Tsundoku Akut

Friday, February 28, 2025

 





Apakah saya tergolong tsundoku akut?

 

Beberapa bulan menjelang masa pensiun datang, saya membeli beberapa buku yang niatnya akan saya baca manakala masa itu datang. Nyatanya, pada hari terakhir bulan Februari ini, yang berarti sudah dua bulan saya resmi menjadi pensiunan, tetapi tak satu pun buku itu saya tamatkan. Prestasi kemalasan yang tidak patut dicontoh wkwkwk.


Sebagai  Tsundoku akut yang senang mengoleksi buku, tapi jarang membacanya. Saya cukup impulsif kalau soal buku, tetapi ketimbang impulsive untuk benda-benda lain, masih mendinglah dengan buku, karena buku bisa menjadi obat manakala kita merasa sakit dan butuh alasan untuk menyembuhkan jiwa. 

Saya mau spill tipis-tipis buku apa saja yang saya beli itu sekaligus sebagai pengingat buat diri agar segera kembali ke jalan yang benar, beli buku, baca sampai tamat dan Syukur-syukur bisa menuliskan kesan terhadap buku tersebut. 

 

Buku Non Fiksi

 

Kalau ditanya, suka baca buku fiksi atau non fiksi, jujur saya tidak bisa menjawabnya karena setelah saya hitung-hitung, jumlah buku fiksi dengan buku non fiksi di lemari buku saya itu cukup berimbang. Mungkin masih lebih banyak buku non fiksi karena saya berkewajiban memilikinya sebagai referensi ketika masih aktif sebagai guru.

 

The Untold Islamic History #2

 

Buku non fiksi yang paling terakhir saya beli adalah buku karya Edgar Hamas yang berjudul The Untold Islamic History #2.

Mengungkap Kisah Sejarah Islam yang Lama Terpendam, demikian judul kecil pada buku ini yang membuat saya tertarik memilikinya karena selain isinya yang membahas tentang Sejarah peradaban Islam, juga karena tampak mewah. 

Bagaimana tidak mewah? Lihatlah bahan kertasnya yang glossy ditambah ilustrasi yang full color dan diksi-diksi yang digunakan pun sangat menarik. 

Namun, seperti biasanya, saya sering terdistraksi dengan hal lain yang membuat saya istrihat membacanya di halaman 20. Semoga bisa melanjutkannya dalam waktu singkat.



PhD Parents’ Stories dan Skotlandia I am Love 3

 

Buku non fiksi lainnya adalah buku karya Ario Muhammad, PhD yang berjudul PhD Parents’ Stories dan buku berjudul Skotlandia I am Love 3 karya Zeni Rahmawati, PhD. Saya belum bisa menjelaskan tentang kedua buku ini karena belum sempat saya buka, masih rapi terbungkus plastik. Sungguh terlalu memang saya ini. 


 

Buku Fiksi


 

Saya hitung-hitung untuk buku yang baru saya miliki 2 – 3 tahun terakhir, ternyata lebih banyak buku fiksi.

 

Aku Seekor Kucing

 

Buku yang saya beli dan belum sempat saya baca adalah Aku Seekor Kucing karya Soseki Natsume. Tahukah kalian? Buku ini saya beli pada Desember 2021 dan saya baru membacanya sekitar 20 halaman. Huuu… betul-betul sangat terlalu.

 

Belok Kiri Langsing

 

Buku karya Achi TM ini juga buka sudah cukup lama bertengger manis di lemari buku saya, tapi nasibnya sama dengan buku sebelumnya, saya belum baca sampai tamat. Sempat sih saya baca beberapa halaman, tapi saya teringat dengan satu drakor yang jalan ceritanya sama atau mungkin serupa, tapi tak sama karena latar belakangnya pasti berbeda, iya kan?

Ahaa, agar saya tidak curiga sama isi buku ini, saya mesti membacanya sampai tuntas. Kan, kalau langsung nuduh itu jatuhnya bisa fitnah.

 

Teruslah Bodoh Jangan Pintar

 

Buku fiksi lainnya adalah buku karya Tere Liye. Sebagai penyuka karya-karya beliau, hampir semua karyanya saya miliki dan biasanya langsung saya tamatkan. Namun, buku ini tidak sempat saya baca karena keduluan sama anak saya. Buku itu adalah “Teruslah Bodoh Jangan Pintar.”

 

Bandung Menjelang Pagi

 

Buku terakhir yang saya beli di bulan pertama memasuki masa pensiun adalah karya Brian Khrisna judulnya adalah “Bandung Menjelang Pagi”  

Khusus buku ini, saya sudah hampir menamatkan di hari pertama saya beli, tapi saya hentikan sejenak karena ceritanya sungguh menyesakkan dada. Saya butuh jeda untuk menarik napas lalu menghembuskannya, tapi mungkin saya kelamaan menarik napas sehingga lupa menghembuskannya makanya buku itu belum saya tamatkan sampai hari ini, hahaha. 

