Akhirnya saya memutuskan berhenti mengikuti blog challenge BPN. Jangan dikira saya semudah itu memutuskan untuk berhenti, karena ada keraguan saat mengambil keputusan itu. Saya butuh beberapa waktu untuk berdoa minta petunjuk, apakah ini keputusan yang tepat atau bukan?
Di tengah kegalauan itu, saya mencari jawabannya dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wataala agar diberi petunjuk. Bagaimanapun saya tidak mau kehilangan semua momen-momen yang terjadi selama bulan suci ini.
Pagi itu, sepulang dari masjid, saya rehat sejenak sambil membuka akun media sosial, hingga di suatu waktu, saya mendapatkan notifikasi ceramah Ustaz Adi Hidayat lalu disusul dengan Ustaz Syafik Risa Basalamah tentang pentingnya menjaga waktu di sisa 10 hari terakhir Ramadan agar mendapatkan keberkahan dari-Nya.
Mungkin ini jawaban untuk alasan saya berhenti mengikuti challenge itu. Sekalipun saya sudah menyusun semua draf tulisan hingga hari terakhir, tetapi memprioritaskan kepentingan spiritual saya adalah keputusan yang sangat tepat, setidaknya itu hikmah yang saya dapatkan dari berbagai ceramah agama, baik yang saya simak melalui kanal youtube ustaz maupun yang saya dengar langsung dari para penceramah sebelum salat tarawih di masjid.
Alhamdulillah, sejak malam pertama Ramadan hingga menjelang 10 malam terakhir, saya diberi kekuatan dan kesehatan oleh Allah Subhanahu wataala untuk mengikuti tarawih di masjid.
Lalu sesuatu hal terjadi menerpa ketenangan saya, tiba-tiba ada perseteruan yang terjadi, memang tidak besar, tetapi cukup membuat hati ini sedikit terusik, dan kesadaran itu kembali mengingatkan bahwa, manakala kita berusaha mengembalikan kekhusyukan kita beribadah dan berjuang mendekatkan diri kepada-Nya agar menjadi lebih dekat lagi, maka setan pasti tidak senang, maka digunakanlah daya upayanya untuk mengganggu konsentrasi kita, dan itulah yang terjadi.
Sedang asyk-asyiknya mendekatkan diri, menghamba sehamba-hambanya kepada-Nya, godaan itu datang. Namun, seperti yang lalu-lalu, selama kita berusaha mencari perlindungan hanya kepada-Nya, maka pasti pertolongan itu datang.
Bismillah, kembali fokus mengejar momen malam seribu bintang itu. Dan, malam ke-25 itu saya mencoba menyampaikan keluh kesah ini lagi dan lagi hanya kepada-Nya.
Bantulah saya ya Rabb, untuk tetap istiqamah dalam ketaatan kepada-Mu.Tolonglah nurani ini yah Rabbi untuk selalu berada dalam kalbu.
“Ya muqalliba qulub tsabbit qalbi ala diniika.”
“Wahai Zat yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Semakin mendekati akhir Ramadan, godaan itu semakin gencar datangnya dan bertubi-tubi. Tak mempan menerjang jiwa, maka fisik pun ditodong, yang saya rasakan adalah badan selalu lelah dan mata seakan tak bisa terjaga untuk membaca kalam Al Qur’an bawaannya mau tidur terus.
Sekuat tenaga saya menghalau itu semua dan terutama memohon pertolongan-Nya,
"Ya Rabb, jangan biarkan tubuh ini rapuh di saat saya membutuhkan kekuatan untuk mengisi sisa-sia Ramadan ini."
Jangan lenakan pikiran dan hati ini untuk mengejar malam-malam indah-Mu yang kau anugerakan kepada umat Muhammad yang hanya datang sekali selama setahun. Karena Belum tentu tahun depan kami masih berjumpa dengannya. Bantulah kami ya Allah untuk selalu ingat kepada-Mu. Tolonglah kami untuk berjalan kearah-Mu.
Hari ini, sudah memasuki 8 Syawal 1445 H, itu artinya sudah delapan hari berlalunya Ramadan. Seharusnya saya bisa kembali fokus menulis selepas merayakan lebaran dan bersilaturahim, tetapi konsentrasi saya harus fokus dahulu ke persiapan umroh Syawal yang insyaallah dimulai pada 25 April 2024.
Bismillahirrahmanirr rahim, semoga semua rencana berjalan dengan baik dan bisa menjalankan ibadah umroh dengan lancar dan meraih umroh mabrur. Amin ya Rabbal alamin.
Makassar, 17 April 2024
Dawiah
Post a Comment