divideo. Paling kesal ketika kami bertiga mama menunaikan ibadah haji. Saya yang suka berfoto dan memfoto apa saja serta memvideo selalu kena tegur.


“Ah, kamu itu, kerjanya video-video terus, foto-foto terus. Narsis!”


Namun, dasar saya yang kadung suka memfoto dan memvideo, tidak peduli. Saya tetap melakukan aktivitas itu diam-diam, dan paling sering saya mengabadikan mama saya di atas kursi rodanya. 

Untungnya mama senang-senang saja dan mungkin sudah pasrah melihat kelakuan anaknya.



foto di Tanah Suci
Dokumen Dawiah


Sekarang, kebalikannya. Jika kami jalan, beliau duluanlah yang sibuk memfoto saya dan paling sering selfi sendiri. 


Apa sebabnya?


Jadi, ceritanya ketika balik dari tanah suci, saya memperlihatkan foto-foto dan video-vodeo selama di sana kepada anak-anak dan saudara-saudara sambil menceritakan pengalaman di sana terutama cerita dan foto-foto mama. 


Lalu beliau bertanya. “Mana fotoku?”


Saya jawablah dengan santai, “Tidak ada, kan, kita maraika kalau mauki kufoto.”  


"Tidak ada, kan, bapak marah kalau mau difoto.”


Hm, saya puas melihatnya kecewa, hahaha.

Mungkin sejak saat itulah, beliau tidak mau lagi melewatkan suatu momen tanpa mengabadikannya.

Bahkan saat umroh kemarin, foto beliaulah yang paling banyak, hahaha.


 

Umroh Syawal 1445 H
Dokumen Pribadi (Dawiah)

 

Sebenarnya hobi berfoto dan mengoleksinya sudah sejak lama saya lakukan, tetapi dahulu sebelum bisa berfoto lewat kamera digital, untuk berfoto biayanya lumayan mahal. Kalaupun bisa numpang berfoto di kamera kawan, biaya cetaknya juga tidak murah.


Yang seumuran dengan saya, pasti masih ingat proses berfoto dan menghasilkan suatu foto dengan kamera analog dengan film.  Biasanya menggunakan kamera SLR (Single-Lens Reflex) atau kamera poket dengan film 35mm. Harus memasukkan roll film ke dalam kamera sebelum memotret. Lalu film negatif harus dicuci dan dicetak. Pokoknya ribet dan pasti tak semudah sekarang. 


Namun, itu tak menyurutkan semangat saya untuk mengabadikan setiap momen penting dalam hidup saya demikian juga teman-teman lainnya. 

Nah, berikut ini adalah foto-foto lama yang berhasil terselamatkan oleh api ketika rumah saya kebakaran pada tahun 2015.

Berikut ini adalah beberapa foto tahun 1980-an dan cerita apa di baliknya.


 

Foto Tahun 1980 - Tahun 1986


Foto Tahun 1980


Foto ini diambil saat saya menjadi protokol acara perpisahan SMP di sekolah saya. Muka saya cemberut memandangi bungkusan hadiah di atas meja. Waktu itu, saya tidak menyelesaikan tugas protokol karena kecewa, ternyata nama saya tidak masuk sebagai siswa terbaik padahal setiap kali menerima rapor, saya selalu mendapatkan nilai terbaik minimal terbaik di kelas saya. 

Saya pernah menuliskan sekilas tentang hal ini di sini.

 

 

Foto Tahun 1981


Foto tahun 1981 ini diambil ketika saya sudah SMA kelas 2 di rumah teman. Waktu itu salah seorang teman mengadakan acara pesta ulang tahunnya yang ke-17. Kalian carilah, di mana saya di antara teman-teman dengan ekspresi ceria dan lucu khas anak remaja tahun 80-an.