 

Dari cerita di atas, bisakah saya disebut Tsundoku akut? 

Oh yah, istilah tsundoku  ini adalah salah satu julukan yang diberikan kepada pencinta buku. Kalian bisa membacanya di sini 


 

Makassar, 28 Februari 2025

 

Dawiah

 

 

21 comments

  1. buku bisa menjadi obat manakala kita merasa sakit dan butuh alasan untuk menyembuhkan jiwa << Kalimat ini membangunkan kenangan masa-masa dulu kenapa aku membaca buku dimanapun dan kapanpun.

    Membaca buatku itu mengalihkan pikiran yang sering kali bertanya dengan banyak hal dan belakangan baru membaca buku sebagai kebutuhan.

    Menurutku seh dirimu seorang tsundoku hihi karena banyak buku yang belum dibaca tapi suka membelinya.

    ReplyDelete
  2. wkwkw dulu aku juga kak tim yang suka beli buku tapi bacanya...entah kapan. alhamdulillah sekarang udah tobat.
    btw, aku juga baca buku terbarunya Tere Liye yang Teruslah Bodoh Jangan Pintar. bagus bangeeetttt isinya kritik tentang pemerintah (as always) yang sangat bikin miris

    ReplyDelete
  3. Aku pikir td tsudoku akut looo ternyata tsundoku tooo..beda satu huruf jd beda artinyaa 😁
    Untung yaa kalo saya tipe yg klo beli wajin dibaca dl jgn beli lagi klo ada buku yg blm selesai kec klo memang setelah saya baca saya merasa buku tersebut tdk sesuaai ati krg menarik mnrt saya itupun bs dihitung dgn jari 😁

    ReplyDelete
  4. Wahh kalau dekat saya mau dong ke sana, Bunda, lalu Bunda duduk anteng sambil saya bacakan buku, boleh?
    Belok Kiri Langsing udah pernah baca, bagus kok dan lucuuu isinya.
    Kalau buku yg lain belum pernah baca sih.
    Semangat bacanya ya, Bun! Sehat selalu....

    ReplyDelete
  5. Sepertinya belum mbak haha
    Masih banyak yang perlu ditumpuk
    Masih kurang banyak
    Ayo mbak yuk pelan pelan dibaca atau setidaknya didonasikan kalau memang akan berakhir di loakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untungnya saya tidak pernah membawanya ke tukang loak. Saya trauma Mbak, buku-buku saya habis dilalap api pada tahun 2015, makanya buku yg sekarang saya jaga baik-baik. Mungkin nanti kalau sudah banyak, saya akan buka perpustakaan mini agar tetangga-tetangga dan keluarga bisa membacanya di perpustakaan itu.

      Delete
  6. Berarti aku termasuk tsundoku dong 😄. Soalnya masih ada 200 an buku yg aku beli dari temen yg jualan buku bekas, dan sampai skr blm aku sentuh mba 🤣🤣🤣🤣. Aku memang ada private library. Jadi semua buku itu aku simpen di perpustakaan mini ku. Pasti akan dibaca, tp ntah kenapa skr ini aku LBH suka baca blog drpd buku hahahaha. Tiap hari sih baca, hanya saja durasi utk baca blog LBH lama drpd buku 😄

    Padahal dulu 1 buku aja bisa aku habiskan sehari. Skr kok ya susah

    ReplyDelete
  7. Sama dong, sering beli buku tapi menuntaskannya belum tentu, wkk... tapi nggak apa-apa, yang penting niat membacanya tetap ada. Lagipula, buku-buku itu nggak akan basi dan selalu siap menemani kapan saja. Semoga segera ada mood yang pas buat menyelesaikan bacaan-bacaan yang tertunda yaaa...

    ReplyDelete
  8. Bicaara soal tsundoku akut saya jadi malu sendiri. Di rumah ada mungkin 50an buku baru yang belum kebaca. Bisa dibilang saya seorang tsundoku akut. Mungkin banyak yang bertanya kok beli terus tapi tidak dibaca. Sebenarnya saya sudah berhenti membeli buku belakangan ini tapi ada-ada saja cara dapat buku baru. Dapat hadiah lombalah, dapat voucher eventlah yang mau tak mau dan suka tak suka semakin menambah jumlah koleksi. Saya juga masih berupaya untuk merampungkannya. Btw list fiksi Kaka belum saya baca semua, tapi sering dengar judul-judulnya.Bolehlah nanti kalau pending list saya selesai, saya beli dan baca :)

    ReplyDelete
  9. Saya pikir tidak akan dijelaskan soal apa itu Tsudoku. Aku juga suka mengoleksi buku. Lebih banyak buku fiksi kalau aku, kak.

