Perbedaan FOMO dengan FOPO

Thursday, August 15, 2024



fomo vs fopo. mardanurdin.com

FOMO VS FOPO


Siang yang terik, Ibra bergegas memacu motornya menuju toko buku terdekat, dia harus segera membeli buku karya Ziggy Zezzsya ...., ah, nama pengarangnya saja sulit ia eja. Tidak penting, yang penting Ibra harus memiliki novel “Di tanah Lada” itu. Sesaat kemudian, buku itu sudah ia miliki, dibelinya dengan uang dari honor mengajarnya bulan lalu. 

Langkah selanjutnya, buku itu dia foto, edit sedikit lalu posting di akun instagramnya dengan caption yang menarik. Ibra tersenyum puas, senang, dan bangga.

Seharian itu hingga dua tiga hari ke depan, ia akan sibuk mengintip akunnya. Memeriksa, sudah berapa banyak yang memberi tanda suka. Makin semangat tatkala ada yang berkomentar atau bertanya. Dengan tekun, ia membalas komentar dan menjawab pertanyaan tentang buku itu. Jawabannya ia dapatkan dari menelusuri artikel review tentang novel tersebut. Nampak cerdas dan menjiwai isi novel, padahal kenyataannya, buku itu sedang bertengger manis dalam rak bukunya yang masih utuh dengan plastiknya.

Pekan depan, kejadian yang sama akan berulang lagi dengan buku yang berbeda, tergantung buku apa yang sedang booming atau yang masuk best seller. 


Jika Ibra merasa tertinggal dari teman-temannya di komunitas pencinta buku jika tidak memiliki buku yang sedang booming, maka lain lagi dengan temannya.

Sebutlah ia Izah yang tidak pernah terpisah dengan handphone atau gawainya. Mau masuk toilet, yang pertama dicari adalah handphone. Mau melakukan apa saja, yang wajib berada di tangannya adalah benda kecil itu di mana setiap saat memberinya informasi terbaru, dari berita artis, selebgram hingga tiktokers. 

Selalu sigap memposting dan mengikuti tren terbaru di akun media sosialnya. Jika ketinggalan satu tren, maka ia merasa sangat menyesal.


Lain lagi tingkah laku Majar, setiap akan melakukan sesuatu, ia tidak langsung melakukannya melainkan mengamati orang-orang di sekitarnya, entah itu keluarga ataupun teman-temannya.

Majar berpikir, “kalau saya melakukan ini, kira-kira keluarga saya suka atau tidak yah?” 

Dia selalu segan mengemukakan ide-ide baru apalagi melakukan inovasi baru di lingkungan kerjanya karena tidak siap menerima kritik apalagi penolakan. Selalu melihat orang-orang di sekitarnya jauh lebih baik dari dirinya, lebih cantik, lebih pandai, dan sebagainya. 

Kelakuan Ibra dan Izah yang digambarkan dalam cerita di atas adalah gambaran dari orang-orang yang mengalami FOMO, sedangkan Majar adalah tanda-tanda orang yang mengalami FOPO.

Lalu apa perbedaan kedua istilah itu yang akhir-akhir lagi ramai dibicarakan? Mari kita bahas dimulai dari pengertian FOMO.


Pengertian FOMO


FOMO merupakan singkatan dari Fear of Missing Out, suatu istilah yang akhir-akhir ini sering disematkan kepada orang merasa takut tertinggal dalam mengikuti aktivitas tertentu.

Seperti Ibra yang merasa takut jika teman-temannya telah memiliki atau membaca buku yang sedang tren sedangkan ia belum. Atau seperti Izah yang selalu mengikuti aktivitas yang lagin tren di media sosial.

“FOMO merupakan rasa takut ketinggalan melihat orang lain bersenang-senang atau menjalani kehidupan yang lebih baik.” (dilansir dari Yankes.Kemkes.go.id).


FOMO untuk Gen Z?


Banyak yang beranggapan, bahwa pelaku FOMO kebanyakan adalah dari kalangan anak muda atau yang lebih dikenal sebagai generasi Z. 