 

Foto Tahun 1982

 

Ini adalah foto seusai pentas drama pada kegiatan PORSENI antar kelas. Saya lupa peran yang saya lakoni, yang pasti yang memakai tongkat itu adalah Daniel yang berperan sebagai siswa yang bandel, suka ngebut dan akhirnya mendapat kecelakaan. Bisa ditebak endingnya kan? Dia menjadi pincang dan ke sekolah harus memakai tongkat. Untungnya itu hanya sketsa drama dan tidak terjadi di kehidupan nyata. 


Berikut ini adalah ketiga peristiwa yang terangkai dalam foto-foto tersebut.



www.mardanurdin.com
Foto Dokumen Dawiah


 

Foto Tahun 1984

 

Pada tahun 1984, saya telah menjadi mahasiswa semester 2 di IKIP Makassar sekaligus menjadi guru honorer  di SMP saya dahulu bersekolah. Foto ini diambil ketika saya mendampingi siswa-siswi saya dalam kegiatan Pramuka.


Pada tahun yang sama, saya difoto diam-diam oleh kakak senior lalu beliau mencetaknya dan menghadiahi saya saat berulang tahun yang ke-20 tahun. Nah, kamu bisa menebak usia saya sekarang, kan? 


www.mardanurdin.com
Foto Dokumen Dawiah


 

Foto Tahun 1985 


Pada tahun 1985, saya dan teman-teman organisasi IPM ke Solo menghadiri Muktamar Muhammadiyah ke-41 sebagai penggembira. Salah satu destinasi wisata yang kami kunjungi adalah Candi Borobudur. 


Kami meluangkan waktu naik bis dari Solo ke Yogyakarta untuk mengunjungi candi yang fenomenal itu, dan itulah pertama kalinya saya mengunjungi Yoyakarta dan Candi Borobudur.

 

Sebelum berangkat ke Solo, kami mencari dana dengan melakukan bazar. Waktu itu saya menjadi ketua panitianya. Foto ini diambil ketika saya bersenda gurau dengan teman SMA yang turut memeriahkan acara bazar.

 

Muktamar di Solo Tahun 1985
dokumen pribadi (Dawiah)


Foto Tahun 1986

 

Ini adalah foto wisuda pertama saya pada tahun 1986. Tahun itu untuk pertama kalinya, mahasiswa Diploma 2 diwajibkan memakai toga, sebelumnya hanya memakai baju putih dan rok hitam, lalu duduknya di luar gedung menyaksikan lulusan S1 yang memakai toga.

Makanya kami sangat bahagia, sekalipun hanya lulusan D2, tetapi bisa sejajar dengan lulusan S1. Akhirnya pakai toga juga!



wisuda 1986
Dokumen Pribadi (Dawiah)

 

Masih banyak foto setelah tahun 1986, tetapi sudah rusak, hilang dan ada pula yang tidak terselamatkan saat musibah kebakaran melanda rumah kami.


Untungnya beberapa foto yang paling penting dalam perjalanan kehidupan rumah tangga kami masih ada yang terselamatkan, yaitu foto pernikahan kami pada tahun 1990.


foto resepsi pernikahan tahun 1990
Dokumen Pribadi (Dawiah)

Saat itu, kami mengenakan baju modern dan baju adat Sulawesi Selatan. Saat nikah dan acara mapparola ke rumah pengantin laki-laki, kami memakai baju adat dan pada saat acara resepsi atau pesta kami mengenakan baju modern. 


Menurut kalian, bagusan mana? Yang pasti, waktu itu saya merasa sayalah yang tercantik dan pasangan saya adalah yang tercakep di dunia, hahaha. 

Demikianlah cerita di balik sebuah foto. Bahwa setiap momen dalam hidup kita pasti selalu ada cerita di baliknya, demikian pula setiap foto yang terabadikan. 




Makassar, 12 April 2025


Dawiah

 

19 comments

  1. Wah...menarik ya scroll foto lama. Bun Dawiah menikah 1990, saya 1984. Dah lama kita yah...hehe...

    ReplyDelete
  2. Senang tahu kalau apa yang mba lakukan sama denganku. Kalau aku sendiri mungkin seperti balas dendam karena masa-masa lalu tidak punya arsip kenangan dalam sebuah foto.

