Selera Boleh Berbeda, Tetapi Cinta Harus Sama
Bicara tentang selera, saya dan suami itu memiliki selera yang sangat berbeda hampir dalam berbagai hal. Mulai dari selera terhadap jenis makanan, musik, hobi, tempat dan sebagainya.
Begitu berbedanya selera kami sehingga hampir tiap waktu terjadi perdebatan alot setiap kali kami mau memutuskan sesuatu.
Kalau dirinci kemudian ditulis bisa menjadi satu postingan dengan jumlah kata 300 sampai 500 dengan karkater
Nah, tulisan kali ini, saya akan mengulas apa saja perbedaan selera kami sekaligus sebagai setoran pada komunitas 1minggu1cerita dengan tema SELERA.
Jenis Makanan
Saya menyadari bahwa latar belakang keluarga kami berbeda sehingga kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga masing-masing juga berbeda termasuk jenis makanan yang biasa kami makan.
Saya dan adik-adik dibiasakan makan lauk apa saja yang disajikan oleh mama. Berhubung mama dan bapak tidak terlalu suka dengan ikan yang berukuran besar maka jenis ikan yang paling sering disajikan adalah ikan yang berukuran kecil hingga sedang seperti ikan teri, makarel, mujair, nila dan bandeng.
Pengolahannyapun termasuk sangat sederhana dan kurang bumbu. Paling sering, ikan dimasak dengan kuah asam, kunyit dan garam. Kalaupun ikannya diasap, maka paling-paling disirami dengan bumbu bawang merah, merica dan garam.
Sementara kebiasaan dia adalah makan ikan yang berukuran besar yang pengolahannya dilengkapi dengan bumbu yang banyak.
Itu baru jenis ikan belum jenis sayuran. Sebab saya sukanya sayur bening sedangkan dia lebih suka sayur santan atau sayur dengan bumbu aneka rupa.
Maka tidak heran jika tahun pertama perkawinan kami paling sering berselisih pendapat hanya soal jenis makanan dan uniknya itu masih sering terjadi hingga sekarang.
Kadangkala kami gagal keluar makan di luar karena persoalan jenis makanan apa yang mau dimakan, hahaha.
Saya maunya makan makanan yang jarang disajikan di rumah, seperti pizza, burger, sushi, udon dan sebagainya. Sementara dia maunya makan ikan bakar, sayur santan, coto, konro, kapurung dan makanan khas daerah Makassar lainnya.
Itu tempat makannya saja sudah berbeda bukan?
Mana ada restoran atau warung yang menyajikan burger plus ikan bakar. LOL.
Untungnya sekarang ada makanan yang bisa dipesan online. Jadi kami bisa memesan makanan sesuai selera masing-masing. Saya makan pizza dia makan kapurung di meja makan yang sama. Hahaha.
Jenis Musik
Qadarullah, dia itu dianugerahi kecerdasan musikal dan visual-spasial dan kebetulan pula menjadi guru Seni Budaya sehingga jiwa seninya cukup kental dan terasah dengan baik. Dia bisa bermain gitar, organ dan melukis.
Sementara saya hanya penikmat musik dan lukisan.
Selain itu, kami juga berbeda dalam menikmati jenis musik. Dia suka dengan lagu dangdut dan lagu pop berbahasa Indonesia sementara saya suka lagu pop barat sehingga tak jarang dia mengejek saya, katanya suka lagu barat padahal tidak tahu artinya.
Musik itu bersifat universal kan yah? Walau tak tahu arti keseluruhannya, tetapi lagu dan alunan musiknya bisa dinikmati. Saya ngeyel.
Nah, soal lukisan. Dia suka aliran romantisme seperti pemandangan alam bahkan cukup piawai melukis dengan tema pemandangan, gunung, sungai dan pohon-pohon.
Sementara saya suka menikmati lukisan yang abstrak serupa kumpulan benda-benda geometris dan perpaduan warna-warni menyolok.