Kenyataannya, tidak demikian, seperti yang dilansir Verywellmind.com, bahwa FOMO dapat terjadi pada semua umur. Jadi, Fear of Missing Out bisa dialami oleh siapa saja dan pada semua gender.

Yang pasti jika seseorang merasa selalu kurang atau tingkat kepuasan hidupnya rendah dan terus membandingkan pencapaiannya dengan pencapaian orang lain, maka ia mengalami FOMO tanpa memandang usianya. 


Apa Penyebab FOMO?


Penyebab umum terjadinya orang mengalami FOMO adalah penggunaan media sosial yang tidak terkontrol. Teknologi saat ini yang berkembang pesat menjadikan orang sangat mudah mendapatkan dan atau menerima informasi yang tak terbilang jumlahnya.

Informasi tersebut bisa dengan mudah didapatkan melalui aplikasi-aplikasi media sosial, seperti instagram, tiktok, whatsapp, dan yang lainnya.

Pengguna aplikasi yang beragam dan dilengkapi dengan fitur-fitur yang mendukung untuk memosting foto dan video dapat memicu perasaan cemas pada para pengikutnya atau sekadar penontonnya. Perasaan cemas untuk melakoni hal yang sama atau membandingkan kehidupan dirinya dengan orang lain yang nampak lebih menyenangkan.

Bagaimana menghindari FOMO? Sebelumnya, mari mengenali terlebih dahulu gejala-gejala orang yang terkena FOMO. 


Tanda-Tanda Orang yang Mengalami FOMO


Selalu mengecek ponselnya, apakah ada berita atau tren baru yang muncul. Seakan takut ketinggalan berita terbaru.

Butuh validasi di dunia maya, sehingga lebih peduli dengan media sosial daripada kehidupan nyata.

Selalu mencari tahu kehidupan orang lain, terutama gosip terbaru baik dari orang lain terutama dari orang yang terkenal di dunia maya, seperti selebgram atau artis.

Lebih mementingkan gaya hidup dibandingkan kebutuhan sehingga tidak memikirkan berapa pun uang yang ia keluarkan untuk memenuhi keinginannya sekalipun tidak sesuai dengan kemampuannya.

Tidak mempertimbangkan ajakan orang lain yang sebenarnya tidak penting atau tidak menarik demi agar tidak ketinggalan.


Akibat FOMO Bagi Kesehatan Mental


Jika membiarkan perasaan FOMO maka akan memicu munculnya stres, depresi, kelelahan, bahkan insomnia.

Tidak pernah merasa cukup dan selalu tidak puas atas apa yang telah dimiliki sehingga terkesan jauh dari Tuhan karena kurang bersyukur.

Dapat memicu munculnya masalah keuangan, karena untuk memenuhi keinginan dan gaya hidup yang tidak mau ketinggalan maka rela menghabiskan biaya yang besar untuk hal-hal yang tidak dia butuhkan.


Bagaimana Mengatasi FOMO?


Dilansir dari djkn.kemenkeu.go.id, ada beberapa cara agar terhindar dari FOMO, yaitu: fokus pada diri sendiri, kurangi penggunaan media sosial dan gadget, mencari koneksi nyata, dan hargai diri sendiri.


Fokus pada Diri Sendiri


Fokuslah pada diri sendiri sebab setiap manusia memiliki kehidupannya masing-masing. Kita tidak akan mungkin memiliki kehidupan yang sama dengan orang lain.

Jangan membandingkan diri dengan orang lain dan yakinkan diri bahwa setiap manusia diciptakan oleh Allah dengan membawa keunikannya sendiri dan dengan rezeki yang sesuai porsi masing-masing.


Batasi Penggunaan Media Sosial dan Gadget


Media sosial adalah ajang untuk memperlihatkan hal-hal yang baik saja sementara yang buruk sedapat mungkin disembunyikan oleh pengguna media sosial. Yakinilah itu, bahwa apa yang terlihat di media sosial belum tentu sama dengan kehidupan nyata. 

Maka untuk mencegah diri dari FOMO sebaiknya mengurangi penggunaan media sosial. Cerdaslah dalam bermedia sosial.