    ReplyDelete
  10. Saya juga sama Kak, suka kalap kalau soal buku. Apalagi pas ke bazar buku yang murah-murah. Ada sih beberapa yang saya baca, ada beberapa yang tidak. Apakah saya bisa masuk kategori Tsundoku juga? Makanya sekarang, lebih nahan-nahan diri buat nggak kalap lagi. Hehehe.

    ReplyDelete
  11. Padahal buku pilihan Mbak Dawiah bagus-bagus. Sayan'na ndak selesai dibaca. dan menurut saya, belum pi ji kita tergolong tsundoku akut. Baru gejala tsundoku hehehe. Jadi mungkin tinggal mulai dipilih waktu lowong dan menyenangkan untuk membaca buku, Mbak. Jadi lama-lama akan jadi rutinitas yang menyenangkan. Kalau saya, suka membaca buku menjelang tidur malam.

    ReplyDelete
  12. Padahal buku pilihan Mbak Dawiah bagus-bagus. Sayan'na ndak selesai dibaca. dan menurut saya, belum pi ji kita tergolong tsundoku akut. Baru gejala tsundoku hehehe. Jadi mungkin tinggal mulai dipilih waktu lowong dan menyenangkan untuk membaca buku, Mbak. Jadi lama-lama akan jadi rutinitas yang menyenangkan. Kalau saya, suka membaca buku menjelang tidur malam.

    ReplyDelete
  13. Sekarang saya lebih mindful kalo ngeluarin uang untuk buku. Nggak seimpulsif dulu, tiap liat buku bagus langsung pengen beli, padahal dibacanya entah kapan. Heu.. Baca buku tuh emang seseru itu, apalagi kalo tulisannya bisa bikin kita bener-bener "tenggelam" di dalam bukunya, berasa melipir sejenak dari dunia nyata.

    ReplyDelete
  14. Saya suka beli buku2 fiksi (novel), tapi perlu waktu tg lama buat baca bisa sampai seminggu bahkan lebih. Tapi kalau buku yg ngga terlalu tebal, bisa selesai dlm sehari. Paling suka kalau ada diskonan buku2 di toko buku.

    ReplyDelete
  15. aku sama kayak mba Dawiah, cukup sering beli buku tapi dibacanya nanti-nanti
    ini terjadi setelah aku merasa kayak waktuku ga cukup alias tersita sama kerjaan
    padahal dulu pas lagi longgar-longgarnya waktu, buku tamat dalam sehari atau 2 hari aja. Bahkan novel yang tebel bisa sehari selesai
    kalau sekarang, kalau bisa menyelesaikan sampe tamat meskipun itu butuh waktu lama, udah bagus :D

    ReplyDelete
  16. Semangat buat baca bukunya satu persatu ya mba 🤩🤩 banyak sekali nih koleksi bukunya dan tampak sangat menarik. Berbeda dengan aku, punya 10 buku yang belum terbaca rasanya pengen segera baca dan kelarin semua.

    Suka ada terasa bersalah kalau beli lantas lama tak dibaca. Tapi lain hal kalau udah hobi sih ya mba. Terpenting buku tetap tertata rapi.

    ReplyDelete
  17. Biarpun belum dibaca, tapi rasanya happy lihat buku menumpuk hihi aku kebanyakan baca buku di Ipusnas bun, baru tahun 2024 beli buku fisik lagi dan sedang berusaha menuntaskannya satu-persatu biar ngga jadi tsundoku hihi..

    ReplyDelete
  18. Daku juga pernah seperti itu Bu, rajin beli buku, apalagi kalo ke toko buku lihat ada buku yang menarik dan pas lagi promo hahah. Bacanya? Nah itu kapan dan di waktu yang entah kapannya 😄

    ReplyDelete
  19. Waduh iya ni bun, aku juga tsundoko
    Sampai ada banyak buku belum dibaca di makan rayap, huh sedih banget
    Bikin tobat deh sekarang

    ReplyDelete
  20. Kalau pecinta buku ketemu kesenangannya pasti berbahagia dan berusaha mendapatkan sebanyak-banyaknya kalau dibilang aku mungkin ada betulnya tapi aku adalah kalimat yang mungkin agak terlalu ekstrim menurut saya lebih ke cinta kali ya tetaplah membaca dan mengoleksi buku supaya wawasannya makin luas

    ReplyDelete