Anak Trouble Maker? Inilah Penyebab dan Tips Mencegahnya
Pernahkah Anda mendapati anak yang selalu buat onar? Disenggol sedikit saja langsung ngamuk, perilakunya kasar, dan agresif. Anak yang perilakunya seperti ini biasanya disebut mengalami trouble maker, si pembuat huru-hara.
Tentu
saja orang tua yang memiliki anak berperilaku trouble maker akan menjadi sedih dan gusar, bahkan tidak sedikit
yang bertindak keras, menghukum dengan fisik dan sebagainya.
Namun,
tahukah Anda jika hal itu dilakukan maka yang terjadi adalah anak akan semakin
menjadi-jadi. Bukannya jadi anak penurut, yang ada malah jadi pembangkang sebab
merasa dihalangi aktivitasnya.
Yap,
sembari mengurut dada kitapun sebagai orang tua dituntut untuk bersikap
bijaksana dalam menghadapi anak yang cenderung trouble maker.
Sebelum kita membahas tips agar anak tidak membuat
masalah, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa saja yang bisa memicu anak
menjadi pembangkang dan pembuat huru hara. Sebab penyebab anak berperilaku buruk
umumnya disebabkan oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga dekat maupun lingkungan
sekitar rumahnya.
Perlakuan yang Memicu Anak Menjadi Trouble Maker
Berikut ini empat jenis perlakuan yang bisa menjadi pemicu anak bersifat pembangkang dan pembuat masalah atau menjadi trouble
maker.
Memukul
Pernahkah
melakukannya?
Bisa
jadi ada yang menjawab, “ya iyalah, bagaimana tidak memukul, anaknya nakal
begitu.” Waduh, jangan sampai terjadi yah. Penting kita ketahui, bahwa
kekerasan fisik merupakan bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini bisa mengakibatkan
anak menjadi dendam lalu bercita-cita suatu hari ia akan lebih berkuasa
daripada orang tuanya atau oleh orang dewasa yang memukulnya.
Bayangkanlah
jika hal itu terjadi. Anak akan apabila anak bertindak sewenang-wenang. Bisa
jadi anak akan memukul siapa saja yang menghalangi perbuatannya.
Mempermalukan
Sebahagian
orang tua ada yang sengaja mempermalukan anaknya, dengan alasan supaya anaknya
jera. Padahal perbuatan itu hanya akan membuat anak menjadi rendah diri dan
kurang percaya diri.
Jika
anak kurang percaya diri, biasanya menimbulkan sikap melawan atau menantang
siapa saja yang dianggapnya merendahkan dia sebagai bentuk perlawanan atau
untuk menutupi rasa rendah dirinya.
Mendidik Anak Saat Sedang marah
Jika
kita mendidik atau mendisiplinkan anak pada saat emosi sedang memuncak biasanya
kita lupa diri dan bisa kita melakukan sesuatu yang berlebihan. Marah
berlebihan, mengeluarkan suara yang sangat keras dan kasar.
Tindakan
seperti itu akan menimbulkan kemarahan tersendiri di hati anak. Bukannya anak
akan berperilaku baik malah akan berperilaku sebaliknya.
Mengancam
Tindakan orang tua yang selalu mengancam anak akan menimbulkan hilangnya kredibiltas orang tua di mata anak. Jika terlalu sering diancam anak akan menjadi kebal sehingga tidak lagi mengindahkan kata-kata orang tuanya.
Baca juga Doa Ibu Sepanjang Jalan
Insiden Selama PJJ
Tips Mencegah Anak Menjadi Trouble Maker
Setelah
kita mengetahui empat hal yang bisa saja menjadi penyebab anak menjadi
pembangkang, nakal dsb, maka saat kita mengetahui tips-tips yang bisa menjadi
alternatif dalam menghadapi anak yang trouble maker.
Jauhkan dari Sumber Pertengkaran
Anak
yang sedang tidak stabil biasanya mudah marah, akibatnya siapa saja yang ada di
sekitarnya akan dilawan dan ditantang untuk bertengkar bahkan berkelahi dengan
menggunakan fisik. Supaya hal itu tidak terjadi maka jauhkanlah dia dari sumber
pertengkaran tersebut.
Orang
tua atau orang yang lebih dewasa yang ada di sekitarnya secepat mungkin
melakukan pendekatan, misalnya mengajaknya pergi ke suatu tempat yang nyaman,
seperti ke taman, berenang, nonton atau apa saja yang akan menyenangkan
baginya.
