Cinta mati harus dijaga sampai mati.
Jangan sampai ke lain hati.
Nanti jadinya patah hati.
Hati-hati menjaga hati.
Bacanya jangan pakai nada yah, wkwkwk
Ada yang ingat syair di atas?
Yap, itu adalah sebagian syair lagu Cinta Mati, tetapi tulisan ini bukan tentang cinta yang mati atau cinta yang dijaga sampai mati apalagi tentang patah hati melainkan tentang hati-hati dengan hati.
Mengapa Hati Harus Dijaga?
Hati adalah sesuatu yang sangat penting. Hati merupakan tolok ukur kebaikan, ketenteraman, kedamaian dan hidup matinya seseorang.
Begitu istimewanya hati bagi manusia sehingga hati digambarkan dan dituliskan dalam Al-quran beberapa kali. Keadaan hati manusia dalam Al Qur’an diilustrasikan dalam beberapa hal, seperti hati yang tenteram, hati yang bersih, hati yang buruk, hati yang keras bagai batu, dsb.
"…. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Ra'd: 28).
Hati yang bersih hanya bisa didapatkan apabila beribadah dengan tulus.
“…. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS asy-Syu'ara':89).
Bagaimana dengan hati yang sakit?
Hati yang berpenyakit adalah akibat dari kebiasaan seseorang berdusta.
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu, dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10).
Selain itu, ada hati yang gelap dan buruk disebabkan keengganan menerima kebenaran Ilahi. Hati ini diilustrasikan seperti kerasnya batu, bahkan lebih keras dari batu dalam QS Al Baqarah: 74.
Ada pula hati yang takabur dan sombong.
“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), dan mereka adalah orang yang sombong.” (QS. An-Nahl: 22).
Maka bisa disimpulkan bahwa hati merupakan pusat komando perilaku hidup manusia. Jika hati manusia rusak maka rusaklah semua sendi-sendi kehidupan manusia.
Sebagaimana yang dituliskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim.
“Sesungguhnya di dalam jasad manusia terdapat segumpal darah. Jika rusak, maka rusaklah semua jasad manusia. Dan jika baik, maka baiklah semua jasad manusia. Segumpal darah itu adalah hati.” (HR Bukhari-Muslim).
Penyakit Hati
Dr. Syafiq Riza Basalamah dalam tauziahnya menjelaskan bahwa penyakit hati yang paling besar dan sangat berbahaya itu ada dua, yaitu:
Syirik kepada Allah, menyekutukan Allah Azza Wajallah. Ini adalah penyakit hati yang paling tinggi. Manusia dikasi akal, hati dan panca indra oleh Allah tetapi menyembah batu dan berhala, maka bisa dipastikan orangnya sehat, tetapi hatinya yang sakit.
Iri, dengki dan sombong. Penyakit hati lain yang juga tinggi adalah iri, dengki dan sombong. Ingatlah kisah Iblis yang tak mau menuruti perintah Allah Swt untuk bersujud kepada nabi Adam as karena merasa lebih baik, lebih istimewa fisiknya sehingga merasa tak pantas bersujud. Iblis hasad kepada nabi Adam as.
Dijelaskan lebih jauh, bahwa hati itu terdiri atas tiga macam, yaitu:
Hati yang Sehat
Yaitu, hati yang selamat dari segala macam penyakit syahwat dan syubhat.
Hati yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati yang kadangkala menuruti syahwat dan syubhat, tetapi kadangkala tidak sehingga hati yang sakit masih bisa diobati selama mau berusaha dan berjuang.
Hati yang Mati
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Allah, tidak beribadah kepada Allah bahkan menyekutukan Allah dan mengikuti syahwat perutnya dan di bawah perutnya. Sehingga bisa juga dikategorikan mereka tak punya hati.
“Dan sungguh, akan Kami isi neraka jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)…..Mereka seperti hewan ternak…..(QS. Al- Araf: 179).
Manusia yang mati hatinya itu bagaikan binatang ternak bahkan bagai hewan tak berguna.
Bagaimana Menjadikan Hati Kita Bersih?
Manusia bisa menjadikan hatinya tidak lagi diperbudak oleh syahwat sebab manusia bisa mengontrol syahwatnya buktinya manusia bisa berpuasa. Hati manusia bisa bersih dari segala macam penyakit dengan cara mengontrol syahwat kita.
Apa saja yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan hati yang bersih?
Ikhlas
Tatkala kita beramal maka jagalah hati agar ikhlas. Niatkan ikhlas Lillahi Taala. Mumpung bulan Ramadan, di mana hampir semua elemen melakukan kebaikan, seperti berpuasa, sedekah dan segala kebaikan lainnya. Maka niatkanlah dengan ikhlas. Berharap pahala dari Allah Swt bukan berharap sanjungan dari manusia.