    Tulisan seperti ini juga pernah aku tulis dan kala tertentu senang membaca kembali, ada banyak hal baik melihat kembali kisah yang terjadi dalam fofo itu.

    ReplyDelete
  3. Ya Allah mbak
    Itu foto nikaha yang 90an sama persis vibes-nya dengan foto nikahannya mama sama bapakku, haha
    Belum lagi yang 1984 itu bener bener ingat aku yang usianya masih balita
    Masih ada semua dan butuh aku cari buat di-scan nih
    Foto itu saja yang bikin aku selalu kangen sama alm. bapak

    ReplyDelete
  4. Setuju ibu harus abadikan momen dalam foto ya, meski sekarang bisa disimpan dalam laptop tapi aku masih sering cetak foto biar anak2 bisa melihat jg milestone mereka sejak bayi hingga kini. Dan melihat foto2 ini wow foto dari th 80-an masih tersimpan baik, kualitasnya jg masih sangat baik.

    ReplyDelete
  5. Aku punya koleksi foto jaman baheula.
    tapi kapan hari tuh banjiiiirrrr, nyampe masuk kamar segala :(((
    Foto2 jadul sebagian ngga bs diselamatkan huhuhu.
    memang penting merekam dan abadikan memori kek gini yah

    ReplyDelete
  6. Mba mirip dengan mama mertuaku dan sepupuku. Sukaaaa sangat foto. Sebenernya memang ga ada yg salah. Justru hasilnya kita JD punya banyak kenangan. Di rumah mama mertua , dindingnya penuh dengan foto mereka traveling kemana , trutama saat papa masih JD diplomat.

    Tapi aku sendiri ga suka difoto mba. Sbnrnya lebih Krn mukaku ga fotogenik. Jadi dari 10 foto, biasanya hanya 1 yg bagus 🤣🤣🤣🤣. Sisanya aduhai banget hahahaha. Bikin malu kalo dipajang.

    Itu yg bikin aku males difoto.

    Tapi Krn aku suka traveling, ga mungkin ga ada foto sedikitpun. Ntr dibilang hoax 😂. Makanya kalo traveling, aku adalah foto 3-4x. Ga usah banyak, yg penting ada bukti aku pernah kesana 😁

    Sisanya aku LBH suka JD fotografer , terutama fotoin suami. Kami nih bertolak belakang. Dia justru sukaaa bangetttt difoto 🤣 . Makanya LBH banyak foto dia, drpd fotoku.

    ReplyDelete
  7. Setiap kali membuka album lama, itu memang rasanya seperti tertarik lorong waktu menuju masa lalu ya mbak. Itulah mengapa, aku pun sebisa mungkin selalu merekam dan memotret setiap kenangan bersama anak dan keluargaku dalam semua kesempatan.

    Ga ada yang tau ke depannya akan seperti apa. Tapi ketika satu hari kita merasa lelah, kita bisa melihat kembali album-album berisi memori lama perjalanan hidup kita ini.
    Hiks, jadi mendadak pengen nangis

    ReplyDelete
  8. Adanya foto, jadi rekam jejak terciptanya momen tersebut karena apa, dan jadinya bisa mengalirkan cerita deh. Apalagi saat nantinya dilihat lagi kan ya. Ini nih bagusnya punya foto kenangan dengan keluarga

    ReplyDelete
  9. Masya Allah masih banyak ya mbaa koleksi foto2 lamanyaaa...aku juga mengalami foto pake film roll loo jaman2 sampai smp atau sma gitu kalo gak salah..
    Dan setiap membuka foto lama memang jadi semacam flashback yaa kita juga jadi berasa muda lagi hehe yaa gak siee kalo aku ngerasanya gitu,,,selalu senang bisa membuka album foto dan mengenang ceritad di balik foto tersebut :)

    ReplyDelete
  10. Masya Allah, ibu menikah di tahun 1990 di mana saya belum lahir. Hihi. Jadi keinget foto nikahan bapak ibu saya yang nikahnya di tahun 1989. Dulu saya nggak paham kenapa bapak sukaa banget foto-fotoin anak-anaknya, setelah punya anak saya baru sadar deh kalau setiap momen perkembangan anak rasanya pengen diabadikan.