Ciptakan
waktu kebersamaan di mana anak dan orang tua dapat bicara dengan akrab hingga
tercipta perasaan kedekatan. Jangan mengungkit kelakuan buruknya. Anggap saja kita
sudah melupakannya. Tujuannya adalah agar anak tidak merasa dihakimi. Karena
anak yang merasa dihakim, cenderung mengulangi lagi kelakuannya.
Jangan Pelit Memuji
Setiap
kali melihat atau mendengar anak melakukan sesuatu yang baik atau berperilaku
baik maka segeralah memujinya. Katakan dengan tulus tetapi ingat yah, jangan
lagi menyinggung perilakunya yang buruk. Misalnya, “Wah, anakku hebat!
Jangan
disambung dengan kalimat, “jangan seperti kemarin yah, sukanya marah-marah …”
Ini
tuh kayak sudah diangkat terus dibikin jatuh lagi.
Tetapkan Batasan yang Tegas
Batasan
tegas yang dimaksudkan adalah aturan-aturan yang disepakati bersama anak.
Kemudian perlahan-lahan batas-batas tersebut dinaikkan. Konsistenlah dalam
menerapkan hukuman apabila anak melanggar batasan yang telah disepakati.
Tujuan
dari penetapan batasan adalah agar anak secara perlahan dapat mengendalikan
dirinya dan tidak serta merta marah atau mengamuk.
Demikian,
semoga bermanfaat.
Semangat mendampingi dan membimbing anak, semoga mereka menjadi anak yang lebih baik.
Iya, Kak benar semua ... saya masih berjuang terus ini untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Terima kasih pengingatnya.
ReplyDeleteKadang emosi masih menguasai hati jika menemukan anak menjadi sumber trouble maker. Tapi benar seperti yang Bunda tulis di atas, emosi tidak akan menyelesaikan masalah, justru semakin memperparah. Saya masih terus belajar juga untuk bisa mengelola emosi dengan baik, agar anak juga bisa mengambil contoh yang baik dari sikap orangtua.
ReplyDeletemakin keras kita sebagai orang tua memang bisa disikapi makin keras juga sikap anak ke orang tua
ReplyDeleteKonon katanya anak berbuat onar itu untuk menarik perhatian orang tuanya. Jadi untuk mengatasinya pun harus dengan kasih sayang, ya, Bun
ReplyDeleteAnak-anak yang trouble maker tidak terjadi dengan sendirinya ya Bunda. Pasti ada penyebabnya dan biasanya penyebabnya adalah orang dewasa. Jadi sebelum kita aman cat anak-anak sebagai trouble maker sebaiknya kita berkaca pada diri sendiri dulu ya Bunda. Nah kalau sudah diketahui kira-kira penyebabnya bisa dicarikan solusi. Seperti yang telah dituliskan di atas
ReplyDeletePengingat buat saya Bunda..apalagi menghadapi dua anak remaja di rumah..mesti pintar-pintar tarik ulurnya agar enggak emosi jiwa. Dan setuju jika sebaiknya ada aturan yang disepakati bersama sehingga saat anak melanggar dia bisa kita ingatkan akan aturan
ReplyDeleteAnak-anak yg dicap sebagai trouble maker emang biasanya ortu ada andil juga sih. Karena itu sebelum nyalahi anak dan melakukan labelling, ada baiknya orang tua melakukan instrospeksi diri dulu. Karena fitrah anak kan pada dasarnya suci dan polos. Mereka hanya meniru lingkungan.
ReplyDeleteAstaghfirulloh. Iya nih saya kadang masih suka menegur saat sedang marah. Hasilnya zero aja gak bermanfaat, yang ada anak melawan. PR banget untuk terus introspeksi diri sebagai orang tua.
ReplyDeleteWah informatif sekali mbak, ada sih sepupuku yg kayak gitu sampai orang tuanya bingung gimana cara mengatasinya, tapi itu juga karena dari kecil orang tuanya selalu memanjakan sih. Dan lingkungannya juga kurang mendukung.
ReplyDeleteKalau anak sudah mulai menggunakan kekerasan, ini kudu tega dan tegas gitu ya, Bunda..
ReplyDeleteAnak-anak sedari kecil harus paham rules do and dont.
Mungkin lebih enak disebut anak hiperaktif ya, kasian jga seorang anak di cap sbg troublemaker
ReplyDeleteBenar Bun, sejatinya anak adalah peniru yang ulung. Jika terjadi masalah pada anak, harusnya kita memang perlu mawas diri, kira-kira perilaku apa ya yang pernah kita contohkan pada mereka?
ReplyDeleteMakasih tipsnya, Bun Dawiah.
Sangat bermanfaat.
Tantangan besar sekali ketika marah dan itu jangan sampai kita salah bersikap kepada anak.
ReplyDeleteSaya sampai sekarang masih harus melatih diri.