Mengontrol Ekspektasi Salah satu Cara Self love
Dahulu banyak yang mengartikan self love sebagai sifat egois dan narsis. Menampilkan sikap positif diri dengan percaya diri mengutarakan hal yang disukai atau yang tak disukai dianggap egois. Menunjukkan kegembiraan karena telah berhasil melalui suatu rintangan dianggap narsis.
Namun, seiring dengan waktu, semakin banyak orang yang mengerti bahwa sikap-sikap tersebut tak selalu tentang keegoisan dan narsis. Bisa jadi itu adalah sikap positif yang ditunjukkan sebagai bentuk self love.
Apakah Self Love Itu?
Banyak sekali buku dan artikel yang membahas tentang self love. Mulai dari pentingnya memiliki self love hingga langkah-langkah atau tips-tips agar memiliki jiwa yang mencintai diri sendiri.
Merujuk Psychology.binus.ac.id aspek-aspek yang memengaruhi self love, yaitu:
- Self awareness
- Self worth
- Self esteem
- Self care
Lebih jauh dijelaskan bahwa, self awareness merupakan kesadaran diri terhadap proses berpikirnya. Apakah pikiran dan emosinya memengaruhi tindakannya dengan baik atau tidak baik?
Jika seseorang mampu mengelola emosi dan pikirannya dengan baik maka bisa membantu mengetahui cara menanggapi hal-hal atau situasi yang terjadi secara efektif.
Keyakinan seseorang bahwa betapa berharga dirinya terlepas seberapa tinggi pencapaiannya atau kualitas yang melekat pada dirinya. Menyadari bahwa setiap manusia itu unik dan berharga merupakan salah satu aspek yang memengaruhi self love seseorang, yaitu memiliki self worth.
Self esteem sangat berkaitan dengan self worth. Setelah mampu menghargai dirinya sendiri sebagai individu yang unik dan istimewa maka penting untuk merasa nyaman dengan dirinya sendiri di manapun ia berada dan dalam situasi apapun. Tidak terpengaruh dengan lingkungan jika kebetulan berada di lingkungan yang buruk maka ia mampu keluar dari lingkungan tersebut tanpa merasa tidak enak kepada siapapun.
Merawat diri baik lahir maupun batin adalah salah satu tindakan self care. Menjaga kesehatan jiwa raga merupakan cara memupuk self love. Banyak cara yang dilakukan orang untuk merawat dirinya. Ada yang bisa meningkatkan self care dengan mendengarkan musik, berkumpul dengan teman yang sefrekuensi, menonton, menulis dsb.
Kontrol Ekspektasimu
Suatu waktu saya dikejutkan oleh keputusan yang diambil oleh putraku. Ia memilih berhenti kuliah sebelum menyelesaikan semester satunya. Saat saya bertanya, apa alasannya. Dengan gamblangnya ia menjawab, “tidak sesuai ekspektasiku.”
Walau sedikit kecewa, tetapi saya mencoba menghibur diri bahwa lebih baik berhenti di awal semester daripada berhenti di akhir perkuliahan.
Berapa banyak waktu dan materi yang dihabiskan hanya untuk mencari dan berusaha menggapai ekspektasinya, padahal dari awal ia sudah tahu kalau ujung-ujungnya tidak akan sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Anggaplah itu suatu keputusan yang tepat.
Kejadian itu membuat saya bertanya-tanya. Ada apa dengan ekspektasi?
Apakah terlalu tinggi sehingga ketika dihadapkan pada kenyataan yang tak sesuai maka diri menjadi kecewa?
Betapa banyak orang yang gagal mengeksekusi tindakan hanya karena ekspektasinya yang tak sesuai. Maka saya berpikir, mungkin kita harus sesekali menengok ekspektasi kita.
Kontrol!
Jangan sampai ketinggian atau kerendahan. Ekspektasi yang terlalu rendah juga tidak baik, sebab itu menjadikan kita kurang berjuang dan cenderung terlalu santai. Pun, jika ketinggian maka kita akan kelelahan mencapainya. Syukur-syukur kalau bisa dicapai, tetapi pada saat dicapai kita sudah berada pada level 4L, lelah, letih, lemas dan loyo.
Seperti kata Buya Hamka dalam bukunya Falsafah Hidup.
“Sederhanalah dalam berpikir. Pikiran sederhana menimbulkan tawakkal, menimbulkan cita-cita yang mulia dan tawakkal merupakan tonggak kepercayaan dan iman.”
Makassar, 20 Februari 2022
Dawiah
Sederhanalah dalam berpikir memang kunci menjadi utuh dan mampu mengolah apa itu harapan, apa itu expetas.
