Silaturahim Kader IPM Bontoala Awal Tahun 2025
Ini adalah cerita tentang silaturahim, temu kangen atau bisa juga disebut reuni kecil-kecilan antar kader IPM. Disebut silaturahim karena yang diundang dan yang datang berasal dari semua angkatan, dari angkatan tahun 80-an hingga kader dan pengurus baru, tahun 2025.
Bisa pula disebut reuni atau temu kangen, karena ada beberapa angkatan lama yang baru bertemu setelah sekian puluh tahun.
Teman yang Hilang Dari Peredaran
Namanya Nureni biasa dipanggil Eni. Saya menjadi instrukturnya saat dia ikut pengkaderan Taruna Melati (TM) 1 di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tahun 1984 di Cabang Bontoala Kota Makassar.
Sehabis ikut pengkaderan itulah kami menjadi akrab.
Bisa dibilang dia adalah besties yang paling setia waktu itu. Kemana pun saya pergi, dia ikut atau saya panggil dan kadang memaksa dia untuk ikut dalam berkegiatan di organisasi.
Saya sering ke rumahnya dan dijamu makan siang oleh orang tuanya dan kami pun makin akrab dan saya selalu menjadi yang terdepan manakala ada yang mau macam-macam dengannya. Namun, tidak ada juga sih yang macam-macam sama kami waktu itu. Teman-teman dan senior-senior kami di organisasi adalah orang-orang baik yang murni menjalankan program-program organisasi dengan jujur dan amanah.
Dia selalu menjadi pendengar yang baik dan penjaga rahasia yang luar biasa. Ada rahasia - rahasia kecil kami yang hanya kami berdua yang tahu dan terjaga hingga kini.
Terakhir kami bertemu sekitar tahun 1986. Saat itu saya ditempatkan mengajar di pelosok daerah sehingga saya tidak bisa lagi aktif di organisasi, dan komunikasi kami pun terputus.
Tahu kan ya, kalau tahun itu belum ada telpon apalagi gawai sebagai alat komunikasi ditambah lagi saya berada di daerah yang cukup terpencil bahkan listrik pun belum masuk.
Kami kehilangan kontak berpuluh-puluh tahun lamanya.
Dokumen Dawiah |
12 Januari 2025, acara silaturahim dan temu kangen para kader dan alumni IPM Bontoala berlangsung di rumah saya. Menjelang siang, satu persatu teman datang membawa kegembiraan.
Tiba-tiba Eni datang dengan senyum malu-malunya seperti dahulu.
Sejenak kami tatap-tatapan lalu saya mencoba menggali ingatan tentangnya.
"Ini Eni yah?" Tanya saya.
"Iye, Kak Marda." Katanya dengan nada bergetar.
"Masya Allah!" Saya memeluknya sangat erat.
Lalu saya umumkan ke teman-teman lainnya.
"Kakak-kakak dan adik-adik, inilah orang yang selalu saya cari-cari. Ya Allah! Setelah puluhan tahun, akhirnya kita bertemu."
Kembali saya memeluknya, erat.
Matanya berkaca-kaca. Mungkin mataku juga basah.
"Siapa yang “menemukan” Eni?" Saya bertanya kepada teman lain.
"Pak Ancu melalui adik saya." Katanya.
Saya berterima kasih kepada kemajuan alat komunikasi saat ini. Sebagai generasi baby boomers yang pernah berada di era sulitnya berkomunikasi lalu diberi kesempatan hidup di era sekarang dengan komunikasi yang sangat mudah, itu adalah berkah yang luar biasa
Mungkin Eni termasuk orang yang tidak suka bermain media sosial atau mungkin dia tidak peduli dengan gegap gempita kebisingan dunia maya. Karena sejak saya mengenal dunia maya, facebook misalnya, dia orang yang paling sering saya cari, tetapi tak pernah menemukan nama dan sosoknya. Atau bisa jadi dia menggunakan nama lain pada akun media sosialnya, atau apalah itu.
Yang pasti saya kehilangan kontak selama hampir 40 tahun.
Sebenarnya banyak sekali cerita yang akan saya urai bersamanya, tetapi kemarin itu, waktunya belum tepat. Tidak mungkin kami mojok di kamar berdua, cerita ngalur ngidul seperti dahulu sementara banyak teman lain yang sedang bercengkerama di rumah.
To, sebagian teman-teman yang hadir adalah teman lama juga, tetapi setidaknya, kami masih sering bertegur sapa di grup WA, berbeda dengan teman saya yang satu ini, dia betul-betul “hilang” dari peredaran.
Titip Anakku, Nawawi!
Selain Eni yang sekian puluh tahun baru ketemu, hadir juga teman, kakak dan senior saya di IPM, teman yang jauh-jauh datang dari Lampung untuk bersilaturahim.