Ridho
Ridholah dengan apapun yang diberikan oleh Allah. Ridholah atas apa yang didapatkan. Tempatnya ridho adanya di hati. Tidak ada iri melihat orang-orang di sekitarnya.
Pandai-pandailah bersyukur, selalu memandang orang-orang “dibawahmu” agar selalu bersyukur dan tidak meremehkan orang-orang yang berada di bawahmu, baik dari segi harta maupun jabatan dan apapun yang melekat di dirinya.
Membaca Al-Qur’an
Al Quran adalah obat dari segala penyakit hati. Dengan membaca alquran dan mentadaburrinya maka penyakit hati bisa dihindari.
Dalam Surat Yunus ayat 57, diingatkan bahwa Al quran datang kepada manusia sebagai pelajaran dan penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada serta petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman.
Kita semua perlu menjaga dan mengobati hati kita dengan membaca Al quran sebab di situ ada petunjuk, rahmat dan penyembuh. Al-Quran adalah qalamullah.
Semua Akan Dihisab
Agar hati kita bersih, maka selalu mengingat bahwa semua akan dihisab.
Segala hal yang kita miliki, kita alami kelak akan dihisab di hari perhitungan.
Apapun yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban. Amalan baik baik dan buruk akan diberi balasan.
Berdoa
Hati sifatnya elastis, gampang dibolak-balikkan oleh setan, karena itu mintalah kepada Allah agar hati kita tetap kepada-Nya. Berdoalah agar hati ditetapkan dalam keimanan.
“Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da iz hadaitanaa wa hablanaa mil ladungka rohma, innaka angtal-wahhaab.”
Artinya:
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-MU, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS Ali-Imran:8).
“Ya Muqalabbal qulub tsabbat qalbi ‘alaa diinik.”
Artinya:
“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu). (HR.Tirmidzi no 3522, Ahmad no 302, 315).
Bersedekah
Sedekah adalah bukti kita beriman agar hati kita selamat dan dicintai oleh Allah Swt. Jika cinta-Nya Allah telah kita miliki maka yakinlah ketenangan dan ketenteraman hati akan datang.
Berbaik Sangka Sama Saudara
Selalu berbaik sangka adalah salah satu kunci agar hati kita bersih, tenang dan damai. Sebaliknya jika ada syakwasangka, keragu-raguan atas perbuatan buruk saudara kita terhadap kita maka hati tak akan tenang.
Selalu muncul rasa curiga yang berakibat terjadinya kegundahan, kegelisahan dan hati menjadi tidak bersih.
Menyebarkan Salam
Menyebarluaskan salam adalah menyebarluaskan kedamaian dan keselamatan, sebagaimana makna dari kalimat
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.”
"Semoga Allah memberikan kedamaian (kesejahteraan), merahmati serta keberkahan kepada kalian semua.”
Tersenyum
Hendaklah tersenyum kepada saudara-saudara kita sebab senyum adalah sedekah.
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR Tirmidzi).
Jangan Bertanya Yang Tidak Perlu
Tidak perlulah bertanya-tanya tentang sesuatu kepada saudaramu. Istilah sekarang, jangan kepo. Hal itu tak akan menambah pahalamu malahan akan merusak hatimu.
Mencintai Kebaikan
Tak beriman seorang muslim sebelum mencintai saudaranya. Arahkan hati kita untuk selalu mendekati dan mencintai kebaikan agar hati kita senantiasa bersih dan sehat.
Penutup
Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a).
Siapakah dia?
Apakah seseorang yang berprofesi dokter? Karena dokter membantu menyembuhkan orang bahkan membantu menyelamatkan orang dari maut.
Menurut DR. Syafiq Riza Basalamah, manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain saja tidak cukup, kalau tak menghadirkan hati di dalamnya maka sia-sia.
Setiap kebaikan dan kebermanfaatan manusia bergantung kepada ketulusan hatinya.
Sebesar apapun manfaat kita terhadap orang lain jika hati tak dihadirkan dalam setiap perbuatannya maka akan menjadi sia-sia.
Semoga di pertengahan Ramadan 1443 H ini, hati kita senantiasa disinari dengan sifat-sifat, ikhlas, ridho, mencintai kebaikan, selalu tersenyum, menebarkan salam, bersedekah, selalu berbaik sangka kepada saudara, rajin bersedekah, mencintai kebaikan dan tidak bertanya sesuatu yang tidak perlu kepada saudara, serta selalu berdoa agar ditetapkan dalam keimanan Islam.
Sebagaimana Rasulullah Saw yang selalu bermunajat kepada Allah,
"Ya Allah terangilah hati-hati kami dengan cahaya petunjuk-Mu, seperti Engkau menyinari alam semesta ini selamanya dengan sang surya dan rahmat-Mu."
Makassar, 18 April 2022
Dawiah