Hobi
Tentang hobipun kami jauh berbeda. Dia merasa sudah tenang dan bersantai manakala memainkan musik, entah itu main gitar atau main organ elekton. Sementara saya merasa itu sungguh berisik. Saya merasa tenang dan damai manakala menemukan bacaan yang cocok, seperti novel, cerpen atau cerita inspiratif.
Saat dia bermain organ elekton dengan alunan dangdut yang menggebu, saya cukup membaca sambil pasang headset.
Rekreasi
Tentang rekreasi, terkadang kami gagal rekreasi hanya gara-gara tempatnya yang tidak cocok. Dia suka ke pantai, duduk menikmati angin sepoi-sepoi sedangkan saya suka rekreasi ke gunung, ke tempat yang tenang, sejuk di mana saya bisa baring seharian atau duduk sambil membaca atau menikmati pemandangan.
Saya suka berkumpul dengan teman-teman dan bergaul dengan siapa saja serta berkenalan dengan orang-orang baru, sedangkan dia lebih suka sendiri atau kalaupun terpaksa berkumpul maka dia memilih orang-orang tertentu saja.
Penutup
Yah, begitulah.
Selera kami sangat jauh berbeda bagai bumi dan langit. Walaupun berbeda, kami masih bisa bersama hingga kini. Perbedaan-perbedaan itu masih bisalah kami atasi dengan ramuan “kadang-kadang.”
Kadang-kadang saya mengalah dan kadang-kadang dia yang mengalah. Porsi mengalahnya cukup seimbang.
Buktinya saya sudah suka makan kapurung dan menikmati musiknya dengan hati yang disabar-sabarkan.
Sementara dia sudah pasrah dengan masakan ikan kuah asam buatan saya ditemani sayur bening tanpa rempah.
Namun, ada satu hal yang membuat kami klop dan bisa mengarungi rumah tangga hingga sekarang, yaitu kami satu rasa dalam cinta dan kasih sayang. Rasa ketakutan kami sama, yaitu takut kehilangan.
Saya pikir-pikir, ada satu perbedaan yang justru perbedaan itu menyatukan kami hingga 32 tahun lamanya, yaitu ia mudah memaafkan dan saya mudah melupakan.
Oh yah, tulisan ini saya persembahkan juga kepada masa-masa indah dan penuh debar saat dia mengucapkan ijab kabul pada 32 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 14 Februari 1990.
Makassar, 13 Februari 2022
Dawiah
Baarakallahu fiikum. Samara selamanya, Kak ... rasanya ingin membaca cerita2 nanti, tentang cucu2 ta' 🥰
ReplyDeleteAmin ya rabbal alamin, terima kasih Niar.
DeleteInsyaallah cerita tentang cucuku akan otw 🤭 doakan lancar ya...
Aamiin ....
DeleteIn syaa Allah bisa jadi buku, Kak ... mulai dari kisah ini atau kisah pedekate ayangbeb ta' sampai cucu ^__^
Wah memang ya kalau sudah menikah harus saling ngerti dan toleransi. Jadi banyak belajar
ReplyDeleteHa...ha...ha...namanya dua kepribadian ya kak tinggal dalam satu atap pasti banyak perbedaan.Sayapun demikiian. Yang terpenting semua dilandasi dengan cinta agar perbedaan itu menjadi indah
ReplyDeleteBarakallah semoga langgeng sesurga intinya berarti hidup berkeluarga itu jangan egois yaa harus bisa mengalah satu sama lain dan memghormati hobby pasangan.
ReplyDeleteSeru ya Bun, dari perbedaan makanan saja bisa milih resto yang berbeda tiap mau keluar makan. Kadang berakhir dengan tidak jadi. Hahaha saya percaya perbedaan-perbedaan seperti ini lah yang menyatukan bunda dan suami tetap saling cinta sampai sekarang ya. Memang begitu sih ya Bun, saling mencintai tuh tak harus sama dalam segala hal. Kan kuncinya saling mengerti, take and give, dan segala macam
ReplyDeleteWkwkwk... Beda jauh semua yaa.. Saya jadi kepikiran mau buat resto yang ada burger dan ikan bakar.. Hahaha.. Biar nanti kalau psutri beda cita rasa makanan bisa tetao datang dan harmonis. Uhuuuy
ReplyDeleteMasyaAllah sudah 32 tahun tetap klop aja dengan begitu banyak beda.