Jalin Hubungan yang Nyata


Sesungguhnya manusia adalah makhluk sosial yang butuh orang lain. Kita tidak mungkin hidup di dunia maya saja. Kita membutuhkan hubungan yang nyata maka pelan-pelan sifat FOMO akan hilang.


Bersyukurlah Atas Nikmat Tuhan


Senantiasa bersyukur atas nikmat Tuhan yang telah dianugerahkan kepada kita. Fokuslah pada apa yang sedang dikerjakan dan yang dimiliki saat ini alih-alih mencari validasi dari orang lain. Jangan membanding-bandingkan hidupmu dengan kehidupan orang lain, karena setiap manusia memiliki takdirnya sendiri.


Mengenal Istilah FOPO 


Apakah kamu selalu merasa takut terhadap pendapat orang lain?  Atau selalu cemas kalau-kalau ada orang yang mengkritik kamu? Jika, IYA maka bisa jadi kamu mengalami FOPO 

FOPO atau Fear of Other People’s Opinions (= takut terhadap pendapat orang lain) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan keadaan seseorang yang merasa cemas atau takut terhadap pandangan orang lain terhadap dirinya.

Dilansir dari Decoholic.org, orang yang mengalami FOPO meskipun terkesan familiar dan terlihat normal-normal saja, tetapi tidak bisa dibiarkan begitu saja karena bisa menimbulkan efek yang merugikan bagi yang mengalaminya.

Sungguh sulitnya hidup kita, jika terlalu menahan diri untuk melakukan sesuatu yang baik demi melawan rasa ketakutan yang tidak berdasar. Juga dapat membatasi daya kreativitas kita bahkan dapat  membatasi aktivitas kita. 

Belakangan ini, fenomena yang mengalami FOPO menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Apa ya penyebabnya.


Penyebab Orang Mengalami FOPO


Jika FOMO dialami oleh seseorang karena penggunaan media sosial yang tidak terbatas demikian pula FOPO.


Penggunaan Media Sosial


Kita lihat bahwa pengguna media sosial semakin banyak dan beragam, semakin bebas berpendapat dan memberi tanggapan bahkan tak jarang kita lihat pengguna media sosial bahkan semakin berani  “menghakimi” orang lain di media sosialnya.

Keberadaan media sosial semakin memudahkan orang untuk membentuk opini, misalnya tentang kesuksesan seseorang dilihat dari penghasilannya yang tinggi, kemampuannya memiliki barang-barang mewah, bisa kuliah di universitas terbaik baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dan sebagainya.

Karena opini tersebut, akhirnya banyak yang merasa insecure dan merasa gagal jika dibandingkan dengan orang lain.

“Kenapa yah orang bisa sesukses itu di usia muda, sementara saya yang sudah usia 30 tahun belum sesukses dia?”


Lingkungan Sosial dan Budaya


Dilansir dari halodoc.com, masyarakat yang sangat menghargai persetujuan sosial dan reputasi, tekanan untuk selalu “baik” di mata orang lain bisa menjadi penyebab orang mengalami FOPO.

Seperti, budaya yang memandang pada keberhasilan akademis atau penampilan fisik atau status sosial. Hal ini dapat memicu seseorang menjadi FOPO apalagi jika tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk menekan godaan dalam memenuhi ekspektasi tersebut.


Pengalaman Masa Kecil


Cara pengasuhan orang tua sangat berperan dalam pembentukan sifat dan karakter anak. Kebiasaan mengkritik anak dan membanding-bandingkannya dengan temannya atau dengan saudaranya cenderung menimbulkan kecemasan pada anak atau ketakutan terhadap penilaian orang lain. 

Hal ini dapat menimbulkan anggapan pada si anak, bahwa penilaian orang lain terhadapnya sangat penting dan sedapat mungkin menghindari kritik.


Media dan Stereotip


Media massa, seperti televisi, iklan maupun film seringkali menampakkan standar kecantikan, keberhasilan, dan kebahagiaan yang tidak realistis.

Sajian yang terus menerus ditonton dapat menjadikan seseorang mengalami FOPO, merasa kurang baik, kurang cantik, kurang berhasil karena tidak sesuai standar yang dipertontonkan. 


