Tema “Tantangan Ngeblog 10 Pekan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Makassar kali ini adalah pengalaman menyenangkan terkait aktivitas menulis.
Kalau saya katakan, hal yang menyenangkan buat saya dari menulis adalah dapat cuan rasanya terlalu berlebihan, karena saya hanya mendapatkan job sesekali. Tentu berbeda buat penulis lain yang sudah malang melintang dalam dunia kepenulisan bahkan banyak penulis hebat dan produktif yang betul-betul hidup dari aktivitas menulis serta mendapatkan penghasilan yang tidak sedikit.
Atau saya katakan, pengalaman yang menyenangkan dari aktivitas menulis adalah saya sudah menerbitkan satu buku solo, satu buku ensiklopedi sebagai penulis pendamping dan puluhan buku antologi. Wuis, itu makin berlebihan dan sedikit memalukan apalagi jika pernyataan itu diketahui oleh penulis yang bukunya sudah terbit puluhan buku solo bahkan ada yang sudah ratusan, best seller pula.
Oh yah, ada sahabat saya yang ilmu agama Islam-nya sudah jauh di atas saya pernah bilang begini, “menulis itu sesungguhnya adalah berdakwah, apabila yang kamu tuliskan adalah nasihat-nasihat yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist maka pasti itu sangat menyenangkan sekaligus menginspirasi. Maka menulislah agar mendapatkan pahala karena sudah berdakwah."
”Wadidaw…. Itu bukan menyenangkan Bu, melainkan mengerikan.
Siapa saya yang sok-sokan mau berdakwah lewat tulisan.
Lalu hal apa yang menyenangkan dari aktivitas menulis saya, yang kira-kira kalau disebutkan menjadi sesuatu yang tidak biasa, tetapi tidak menjadi bahan cemoohan sehingga pembaca tulisan ini terinspirasi dan mau juga menulis. Ah, saya bingung jadinya.
Menulis Menjaga Kewarasan
Menulis menjaga kewarasan?
Sebelum rasa penasaran menggerus kewarasan maka sebaiknya baca dahulu latar belakangnya.
Jadi, dulu itu waktu saya masih SD, saya sering sekali dicueki oleh guru kelas. Mungkin karena waktu itu penampilan saya buluk dengan pakaian yang sangat sederhana, padahal Pak guruku tercinta itu hanya tidak mau mengamati wajahku secara saksama, bahwa sebenarnya saya itu menyimpan aura kecantikan yang luar biasa. Hahaha.
Untuk melampiaskan kekesalan, saya tulis semua tentang beliau, semua kekurangannya, sebab kemarahan saya terhadap beliau dan apa saja yang membuatku sedih di dalam buku diariku.
Plong!
Setiap kali beliau tidak memedulikan saya, maka setiap itu pula saya tulis kekesalan terhadap beliau sekaligus kesedihan saya.
Sebagian kisahnya saya tuliskan di sini.
Dan, tulisan terakhir tentang beliau pun berakhir di sini. Pak guru merangkulku dalam kasih sayang dan kami berdamai.
Bisa dibayangkan, seandainya waktu itu saya tidak menumpahkan semua kekesalan dan kesedihan saya lewat tulisan, mungkin saya menderita dalam kesedihan tak berujung.
Back to the old story. Tahun 2015 adalah tahun terhampa dalam hidup saya.
Pernah merasakan berada di suatu tempat, tetapi jiwa serasa melayang? Pernah memaksa pikiran untuk mengakui semua baik-baik saja tetapi di sudut pikiran lain menolaknya?
Nah, itu saya pada tahun itu.
Dan, Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Dia menunjukkan cara terbaik mengatasi kehampaan jiwa saya setelah hampir menjauh dari-Nya.
Atas skenario-Nya, suatu waktu saya menemukan tulisan status teman SMP tentang Sekolah Perempuan (SP). Dari sana saya mulai bertanya tentang SP dan segala hal yang berhubungan dengan itu, yaitu menulis.
Bagai menemukan oasis, jiwa yang tadinya gersang perlahan-lahan menjadi sejuk. Kehampaan dan kesedihan perlahan-lahan terurai.
Semua kesedihan dan kehampaan itu tumpah dalam tulisan.
Berhari-hari saya menuliskan semuanya. Rasa sedih, amarah, sakit hati, tentang orang-orang sekitar yang menggunjing, orang yang bersyukur atas musibah yang saya alami, semuanya tanpa tersisa.