ReplyDeleteBerarti pemesanan makanan online itu juga cukup berjasa ya mbak untuk urusan kompak makan bareng semeja dengan menu yang bisa jauh beda hehe
Saya juga sukanya pop barat lawas mbak, yang oldie goldie gitu, tapi suami saya sukanya yang tradisional gitu, campur sari atau keroncong.
Bukannya saya benci musik tradisional sih, cuma kebetulan suka dengan nada nada pop barat lawas. Kalau di mobil, saya ngalah sih, soalnya dia yang nyopir :)
Kan gawat kalau sopirnya ngambek gara gara tak cocok lagunya.
Semoga bisa meniru harmonisnya keluarnya mbak dawiah ini
Uwuuu...happy anniversary Bund.
ReplyDeleteSemoga sehat dan langgeng selamanya
Wahh 32 tahun...
ReplyDeleteHehe, kok sama ya mbak
Amunjuga gitu, beda banget sama suamiku
Tapi ya Alhamdulillah seru seru saja
Wah happy wedding anniversary ya Bunda dan suami semoga selalu diberkahi Allah, diberikan kebahagiaan dan kesehatan aamiin, walaupun bertolak belakang yang penting saling cinta dan sayang yaa...
ReplyDeletePerbedaan itulah yang menjadikan sempurna karena saling melengkapi. Saya dengan adik-adik, saya dengan suami juga berbeda selera, tapi itulah yang menjadikan hidup jadi lebih berwarna
ReplyDeletesenasib nii aku juga beda sama suami. kalo yg kenal pasti binung kok bisa nikah.
ReplyDeletesemoga samawa ya mak berbahagia selalu
Happy wedding anniversary mbaaa, walo agak telat 😁. Semoga kalian selalu rukun dan langgeng..
ReplyDeleteTtg hobi dan kesukaan yg berbeda Ama pasangan, kebanyakan memang seperti itu. Aku Ama suamipun jauh bedaaaa. Dia solo yg lebih kalem dan makanan yg biasa dimakan juga sangat simple, sementara aku Batak, yg ga sabaran, dan kuliner yg biasa aku icip selalunya berempah kuat dan santan.
Tapi memang toleransi dan Krn saling cinta yg bikin kami bisa ttp rukun Ampe skr. 😄. Tanpa itu, rasanya ga kebayang gimana hrs menyatukan banyak perbedaan.
Selamat perayaan hari nikah mbaaa ❤️. Seneng kalo tahu ada teman yang bisa bertahan lama pernikahannya. Krn akupun berharap bisa seperti itu.
ReplyDeleteTapi kalo mau jujur, aku lebih suka pasangan yg berbeda seperti ini. Aku dan suami juga beda. Hobi dan kebiasaan, jauh berbeda. Mulai dari makanan, musik, olahraga favorit, sifat. Yg sama rasanya hanya hobi traveling.
Tapi perbedaan2 tadi yg malah bikin kami ga bosan satu sama lain dan jadi lebih Deket. Mau saling ngalah. Ga kebayang kalo aku dan suami plek ketiplek sama dlm banyak hal, aku rasa akunya sendiri bakal bosan Ama dia ��. Justru karena kami beda, aku jadi punya tantangan untuk saling toleransi dalam hubungan.
Iya banget bun, aku pun begitu. Sama pasangan banyak banget hal yang beda. Tapi ada juga yang sama, walopun cuma sedikit. Tapi Alhamdulillah, setelah melalui berbagai macam ombak kehidupan, cinta kami tetap sama. Hehehehe. Happy anniversary, Bun.
ReplyDeleteWooo 32 tahun, mbak? Perjalananku masih sepertiganya hehehe :P
ReplyDeleteIdem mbak akupun banyak perbedaan ma suami, apalagi beda budaya, jd banyak banget penyesuaian dan komprominya.