Sistem Penilaian dan Pendidikan


Tidak bisa dipungkiri, bahwa cara penilaian di sekolah masih banyak yang menekankan pada nilai ujian dan peringkat. Sehingga tanpa disadari siswa merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan temannya yang masuk peringkat ke sekian. 

Hal ini bisa jadi memicu anak mengalami FOPO. 


Bagaimana Mengatasi FOPO?


Kurang lebih sama dengan mengatasi FOMO, bahwa kita harus menumbuhkan kesadaran diri. 


Kenali Diri


Sedari kecil, orang tua dan guru sebaiknya mengantarkan anak untuk lebih percaya diri dengan mengenali identitas diri sendiri.

Menyadarkan, bahwa setiap manusia terlahir unik dan luar biasa. Berikan ruang yang cukup untuk mengenali dirinya.

Jika telah memiliki kesadaran diri maka identitas diri dapat terbentuk dengan baik sehingga tidak akan ada kecemasan akan pendapat orang lain dan yang paling penting, berani tampil berbeda.


Cegah FOPO Sejak Dini Melalui Pendidikan


Sudah waktunya, ekosistem pendidikan menciptakan ekosistem di mana anak-anak tumbuh  dengan percaya diri. Tidak gampang putus asa jika mengalami kegagalan dan tidak merasa cemas melihat keberhasilan orang lain.


Batasi media sosial 


Batasi media sosialagar tidak selalu melihat postingan-postingan fleksing dan fokuslah berinteraksi dengan dunia nyata dan ciptakan hubungan yang lebih bermakna.


Berani Mengambil Keputusan


Mengambil keputusan dengan segala resikonya adalah latihan yang lebih baik. Berani menerima ketidaknyamanan dan berani keluar dari zona nyaman dan memasuki situasi atau mencoba hal-hal baru yang lebih menantang.


Kesimpulan


Perbedaan utama antara FOMO dengan FOPO adalah:

FOMO adalah sikap yang fokus pada ketakutan atau kecemasan karena merasa terlewatkan dari suatu kegiatan atau tren.

FOPO adalah sikap yang lebih menitikberatkan pada kecemasan terhadap pandangan orang lain yang berdampak pada pengambilan keputusan.

Baik FOMO maupun FOPO semua bergantung pada keberanian mengambil keputusan demi kebaikan diri sendiri.

Demikian. Semoga bermanfaat.


Makassar, 15 Agustus 2024


Referensi:

Djkn.kemenkeu.go.id

ugm.ac.id

Verywellmind.com

halodoc.com

Decoholic.org

25 comments

  1. Nah baik FOMO ataupun FOPO keduanya mesti dihindari, jangan sampe kita nih terperangkap kedalam salah satu atau keduanya.

    Pembatasan menggunakan socmed sangatlah penting. Kadang emang seharian full gak bisa jauh dari HP, kecanduan social media dan membuat mental serta pikiran kian semrawut. Bahaya, bisa berujung membandinfkan hidup, kurang bersyukur.

    Untunglah ada artikel ini, super bermanfaat sangat tips dan cara atasi FOMO dan FOPO.

    ReplyDelete
  2. Baru tahu skr ada istilah FOPO mbak 😊. Selama ini tahunya fomo mulu. Dan fomo ini memang mengganggu sih. Krn Orang2 jadi mau yg terdepan utk bikin hal yg viral tersebut . Kdg sebagai yg menikmati atau cari hiburan dari medsos aku JD bosen karena itu ituuuuu aja yg lewat.

    Aku tipe yg sangaaaat menghindari hal viral. Atau segala sesuatu yg mainstream. Kayak, ga ada hal lain apa. Justru aku LBH suka datang ke tempat yg masih hidden atau liburan ke tempat antimainstream, atau melakukan hal2 yg bukan viral. Malah kalo bisa, kita dong yg jadi pelopornya bukan ngekorin orang 😄

    ReplyDelete
  3. Pernah masuk fase FOMO apalagi pas baru megang HP android. Awalnya memang menyenangkan tapi lama-lama capek dan sadar sendiri untuk berhenti. Baik fomo maupun fopo sama2 enggak bagus ya, Bun.