Kak Nawawi, begitu saya memanggilnya padahal nama lengkapnya adalah Masran Nawawi.
Beliau bercerita kalau dahulu, mama saya menitipkan saya kepada dia.
"Nawawi, saya titip anakku Dawiah sama kamu. Jaga dia. Kalau ada apa-apanya, kamu itu yang akan saya cari."
"Hahaha, berat itu amanah." Kata Kak Nawawi dengan tawanya yang khas.
"Iye, selain kakak, ada juga Kak Anwar Rahim yang dititipi amanah oleh bapak dan mamaku." Kataku menyambung ceritanya.
Sayang Kak Anwar tidak bisa datang karena posisinya lagi jauh.
Pengurus Inti Periode Tahun 1984
Dokumen Dawiah |
Dokumen Dawiah |
Kak Ilyas, demikian saya dan adik-adik kader memanggilnya dahulu. Dia adalah Bendahara Umum pada kepengurusan kami. Saat itu, Kak Nawawi sebagai Ketua Umum, Kak Aswan Sikong sebagai Sekretaris Umum, dan saya sebagai Ketua III.
Saya dan Kak Ilyas tidak pernah kehilangan kontak, ada-ada saja sesuatu yang mempertemukan kami. Misalnya, waktu itu, tiba-tiba dia datang menitipkan anaknya bersekolah di sekolah yang saya pimpin sembari berkata,
“Mulki itu anakmu na.... saya titip sama kamu.”
Alhamdulillah, amanah itu saya jalankan dengan baik, anak bungsunya tamat di sekolahku dengan baik.
“Senior yang paling kami takuti (baca= segani) dahulu itu adalah kak Aswan Sikong.” Kata Leha, Facriyah dan Eni. Mereka serentak berkata, “bahkan sampai sekarang. Hahaha.”
Beliau memang kakak yang paling berwibawa di antara pengurus inti saat itu. Perawakannya yang tinggi besar dengan suara baritonnya menambah wibawahnya yang bikin adik-adik kader semakin keder.
Namun, percayalah! Beliau itu orang baik dan sangat amanah.
Nasihat Buat Generasi Selanjutnya
Orang terakhir yang datang dan yang paling ditunggu-tunggu adalah Gagaring Pagalung. Dari semua kader-kader lama yang hadir, sisa dia yang belum pensiun. Kebetulan beliau adalah dosen dan profesor sehingga masa kerjanya bisa sampai 70 tahun. Berbeda dengan kami, yang umumnya berprofesi guru dan pegawai maka ada yang pensiun di usia 58 tahun dan usia 60 tahun.
Selain yang saya tuliskan di atas, datang juga teman-teman, adik-adik bahkan anak-anak kami yang tidak saya sebutkan namanya satu persatu.
Anak-anak yang saya maksudkan adalah teman-temannya putri bungsu saya, Nabila. Kebetulan dialah satu dari lima anak saya yang mengikuti jejak saya yang aktif di IPM sejak dia masih SMP hingga sekarang.
Oh ya, sekadar informasi, sebelum melanjutkan jenjang keaktifannya di IPM Daerah Kota Makassar saat ini, si bungsu saya itu adalah Ketua Umum di IPM cabang yang sama dengan kami, yaitu Bontoala Makassar.
Sebenarnya banyak cerita yang saya dan Nabila miliki selama dua tahun dia menjadi pengurus di IPM, tetapi cukuplah itu menjadi bahan cerita kami berdua saja. Walaupun cuplikan – cuplikan cerita itu diketahui pula oleh sebagian temannya.
Saat Nabila menjalankan amanahnya waktu itu, saya sering menceritakan keindahan pertemanan kami antar pengurus inti dan yang lainnya sembari menitip pesan, bahwa Nabila dan teman-temannya pun harus berteman dengan tulus, berjuang menjalankan amanah persyarikatan dengan penuh tanggung jawab tanpa drama.
Pesan dan nasihat yang sama pun selalu saya utarakan kepada teman-temannya saat mereka ada di rumah, baik sekadar datang bertamu atau janjian keluar untuk menjalankan amanah organisasi maupun saat mereka melakukan rapat di rumah.
Sebab itulah, saya selalu memperkenalkan Nabila dan teman-temannya kepada mereka yang biasa dipanggil sebagai ayahanda dan ibundanya di persyarikatan ini. Sedapat mungkin saya melibatkan pula mereka ketika ada pertemuan atau silaturahim kami, sebagai contoh, bahwa pertemanan kami bisa selanggeng ini adalah berkat ketulusan kami di masa lalu dan terutama kami saling menjaga satu sama lain.
"Lihatlah, jika kalian menjaga pertemanan dengan baik, saling menghormati dan saling menjaga muruah maka kelak pertemanan kalian pun akan tetap langgeng dan bisa saja merasa seperti bersaudara, sebagaimana kami saat ini."
