Manusia Membutuhkan Dzikir dan Syukur
“Allahumma innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik”
Artinya:
"Ya Allah, tolonglah aku dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu.’” [HR. Abu Daud dengan sanad shahih." (HR. Abu Daud, no. 1522; An-Nasa’i, no. 1304).
Itu adalah doa yang disampaikan oleh ustaz DR. Syamsul Alam pada saat ceramah agama di masjid dekat rumahku beberapa hari sebelum memasuki Ramadan.
Lalu diuraikan bahwa, sekuat apa pun kita berusaha melakukan sesuatu atau merencanakan suatu hal termasuk beribadah, bersyukur maupun berzikir jika tidak diperkenankan oleh-Nya maka kita tak kuasa melakukannya.
Sejenak saya tercenung lalu bermonolog.
Masa sih Tuhan begitu teganya, kan kita mau berdzikir dan mau beribadah kepada-Nya bukan mau melakukan maksiat. Masa iya mesti mendapatkan keridaan-Nya terlebih dahulu baru bisa melakukannya.
Astagfirullah, setan apa yang merasuki pikiranku saat itu. Seakan-akan Allah Subhanahu wataala membutuhkan ibadahku. Padahal jangankan ibadahku yang belum tentu juga sempurna ini, ibadah semua makhluk di bumi pun, Allah tidak butuh sama sekali.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Quran Surat Az-Zariyat ayat 56-58 yang artinya sebagai berikut.
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (saja). Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Az-Zariyat: 56-58)
Jadi manusia dan jin itu diciptakan tugasnya hanya satu, yaitu menyembah kepada Allah. Bagaimana bisa Tuhan membutuhkan apa-apa kepada makhluk, sedang Dia yang menyediakan segala sesuatunya yang dibutuhkan makhluk agar bisa tetap bertahan hidup.
Hal ini diperkuat dalam sebuah hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya sebagai berikut.
“Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari awal penciptaan sampai akhir penciptaan. Seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari awal penciptaan sampai akhir penciptaan. Seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku” (HR. Muslim, no.2577)
Berdasarkan hadis tersebut tergambar jelas bahwa sekalipun semua manusia dan jin berakhlak baik, rajin beribadah, bertaqwa dan memiliki semua sifat-sifat baik, sama sekali tidak menguntungkan bagi Allah Subhanahu wataala.
Sebaliknya, walaupun semua makhluk di bumi ini tidak pernah beribadah, selalu bermaksiat hingga melakukan kezaliman yang sangat tinggi maka Allah Subhanahu wataala sama sekali tidak akan dirugikan.
Pada dasarnya, kitalah makhluk yang membutuhkan semua itu
Kita butuh ibadah dan selalu berzikir kepada-Nya agar Allah menjadi ridho dan sayang. Kitalah yang membutuhkan kasih sayang-Nya agar rohani kita damai dan tenteram.
Ibarat makan, tubuh kita membutuhkan makanan agara mendapatkan energi, dapat membantu pertumbuhan jasmani sedangkan rohani membutuhkan kasih sayang Ilahi agar rohani kita sehat dengan cara beribadah.
Jika melakukan kemaksiatan, tidak beribadah, tidak berzikir kitalah yang rugi. Ibarat makan, kalau tidak makan, kita yang lapar, tubuh kita yang kekurangan energi dan pertumbuhan jasmani terhenti.
Agar bisa melakukan aktivitas ibadah, berdzikir dan bersyukur dengan lancar maka kita butuh keridaan-Nya agar bisa melakukan semuanya dengan istiqamah maka tidak ada jalan lain selain memohon pertolongan-Nya agar bisa melakukan semua kebaikan-kebaikan itu.
Maka pantaslah Ibnul Qayyum mengatakan bahwa agama ini dibangun di atas dua landasan, yaitu dzikir dan syukur. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 152 yang artinya adalah:
“Berdzikirlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kepadamu. Bersykurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar.” (QS. Al Baqarah: 152).
Agar proses berdzikir (mengingat Allah) dan bersyukur serta ibadah kita lancar dan istiqamah maka mohonlah pertolongan kepada-Nya dengan berdoa.
“Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik”
“Ya Allah, tolonglah aku dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu.”
Demikian hikmah yang saya dapatkan dari penjelasan tentang doa tersebut dan saya tuliskan lagi dengan menambah referensi dari beberapa sumber. Wallahualam bissawab.
Semoga bermanfaat
Makassar, 10 April 2023
Dawiah
Post a Comment