    ReplyDelete
  4. Jujurly baru tahu tentang FOPO, Mak.
    Yang baru masuk kosakata gaulku justru kebalikannya FOMO yaitu JOMO, Joy of Missing Out.
    Tapi jangan sampai salah kaprah juga ya Mak.
    JOMO bukan berarti meninggalkan sosial media sama sekali atau tak acuh dengan sekitar.
    JOMO itu lebih kepada sikap merasa nyaman meskipun meninggalkan atau melewatkan banyak hal-hal yang sebenarnya sih tidak ingin dilewatkan.

    Terus, ada lagi FOBO, Fear of Better Options dan juga YOLO, You Only Live Once.
    Ayo Mak, aku kasih PR, cari tahu detailnya FOBO dan YOLO.
    Hihihi.
    Have fun ya, Mak!

    ReplyDelete
  5. Saya setuju banget kalau FOMO dan FOPO itu seringkali saling berkaitan. Tapi, kalau boleh jujur, saya lebih sering merasa FOPO. Mungkin karena saya tipe orang yang cukup peduli dengan pendapat orang lain.

    ReplyDelete
  6. Semoga kita semua terhindar dari FOMO maupun FOPO ya, karena menjadi diri sendiri, apa adanya itu lebih menyenangkan dibanding selalu mendahulukan apa penilaian orang lain terhadap diri kita

    ReplyDelete
  7. Baru dengar nih istilah FOPO memang apa yang berlebihan tidak baik ya termasuk nongkrong melulu di media sosial jadi ada perasaan insecure dengan pencapaian orang lain, aku berusaha tidak berlama-lama di medsos sekarang Kak

    ReplyDelete
  8. Aku baru denger istilah FOPO, soalnya selama ini cuma taunya FOMO doang mbak. Orang-orang pada gercep bener yah, rela antri dan melakukan apapun demi bisa dapetin sesuatu yang viral.

    Aku malah, ga suka sesuatu yg lagi viral. Kayak ga worth aja gitu, ngabisin banyak upaya untuk sesuatu yang sebenarnya kadang B aja. Cuma naik karena viral aja, tapi secara value mah ga begitu spesial.

    Mending tunggu agak sepi, abis itu baru cobain. Atau cari hidden gems yang bener bener hidden hehehe

    ReplyDelete
  9. Efek FOMO dan FOPO ini munculnya dari sosial media yaa..
    Dan berdampak lebih dalam ke kesehatan mental.
    Memang sebaiknya ada pengendalian diri atas sharing ke medsos sehingga gak over sharing dan bikin "sakit" sendiri nantinya.

    Memang yang memahami batasannya hanya diri sendiri sih yaa.. pada akhirnya.

    ReplyDelete
  10. kehidupan FOMO ini sudah semakin banyak menjalar ya di kehidupan anak-anak zaman sekarang, akibat semakin maraknya kehidupan sosial media, jadi kita bener-bener harus bijak dalam menghadapi fenomena FOMO dan FOPO ini dan semoga kita ga masuk dalam pengaruh fenomena ini

    ReplyDelete
  11. Istilah FOMO akhir-akhir ini memang terdengar kembali. Setelah sempat mereda beberapa tahun. Sementara FOPO, baru baca nih, duh kudet hehe. Keduanya tidak baik ya untuk kesehatan mental. Sebaiknya jadi diri sendiri dan fokus pada diri sendiri saja. Jangan sampai terpengaruh oleh orang lain mau melakukan dan sedang apa

    ReplyDelete
  12. Mau fomo dan fopo perlu di ketahui sama orang tua sehingga sang anak juga terarah saat main sosmed .tidak hanya kepengin viral

    ReplyDelete
  13. Menurut bunda kedua sifat itu afa segi pisiruf dan negatifnya. Namun dari kedua sifat itu ada pula hal yg menonjol dr kedua orang yg memiliki sifat itu punya naluri yg kuat yaitu berpikir cepat, bukan cepat berpikir. Overall pd kedua sifat itu terselip sifat negative.


