Resep Mama; Bolu Singkong Panggang -
Bismillah.
Sudah lama saya berencana mengumpulkan resep-resep makanan dan minuman yang pernah saya dan mama praktikkan. Resep-resep tersebut biasanya saya salin dari majalah dan sebagian resep-resep berasal dari teman mama maupun teman saya atau dari keluarga serta tetangga.
Resep-resep itu memiliki sejarah tentang keseruan saat kami mempraktikkannya hingga mencoba hasil praktik kami.
Sebagai pembuka dari tulisan tentang resep mama ini, saya mulai dari resep yang pertama kali kami praktikkan di mana resepnya saya salin dari majalah Femina sekitar tahun 1984.
Resep ini saya praktikkan dalam rangka merayakan kegembiraan menerima honor pertama saya sebagai guru di SMP Muhammadiyah 3 Makassar di mana semua bahan-bahannya saya beli dari honor tersebut.
Oh yah, sebelum menjadi guru honorer saya sudah mendapatkan penghasilan dari menjahit baju kodian, tetapi waktu itu tidak bisa disisihkan untuk membeli bahan buat praktik karena dipakai untuk biaya transport ke kampus dan jajan.
Kata mama,
“sayang uangnya kalau dipakai buat praktik bikin kue, nanti kuenya gagal, rugilah kamu.”
Apalagi uang hasil menjahit juga tidak seberapa. Makanya ketika saya menerima honor pertama setelah mengajar selama tiga bulan, langsung deh belanja bahan untuk praktik bikin kue.
Sebelum menjatuhkan pilihan, kue apa yang akan kami praktikkan, saya dan mama melihat-lihat resep-resep dari majalah Femina, waktu itu saya menyimpan beberapa majalah Femina bekas atau terbitan lama.
Banyak sekali resep kue yang disuguhkan dalam majalah itu sampai kami bingung memilih. Maka terjadilah diskusi yang cukup alot antara saya, mama, dan bapak.
Bapak diikutkan karena beliau yang bertugas sebagai wasitnya nanti.
Mama memilih resep berdasarkan harga perkiraan bahan-bahannya, sedangkan saya memilih resep berdasarkan kemudahan dalam mengelolanya, lalu bapak memberikan usul, bikin kue berdasarkan bahan yang sudah tersedia di rumah saja.
Pertimbangan bapak ini setali tiga uang sama pertimbangan mama sebenarnya, yaitu atas dasar penghematan.
Setelah menimbang, mengingat, dan memperhatikan maka diputuskanlah kalau hari pertama praktik bikin kue dari resep yang diambil dari majalah, jatuh pada kue Bolu Ubi kayu/Singkong Panggang.
Pertimbangan pertama adalah, di rumah ada ubi kayu pemberian tetangga. Mengingat, ada gula pasir yang baru dibeli mama sehari sebelumnya, kemudian memperhatikan, telur yang dibutuhkan tidak banyak dan kebetulan pula ayam betina yang mama pelihara baru saja bertelur, pas 2 butir.
Jadi yang wajib dibeli sisa tepung maizena, kelapa untuk santan dan margarine. Madu bisa diganti susu kental manis, kalau susah dibeli karena mahal, bisa diskip.
Silahkan disimak resepnya yah, siapa tahu kamu tertarik.
Bahan
- 800 gram ubi kayu parut, kami perkirakan saja karena di rumah tidak ada timbangan. Kami pakai ubi kayu 3 biji.
- 230 gram gula pasir, kami gunakan 250 gram, disesuaikan dengan jumlah yang dibeli mama sebelumnya, yaitu seperempat kilo atau sama dengan 250 gram.
- 1/2 sdt garam
- 3 sdm tepung tapioka
- 2 butir telur
- 400 ml santan encer, ini diperkirakan saja menjadi 1 gelas
- 100 gram margarin cair
- 2-3 sdm madu, bisa diganti dengan susu kental manis. Bahan ini kami skip karena tidak ada susu kental manis apalagi madu.
Cara Membuat
Langkah Pertama
- Ubi kayu dikupas kulitnya lalu dibersihkan kemudian diparut.
- Masukkan gula pasir, tepung tapioka lalu diaduk hingga merata.
- Masukkan telur satu persatu dan tuangkan santan dan margarine yang sudah dicairkan lalu dicampur dan diaduk hingga merata.
Langkah Kedua
- Siapakan loyang lalu diolesi tipis-tipis dengan margarine.
- Masukkan adonan dan ratakan dengan spatula.
- Panaskan oven lalu panggang selama kurang lebih 70 menit dengan api sedang.
Hasilnya?
Alhamdulillah, bolu singkong panggang kami matang dengan sempurna. Penampakannya juga cantik sekali, sekalipun tidak ada taburan kejunya.
Oh yah, saya lupa kalau di majalah Femina itu, salah satu bahannya adalah keju sebagai taburan sehingga namanya menjadi Bolu Singkong Keju.
Seperti madu atau susu kental manis, keju ini pun kami skip makanya resep ini saya namakan Bolu Singkong Panggang saja tanpa keju.
Melihat hasilnya yang cantik, bapak bergegas bikin kopi dan mama menyeduh teh. Bolu pun diiris tipis lalu saya hidangkan di atas piring.
Gigitan pertama, muka bapak mengkerut.
“Ini kuenya yang pahit atau kopi saya?”
Mama ikut mencomot seiris.
“Kuenya yang sedikit pahit, kenapa yah?”
Mama menatap saya sambil berkata, “coba periksa lagi itu majalahnya, siapa tahu ada yang terlewat.”
Dengan perasaan campur aduk, saya membuka majalah dan membaca lebih teliti resepnya.
“Ada yang terlewat Mama, kita lupa peras singkongnya.”
“Awweee, pantas agak pahit.” Kata bapak sembari menyeruput kopinya dan mencomot lagi seiris kue bolu singkong.
Hari itu, saya dan mama tergelak. Apalagi ketika bapak berkomentar,
“Kue ini pahit, tapi lebih pahit dompetnya Dawiah, habis-mi dipakai praktik bikin kue, tapi tidak enakji, hahaha.” Sambil mencomot kue untuk ketiga kalinya.