Semoga bisa menggapai tahun2 yang panjang lg utk bersama seperti dirimu dan suami :D
Salut ya sama yang udah 32 tahun. Aku baru mau 21 tahun nih. Kebayang itu 32 tahun udah melalui berbagai macam lika-liku dunia rumah tangga. Semoga kita semua bisa melaluinya dengan baik, dunia akhirat, ya. Aamiin.
DeleteMashaAllah..Bunda.
ReplyDeleteKetika menikah memang kudu siap terima perbedaan yang ada yaa..
Gak boleh egois dan ingin menang sendiri.
Semua bisa di kompromikan dengan bahasa cinta.
Aku jadi ingat kalau aku juga sangat berbeda dengan suami.
Suami senang nonton film mellow, aku suka mellow tap lebih berdebar kalau nonton thriller.
Hihii...jadi suamiku banyak sisi-sisi soft-nya.
Hanya kalau soal mental, memang aku lebih mudah menangis.
Bunda seneng yaa...
Rumahnya ramai dengan musik. Di rumahku yang seneng musik, cuma aku.
hiiks~
Suami dan kedua anakku senengnya gambar dan ketenangan.
Jadi aku mengalah...
asyekkk, perkara Cinta itu akan jadi menyatu apapun perbedaannya.
ReplyDeleteTernyata kita sama Mak, beda banget seleranya sama suami. Apalagi soal makan, nasi aja aku dan suami beda selera. Dia suka yang agak kering, aku suka yang lembek. Dia suka pedas aku suka manis. Dia minumnya es, aku minumnya hangat. Dan kami sama2 enggak bisa ngalah, jadi ya apa2 dobel. Hahaha...
ReplyDeletenamanya pasangan ya, Mak, ada yang sama tapi banyak juga yang perbedaannya. Kadang mudah nyatuin seleranya, tapi susah juga kalau seleranya ada yang nggak cocok, paling salah satu ngalah :)
ReplyDeleteBarakallah mak. Semoga samawa till jannah insya Allah. Aku sama suami itu malah beda banget dalam banyak kebiasaan. Suamiku pinter banget menggambar. Aku kalau gambar duh gambar kucing aja dikira gambar kambing sama anak-anak hahaha.
ReplyDeleteWajar ya ada perbedaan, pasti selalu ada sekalipun itu sama suami. Soal makanan yg paling pilih-pilih di rumah itu aku, kalau suami semua makanan dimakan.
ReplyDeleteAda waktunya ya mbak dari kita mengalah ada kalanya juga gak mau ngalah jadi gantian :)
Happy Anniversary mbak
Selamat ulang tahun pernikahan ya
ReplyDeletePunya pasangan demi hobi dan lainnya yang sama itu seru. Kalau berbeda, ya malah seru banget. Gak papa kali kalau bertolak belakang. Yang penting cintanya tetap satu
Bahagia selalu ya bu. Aku pribadi pun banyak Perbedaan dengan suami. Tapi ya begitulah mungkin ya langgeng ya hubungan pernikahan. Hehehe.
ReplyDeletemasya Allah barokallah semoga langgeng sampai ke surga, emang ya pernikahan gak harus semua cocok ada aja beda dan itu saling melengkapi
ReplyDeleteMashaa Allah udah 32 tahun aja bu...pasti banyak badai yang dilalui yaa hehe alhamdulillah masih solid dan memang cita ga harus selalu sama yaa tapi bagaimana saling melengkapi dan mengisi kekurangan satu sama lain agar terasa indaah.
ReplyDeleteSeru ya, Mbak, cerita romantisme bareng suami, lucu jugak. Wkwk. Barakallah ya, Mbak Dawiya. Selalu samawa, sehat dan bahagia.