    ReplyDelete
  14. Hmm aku baru kali ini dengar istilah FOPO
    Klo FOMO sih sering ya
    Ternyata ada lagi istilah lainnya
    Emang gini ya sekarang ini
    Pada takut ketinggalan plus takut dengan pendapat orang lain

    ReplyDelete
  15. aku pernah nulis juga nih tentang FOPO ini yakni tentang orang yang selalu mementingkan pendapat orang ketika melakukan sesuatu. kadang ada baiknya sih mendengarkan pendapat orang tapi sebaiknya kita juga punya pertimbangan sendiri yaa

    ReplyDelete
  16. FOPO ini daku baru engeh.
    Daku ndak yang memusingkan soal yang nggak membuat nyaman diri hehe. Karena memang iya kak, kalo terlalu FOMO maupun FOPO yang ada bikin gak nyaman

    ReplyDelete
  17. Karena media sosial ini jadi sering dapet kemudahan akses baca-baca berita terkini yang bikin FOMO dan FOPO yaa..
    Banyak-banyak berdoa semoga jejak digital kita tidak menjadi aib suatu hari nanti. Takut banget kalo bisa sampe jadi trending gituu.. Tuh kaan, aku FOPO, Bundaaa...

    ReplyDelete
  18. Rasa yang berseberangan ini ya mak, yang satu rasa tidak ingin tertinggal karena harus menjadi bagian tren baru. Sementara rasa yang satu merasa tidak percaya diri. Sedari kecil memang harus diberikan pengutan dan juga memberikan rasa percaya.

    ReplyDelete
  19. Kayaknya saya pernah mengalami FOMO dan FOPO. Dulu sempet FOMO akan sesuatu, misal idolanya lagi ngapain, apa yg disukai, jadwalnya apa aja, dll. Saya sampai mencari tahu sumber informasi ke mana-mana, baik dari media sosialnya atau pun komunitasnya.

    Sedanfkan FOPO pun pernah banget. Bahkan mungkin dari kecil. Karena sering dikatakan sesuatu nanti begini dan begitu, jadi mau kelaur dari rasa itu tuh sulit. Beneran FOPO iti cukup bahaya terlebih lagi soal mengambil keputisan. Mikir dulu lama, nanti gimana kalau kayak gini, kalau gak jadi harus apa, kalau jado nanto kayak apa, dll.

    ReplyDelete
  20. Aku baru tau yang FOPO nih, dan sepertinya itu aku wkwkw. Aku takut kalo mendengar pendapat orang yang menjatuhkan, sepertinya memang itu dari pengalaman masa kecil yang kurang enak.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah.. setelah baca tanda2nya, aku gak termasuk golongane FOMO 😄. Ribet banget ya hidup, kalo harus ngikutin trend ini itu cuma demi terlihat gaul atau keren...

    ReplyDelete
  22. tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran media sosial suka bikin org FOMO maupun FOPO, apalagi gen Z yang kayaknya sekarang masa2nya mencari jati diri. Kyknya kita sbg org yg lebih senior dari mereka sebaiknya mendampingi bahwa kehidupan sesungguhnya bukan sebatas di sosmed melainkan di dunia nyata. Perilaku sesungguhnya di dunia nyata lah yang menentukan masa depan, kesuksesan, dll. Kudu kasi pemahaman juga bahwa segala yang di sosmed ada pula yang gak bener dan gak harus diikuti ya.

    ReplyDelete
  23. Tidak jarang saya FOPO
    Bukan karena saya membuat sesuatu yang keliru, bukan
    Hanya saja sudut pandang saya berbeda dengan mereka
    Cuma, belum sanggup rasanya mendengar pendapat orang lain
    Makanya kadang takut sendiri dan was was padahal belum tentu demikian

    ReplyDelete
  24. Duh aku kudet. Ternyata ada ya istilah FOMO dan FOPO ini. Makasih sharingnya Mak. Pembahasan yang menarik.

    ReplyDelete
  25. Kalau istilah FOMO sudah tahu sejak lama. Tetapi FOPO baru dengar, tapi malah aku punya pengalaman sendiri soal istilah FOPO ini.

    ReplyDelete