Demikian indahnya persaudaraan kami dahulu. Apalagi saat itu, kami bisa bercerita apa saja tanpa terdistraksi oleh gawai, bisa kemana-mana tanpa khawatir dijepret lalu diviralkan, bisa melakukan aktivitas persyarikatan tanpa drama dan intrik-intrik yang memuakkan, lalu setelahnya, kami berpencar menjalani kehidupan masing-masing tanpa kenangan buruk satu sama lain.
Sehingga manakala kami bertemu kembali, yang ada hanyalah cerita manis penuh kegembiraan.
Era kami dengan era Nabila dan kawan-kawannya memang berbeda sangat jauh, tetapi ada satu hal yang akan selalu sama, yaitu hati yang tulus yang tak akan pernah bisa memutuskan silaturahim di era mana pun kita berada.
Sebagai penutup, saya mau berterima kasih kepada kakak-kakak, adik-adik dan anak-anakku atas kedatangannya di rumah kami. Datang tanpa ada agenda lain. Betul-betul duduk bercerita, bercanda, ketawa-ketawa tanpa beban. Saya juga mohon maaf jika ada kekurangan atas pelayanan kami sebagai tuan rumah.
Semoga silaturahmi ini terus terjalin indah sehingga kita pun akan saling mencari nanti di surganya Allah. Amin.
Makassar, 13 Januari 2025
Dawiah
Masyaallah, dari tahun 84 dan masih solid ukhuwahnya sampai sekarang. Luar biasa! Bener2 patut ditiru ini. Aamiin untuk doanya
ReplyDeletebtw, Saya mau reunian SD aja ini pada ga jelas juntrungannya T_T
Luar biasa... Terbayang itu seru dan bahagianya ketemuan setelah puluhan tahun berpisah. Ini tahun 84 an saya masih empat tahun hehehe ...
ReplyDeleteKebetulan nih keluarga besar saya di Tasikmalaya juga keluarga besar Muhammadiyah
MaayaAllah terharu banget bacanya kak. Kebayang tahun-tahun itu saya belum lahir. Hehehe
ReplyDeleteBerarti ini lah sebenar-benar BESTie. Sampe puluhan tahun.
Seneng banget saya bacanya kak sambil berharap temen-temen saya juga nanti begini.
Masya Allah Bunda senang membaca kisah pertemanan sekian puluh tahun yang terjalin dengan baik. Rezeki bisa bertemu lagi dengan yunior yang 40 tahun tak bersua. Alhamdulillah semoga reuninya membawa berkah. Sehat semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT
ReplyDeleteSaya serasa diajak ada di pertemuan dan membayangkan betapa haru serta bahagia akhirnya setelah 40 tahun kehilangan kontak dengan teman dekat di hari indah pada pertemuan baik ternyata bisa kembali jumpa mba Eni 😍.
ReplyDeleteSungguh pertemanan yang solid serta sehat ya. Silaturahmi terjaga dan beneran jadi reminder buat aku di era kini dalam menjaga pertemanan.
Ya ampuun mba, kebayang itu trakhir ketemu 86, laku bisa ketemu lagi dalam reuni ini, masyaallah, happynya pasti amat sangat 😍😍😉.
ReplyDeleteItulah, pertemanan dulu memang berasa lebih aman, akrab, Krn mungkin gawai ga kayak skr. JD di saat kita akrab dengan teman, biasanya bisa beneran fokus. Envy sih kalo baca reuni seperti ini, apalagi yg bisa ramai.
Ntah kenapa kok susah banget temen2 sekolahku dikumpulin. Kalopun bisa kumpul, ga sampe 10 orang. Ntah Krn banyak yg berpindah kota dan negara, JD agak mustahil utk kumpul rame2.
Semoga persahabatan kalian bisa tetap langgeng dan ga putus hubungan lagi dengan Eni yaa 😄
Bertemu kawan lama serasa oase di masa-masa usia tidak lagi muda. Membayangkan dan mengenang kembali hal-hal yang dulu pernah dilakukan menjadi hal manis yang senangnya tentu tidak bisa digambarkan. Apalagi bercerita tentang masa-masa belum ada gawai, seolah hanya kita yang mereka yang tahu rasanya.
ReplyDeleteBeruntung Ibu masih bisa bertemu kawan lama dan saling berbagi cerita. Di masa ini jangankan bertemu terkadang hanya untuk membalas Waa saja orang sudah malas. Padahal terkadang kita perlu meluangkan waktu untuk hal-hal seperti ini agar hidup yang selama ini kita jalani serasa penuh makna.