Sekali lagi saya merasakan perasaan yang sama puluhan tahun lalu.
Plong!
Maka tak salah jika saya katakan, pengalaman menyenangkan terkait dengan aktivitas menulis dalam hidup saya adalah saya terbebas dari situasi yang nyaris menghilangkan kewarasan saya.
Dengan Menulis Saya Mendapatkan Ilmu
Berkat menulis saya bertemu dengan orang-orang yang memiliki hobi dan passion yang sama. Saya bergabung dalam berbagai komunitas menulis di mana di dalam komunitas-komunitas tersebut, ada saja anggotanya yang tak henti-henti menyebarkan virus menulis.
Bagai resonansi, saya turut bergetar dan terseret dalam pusaran gelombang semangat menulis.
Tak cukup sampai di situ. Tanpa saya sadari, saya menemukan berbagai ilmu lain selain menulis, seperti ilmu parenting, kesehatan, keuangan bahkan digital marketing secara gratis.
Sungguh menyenangkan menyingkap tirai ketidaktahuan menjadi sesuatu yang terang benderang.
Menulis Mempertemukan Teman Curhat
Kedengaran aneh, tetapi itulah yang terjadi.
Setelah sekian lama berkecimpung dalam dunia kepenulisan, maka tanpa disengaja saya bertemu dengan teman baru yang asyik untuk diajak bicara.
Awalnya hanya bicara sekitar kepenulisan lalu berlanjut bicara tentang keluarga masing-masing dan terus secara intens saling curhat.
Saat dia galau tentang apa saja, saya menjadi pendengarnya demikian pula sebaliknya. Bukankah saat kita sedih, resah dan gelisah kita hanya membutuhkan telinga untuk didengar?
Mungkin masih ada teman lain di luar sana seperti teman kantor, teman masa kecil bahkan keluarga yang bisa menjadi tempat curhat, tetapi belum tentu ia bisa menjadi pendengar yang baik sekaligus penyimpan rahasia yang aman.
Nah, saya menemukan dia berkat menulis dan tergabung dalam Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Makassar.
Kalau begitu, kita sapa dia dulu yuk!
Hai, teman curhatku, apa kabar? Masih banyak tong sampah yang kau miliki untuk menampung unek-unekku kan? Tenang saja, saya pun masih menyediakan telinga buat mendengar kisahmu dan menampung unek-unekmu. Dijamin rahasia aman.
Makassar, 9 Agustus 2022
Dawiah
Jadi penasaran closing kisah dengan bapak guru tuh gimana kak kok bisa legawa gitu. Hebat kak
ReplyDeleteMasya Allah ya, Kak ... manfaat menulis itu banyak, saya pun merasakan banyaknya manfaat menulis. Termasul jadi ada teman curhat yang sefrekuensi dan .... aman :)
ReplyDeleteBagiku, menulis juga suatu cara utk menghilangkan jenuh, sedih, kesal mba. Rasanya plong banget kalo sudah ungkapin dalam tulisan. Makanya dari SD aku terbiasa menulis diary.
ReplyDeleteMungkin bagi orang yg ga suka menulis, ga tau Yaa di mana letak nikmatnya.. malah sering dianggab nyusahin. Aku yg tipenya introvert, lebih bisa mengekspresikan perasaanku lewat tulisan drpd bicara langsung.
Bagiku menulis tuh udah kayak healing pribadiku... gimana enggak karna aku bisa menulis semua oendapatku tanpa ada interupsi dan rasanya plong sekali
ReplyDeleteUdah menerbitkan satu buku solo, satu buku ensiklopedi dan puluhan buku antologi, merasa malu & berlebihan? Hiks apa kabar dengan sayaah? Keren mba Mar, sukses terus yaa 🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Bunda, menemukan kebahagiaan di dunia tulis-menulis, toss.. Alhamdulillah, berkat nulis daku bisa nambah teman, pengalaman, wawasan dan juga dapat penghasilan..
ReplyDeleteMashaAllah~
ReplyDeleteAda banyak hal yang bisa kita dapatkan ketika menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisan ya, Bunda.. Salah satunya yang aku rasakan adalah mengelola emosi yang ingin kita sampaikan melalui tulisan. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk diri sendiri agar tetap waras dalam mengelola emosi dan menjaga kestabilannya.