    ReplyDelete
  11. Wah postingan ini sukses bikin baper, apalagi kalo nanti yg buka post nya adalah keluarga kakak sendiri ya, atau kerabat yg dekat, banyak sekali memori yg bisa dikenang. Foto memang selalu berkesan, alhamdulillah ortu saya juga seneng dan mau2 terus diajak foto

    ReplyDelete
  12. Memang paling asyik menyimpan kenangan dalam bentuk foto dan video ya Bun. Alhamdulillah dengan foto lawas jadi mengenang masa lalu. Juga jadi pengobat rindu kepada yg telah berpulang.

    ReplyDelete
  13. Saya juga kalau pergi ke mana-mana, pasti menyempatkan foto, Mbak. Soalnya no bukti = hoax hahaha. Dan untunglah sekarang dimudahan foto dan video pakai hape. Coba dulu, harus pakaii tustel. Belum lagi beli roll film 24 atau 36 kutip. itu juga banyak yang ndak bagus hasilnya. kalau sekarang kan, tinggal hapus, lalu pose lagi hahaha.

    ReplyDelete
  14. menciptakan momen yang belum tentu terulang lagi dengan foto-foto bagus juga, dan penyesalan selalu datang terakhir, soalnya aku pernah ngalami.
    Ngeliat foto-foto zaman kuliah misalnya, dan fotoku dikit, jadi mikir kenapa dulu ga foto aja sih. Kan nggak mungkin lagi masa itu diulang lagi dengan teman-teman yang sama

    kalau bisa sekarang memang foto-foto puasin diri, foto kebersamaan perlu juga. Aku dulu melihat foto masa kecilku gak terlalu banyak

    ReplyDelete
  15. Ternyata gila foto ada manfaatnya juga ya Mbak menurut Saya sih lebih ke dokumentasi dari kehidupan karena beberapa momen itu tidak bisa diulang dan yang pasti dengan dokumentasi yang lengkap setidaknya kita bisa melihat lagi ke momen tersebut dan dengan menghargai langkah-langkah kehidupan yang pernah kita jalani dan yang pasti menjadi simbol kenangan dari orang-orang yang ada dalam kehidupan kita

    ReplyDelete
  16. Bener banget memang, dokumentasi foto dan video sangat penting banget mba. Apalagi yang memorable, aku punya foto-foto almarhumah nenek ya dari kegiatan tertentu itupun masih versi cetak setelahnya jarang foto bareng agak menyesal juga.

    Maka di momen tertentu aku pun suka mengabadikan momen buat kelak diingat. Suami mba mirip sama bapak ku yang selalu nolak buat di foto. Namun sekarang udah agak mendingan sih, masih mau diajak foto sesekali doang.

    ReplyDelete
  17. saya tim yang ga begitu suka dengan foto-foto Mba, dan paling ga suka orang sembarangan memfoto saya, meskipun saya suka nulis, yang akhirnya saat mau nulis atau buat video kok banyak yang ga ada stock footagenya, terus mulai dari situ belajar untuk suka foto-foto dan ternyata itu lumayan jadi stock footage saat saya butuhkan

    ReplyDelete
  18. Saya juga dulunya nggak terlalu suka difoto atau video. Belakangan ini baru ngeh pentingnya dokumentasi kaya foto or video buat menyimpan kenangan. Sekarang ini kalau nggak diposting biasanya saya simpan di galeri buat pengingat dan menyimpan memori tentang kebersamaan

    ReplyDelete
  19. Menohok banget tuh Bu statementnya, tapi setelahnya bapak jadi mau difoto dan malah selfie ya hehehe
    Foto atau gambar akan memyimpan banyak cerita. Jangankan saya, kiddos aja suka kalau lihat foto-foto lamanya sampai bayi, terus tanya-tanya dan cerita tentang foto tersebut

    ReplyDelete