Membacanya membuat saya merindukan masa-masa dulu, seperti yang ibu ceritakan, masa belum ada gawai yang mendistraksi kebersamaan. Rasanya banyak sekali cerita yang ingin saya tuliskan. Ternyata reuni ibu sama- teman-teman bukan sekadar reuni untuk ibu saja tapi juga untuk saya :)
Ya Allah bu, aku bacanya ikut berkaca-kaca... hiks. Bedanya orang-orang dulu dan sekarang ya... dulu tuh gak ada gawai, tapi kalau ketemu terasa dekat. Sekarang, ada gawai dan medsos.. tapi kalau ketemu malah jadi terasa berjarak.
ReplyDeletePanjang umur dan sehat selalu ya bu... baca tulisanmu, jadi menginspirasi sekali daku untuk hidup sehat dan bahagiaaa
waw terharu banget masih bisa ketemu yaa. meski terakhir ketemu tahun 86. keren ya bisa jaga silahturahmi sebegitu lamanya.
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Bunda .melalui acara ini bisa bersua kembali dengan sahabat lama. Bener2 sebuah rezeki. Eh tahun 1986 mah saya baru lahir hehehehee.
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya "kita" bertemu juga dengan yunior Ta. Dan ini rezeki yang luar biasa, setelah 40 tahun tak bertemu. Bersyukur sekali dengan kemajuan teknologi ya, Mbak. Pasti nanti bisa bikin janji berdua saja. Enak'na itu mengobrol berdua sambil makan kanrejawa hehehe.
ReplyDeleteMenemukan seseorang yang dekat disaat terhilang puluhan tahun sebuah keindahan hidup menurutku. Senang dengan acara seperti ini karena melalui silahturahim banyak rejeki mengalir, bukan soal materi tapi lebih itu.
ReplyDeleteSehat-sehat semuanya, semoga IPM semakin tumbuh dan menjadi berkah bagi banyak pihak.
Sesuatu banget Bu Marda akhirnya ketemu dengan bestie yang selama ini dicari-cari. Tentang waktunya mirip seperti film seri Nabi Yusuf yang gak ketemu ayahandanya. Ah semoga silaturahmi jalan terus ya Bu Marda
ReplyDeleteMasya Allah bener-bener cerita reuni yang nggak biasa! Kebayang, setelah hampir 40 tahun akhirnya ketemu lagi. Momen ini jadi pengingat buat kita semua, bahwa persahabatan sejati itu nggak lekang oleh waktu, dan pasti bakal ketemu lagi meski udah lama hilang dari peredaran. Semoga silaturahminya terus terjaga. Sehat-sehat semuanya.
ReplyDeleteSeneng banget jumpa kerabat yang udah berpuluh tahun hilang kontak. Seperti menemukan mutiara yang hilang hehe.. Silaturahmi yang indah sekali mbak. Ini salah satu manfaat aktif dalam organisasi ya.. ada aja acara² berkesan bersama seluruh anggotanya.
ReplyDeleteMasya Allah Bunda, rasanya pasti kayak mimpi ya bisa bertemu kembali dengan sahabat lama setelah terpisah jarak dan waktu, Alhamdulillah, ada rezekinya bertemu kembali. semoga semuanya sehat selalu aamiin .
ReplyDeleteAh keren banget
ReplyDeleteMbak ternyata aktif di IPM ya, jadi aktivis muda ya
Senang ya klo bisa kumpul lagi drngan teman teman lama seperti ini
Bisa menyambung tali silaturahmi
wah senangnya kalau bisa reunian begini ya Kak, pastinya menyambung silaturahmi yang lama terputus, dan semakin mengenal orang-orang yang pernah ada dalam hidup kita, semoga silaturhaminya tetap terjaga dan sehat semuanya ya Kak
ReplyDeleteSeneng banget ya menghadiri reuni kaya gini. Apalagi kalau udah lama terpisah terus ketemu temen lama pasti banyak banget hal yang pengen diceritain ke temen-temennya. Alhamdulillah bisa menyambung silaturahmi lagi ya, Bu.
ReplyDeleteBetapa bahagianya ya, Kak. Bertemu dengan teman karib yang sudah 40 tahun tidak bertemu. Nostalgia banget pinginnya tuh. Udah tuker-tukeran kontak WA kan, Kak. Mbok saking senengnya nostalgia jadi lupa hal yang penting. Hehehe
ReplyDeleteIh seru banget ini bisa reunian. Aku terakhir reunian itu reunian temen SMP, angkatan 94 di tahun 2023 lalu. Aduh seru banget ih. Ketemu temen2 lama dan kecengan saat SMP. Wkwkwkwk.... jadi kepengen reunian lagi deh. Bisa haha hihi bareng itu rasanya nyenengin :D
ReplyDeleteKalau ngeliat pada ngumpul sesama pengurus gini jadi ingat mertua, seneng banget yaa pastinya ngumpul kembali dengan teman-teman yang dulu seperjuangan. Semoga silaturahminya terus terjaga yaa mbaak :D
ReplyDelete