ReplyDeleteBener sih, yang sering bikin kecewa itu, ya ekspektasi kita sendiri. Kalau tidak dikelola dengan baik bisa sangat menyakitkan. Tapi ekspektasi juga perlu sih buat mengukur tingkat keberhasilan sesuat. Tapi ya mesti dikontrol seperti kata Mbak
ReplyDeleteyes yessss sama dalam hal kulineran, ekspektasi selalu ku jaga biar tetep objektif dalam mencicipi makanan. jangan sampe kebawa lalu kecewa tak berkesudahan hehe
ReplyDeleteSalah satu sumber kedamaian batin datang dari ekspektasi yang terkontrol ya Bu. Gak terlalu tinggi karena bisa berakhir dengan kecewa, tapi tidak pula terlalu rendah sehingga kita kehilangan motivasi untuk menjadi seseorang yang kita inginkan. Nah menemukan ekspektasi yang terkontrol itu lah kuncinya, yang mau gak mau kita kudu terus belajar..Membandingkan kenyataan dengan harapan
ReplyDeletePerlu direnungkan ya, Kak .. apakah ekspektasi benar-benar sesuai dengan segala aspek dalam realita supaya tidak kecewa ke depannya.
ReplyDeleteKadang kala, kita memang cenderung dikecewakan oleh ekspektasi. Makanya, aku sependapat bahwa ekspektasi perlu dikontrol. Agar nggak ketinggian yang membuat rasa kecewa kita akan semakin tinggi saat nggak sesuai dengan apa yang didapatkan. Pun jangan pula yang terlalu rendah sehingga kita akan dengan mudahnya merasa puas tanpa berusaha sedikit pun.
ReplyDeleteMenstabilkan posisi antara ekspektasi dan kenyataan memang penting banget kak. Kayak aku dulu nyaman banget sama profesiku, lalu harus banting setir dengan passion lain setelah menikah. Mungkin merasa agak kecewa, tapi apa yang dijalani sekarang bukan hal buruk. Jadi tetap semangat.
ReplyDeleteMakjleb bgt mak thnks ...aku tersindir krn suka berekpektasi tll tinggi niatnya biar semangat tapi saat tak sesuai reality beneran kecewanya ya huhu
ReplyDeleteMengontrol ekspektasi perlu sih dilakuin. Jika mau traveling ke suatu tempat aja, aku selalu coba untuk ga ketinggian menetapkan ekspektasi nya. Supaya ga kecewa kalo ternyata berbeda. 😄
ReplyDeleteMalah kadang ga mau ngarepin apa2. Pergi ke suatu tempat tanpa berharap sesuatu yg bagus. Dan ternyata ketika di sana menemukan hal yg di luar ekspektasi, dalam artian positif, rasanya langsung seneeeeng banget 😄. Lebih enak begitu. Memang kesannya jadi santai, tapi setidaknya saat menemukan sesuatu bagus, jadi semangat.
Self love dan hubungan Ama ekspektasi ya mba . Aku beberapa kali kecewa pas membuat ekspektasi terlalu tinggi terhadap sesuatu. Kayak pas ke Vietnam dulu. Ternyata yang ditemuin ga seindah cerita, trus dapat pengalaman buruk pula ��. Dari situ jadi kayak belajar, daripada netapin atau berharap ketinggian, mending dibikin low, atau ga expect apapun. Jadi setidaknya saat menemukan hal yang bagus, hati kita bisa lebih happy :D.
ReplyDeleteKadar kemampuan dan ekspektasi harus sesuai ukurannya ya Bun?, jadi sebelumnya, bisa mengeksplore diri dulu sebelum menentukan target, bisa apa enggaknya mencapai ekspektasi
ReplyDeleteSuka banget sama quote dari Buya Hamka.
ReplyDeleteIni yang membuat hidup manusia menjadi lebih nikmat. Bukan bermaksud berjalan apa adanya, tapi berjalan sesuai dengan ikhtiar yang selama ini sudah dilakukan tanpa mengharapkan hasil di luar kendali kita.
Bahasa Jawa-nya "semeleh".
Iya ya kalau ekspektasi kita terlalu tinggi, jika tak tercapai maka akan kecewa bak dihempas ke bumi, kalau terlalu rendah juga daya juang kurang, bagus banget pengertiannya Bunda pada anak..
ReplyDeleteDulu aku ga bisa kontrol ekspektasiku pada seseorang, hingga setelah merasa dicampakan akhirnya aku belajar, dan sekarang aku bisa kontrol diri untuk setiap ekspektasi yang aku inginkan.
ReplyDeleteMengendalikan diri kita, menahan ego dan emosi. Bergaul dgn wajar, jangan terlalu baper dsb hihihi sulit dilakukan ibu, tp menurut aku harus dilakukan spy kt bahagia ya dan menikmati hidup.
ReplyDeleteIya juga kudu bisa ngontrol ekspektasi kalo gak mau terlalu kecewa nantinya. Btw suka banget sama kutipan dari Buya Hamka. Jadi penasaran sama bukunya Falsafah Hidup
ReplyDelete