ReplyDeleteAlhamdulillah, walau ada beberapa perbedaan selera, tapi bisa awet menjalani pernikahan hingga 32 tahun ya Bun. Yang kayak gini nih mesti dicontoh generasi muda. Saya suka miris kalau dengar/baca berita artis baru beberapa bulan menikah lalu cerai dengan alasan "tak ada kecocokan"
ReplyDeletesaya dulu awalnya ama suami juga banyak bedanya, hahaha. tapi makin ke sini, kami mencoba memberikan ruang untuk menjadi lebih sama dalam banyak hal, hehehe
ReplyDeleteHappy Anniversary mbak.. Aku dg suami pun berbeda jauh mulai dari makanan, musik sampai karakter. Suami lebih suka makanan yang kaya rempah sementara aku lebih suka yang plain dengn bumbu minimalis. tapi sekarang udah bisa saling menyesuaikan sih. Yang masih blom bisa klop itu urusan musik, karena sampai sekarang aku masih suka diolokin kalau dengar lagu Kpop.
ReplyDeleteMasyaAllah 32 tahun dengan perbedaan antara bumi dan langit. Hihihi ... Begitu ketemu perbedaan yang cocok (eh gimana) malah alhamdulillah langgeng. Pasangan enggak harus sama plek ketiplek tetapi gimana menerima perbedaan tersebut selama enggak prinsip, sih
ReplyDeleteBarakallahu fikum buat pernikahannya yang udah 32 tahun, Masya Allah. Saya dan suami juga memiliki selera yang bertolak belakang dan bersyukur hampir 10 tahun bersama.
ReplyDeleteBundaa..
ReplyDeleteSaling sayang dan langgeng selalu yaa..
Semoga semakin banyak kisah mengenai love marriage ini.
Karena bisa menjadi motivasi bagi para pembaca untuk saling menghargai dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga.
32 tahun? Masya Allah, barakallah ya Bund. Semoga langgeng terus, bahagia bersama suami tercinta. Menikah memang menggabungkan 2 perbedaan, saya sendiri juga banyak bedanya sama suami, terutama latar belakang keluarga. Tapi ada juga yg mirip2. Seperti selera musik dan jalan2. Jadi masih bisa menikmati hal2 yang sama2 disukai.
ReplyDeletemasyaAllah sudah 32 tahun..pasti banyak banget suka duka liku-liku rumahtangga yang dilewati. Toleransi yang sangat tinggi dan saling pengertian satu sama lain. Selamat Ibu...
ReplyDeleteBarakallahu Bunda Dawiyah, sudah 32 tahun mengarungi bahtera rumah tangga. Semoga Samawa selalu. Perbedaan bukan menjadi alasan untuk tidak saling mencintai dan mengisi ya, justru bisa menjadi alasan untuk saling melengkapi dan menguatkan.
ReplyDeleteTernyata bunda dan suami beda hobi dan sifat ya tapi jadinya saling melengkapi, yang penting ada rasa pengertian yang dalam antara pasangan jadi bisa beradaptasi terhadap perbedaan yang ada
ReplyDeleteAh aku sukaaaa tulisannya Bunda ini. Bacanya sambil senyum-senyum sendiri membayangkan lucunya adegan-adegan yg ditulis wkwkwk.
ReplyDeleteEmang ya pernikahan itu bukan untuk menyatukan perbedaan. Tapi untuk menikmati perbedaan itu sendiri. Thank Bunda udah mengingatkan. Happy belated Valentine's day ya.. happy selalu sama ayankbepnya hihihi. Cuss!
MasyaAllah, barakallah Mbak, sudah 32 tahun. Semoga makin sakinah mawadah wa rahmah penuh berkah hingga jannah.
ReplyDeleteMenarik kisahnya, disatukan Allah meski banyak perbedaan. Tapi rasa cinta bisa saling menyatukan
Happy anniv, Kak. Aku belum nikah dan baca ini jadi so sweet sekali
ReplyDeleteMeskipun kadang beda itu merepotkan, tapi tetap ada sesuatu yang menyatukan ya bun. Saya sekarang saja gampang berselisih kalau pilih makanan bareng suami. Saya pengen ayam geprek, dianya pengen bebek goreng, semacam itu, hehe.
ReplyDeleteSoal selera beda wajar banget sih juga kalau aku sama pasangan karena memang beda suku bahkan beda pulau
ReplyDeleteTapi dari situ kami suka bertukar cerita