Jika
teman-teman SD saya banyak yang jengkel dengan tugas mengarang, maka saya
sebaliknya. Tugas mengarang di pelajaran bahasa Indonesia adalah tugas yang
selalu saya nantikan. Senang saja rasanya jika karangan saya dibaca oleh guru
di depan kelas. Selain itu, tugas mengarang adalah cara saya mendapatkan tambahan
uang jajan.
Apa sebabnya?
Psst, saya
menjual karangan kepada teman sebangku, hahaha. Ternyata jiwa bisnis saya ada
juga ya?
Dan saya baru
menyadarinya sekarang.
Sayangnya,
tugas mengarang hanya sesekali diberikan oleh guru kelas. Mungkin tugas itu
diberikan oleh guru manakala bapak guru saya sedang lelah atau istilah
sekarang, lagi tidak mood mengajar. Soalnya setiap kali diberi tugas
mengarang, bapak guru keluar kelas dan membiarkan kami, murid-muridnya menulis
dalam keheningan.
Itu cerita saya
saat masih SD. Setelah masuk SMP, lain lagi ceritanya.
Cintai dan Pelajarilah Bahasa Indonesia
Guru bahasa
Indonesia saya waktu di SMP jarang sekali memberi tugas mengarang. Seingat
saya, tugas mengarang saya dapatkan di kelas III SMP, itupun tak lebih dari
tiga kali.
Namun, kegiatan
mengarang sering dilombakan saat acara PORSENI dalam lingkungan sekolah dan
organisasi pelajar yang bernama Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Alhamdulillah,
saya selalu ikut lomba mengarang, tetapi hanya satu kali menang, juara tiga.
Hore! Walaupun juara tiga, senangnya luar biasa.
Guru bahasa
Indonesia saya waktu SMP bernama ibu Hj. Murniati.
Masyaallah,
caranya mengajarkan bahasa Indonesia sangat membekas dalam ingatan saya. Dari
beliaulah saya mengetahui cara menggunakan buku kamus bahasa Indonesia. Mungkin
anak zaman sekarang akan berpikir, segitu ribetkah membaca buku kamus bahasa
Indonesia sehingga perlu diajari oleh ibu guru.
Waktu itu,
sangat ribet, menurut saya, hehehe.
Saya semakin
menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena kepiawaian beliau mengajarkan bahasa
Indonesia. Beliau mengajar dengan lemah lembut. Pengucapannya sangat jelas serta
tulisannya di papan tulis sangat rapi. Beliaupun sangat suka membacakan puisi.
“Bahasa Indonesia adalah bahasa bangsa Indonesia. Jika kalian tidak mencintai bahasa Indonesia dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, maka kalian bukan rakyat Indonesia yang baik.” Hj. Murniati.
Pesan beliau
itulah yang membuat saya semakin rajin membaca dan rajin menulis di buku harian.
Putus Asa Belajar Bahasa Indonesia
Saya pernah berputus
asa belajar bahasa Indonesia. Kejadian itu saya alami waktu SMA.
Kenapa?
Tanpa
mengurangi rasa hormat saya kepada ibu guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia,
saya merasa, kalau pada waktu itu belajar bahasa Indonesia tidak asyik.
Guru saya itu
jarang sekali membahas tentang sastra apalagi membahas puisi. Sekalinya
membahas tentang sastra, terasa garing. Sekadar menghapal nama-nama sastrawan tanpa
membahas karyanya. Sementara saat itu saya sedang senang-senangnya dengan
puisi. Senang membaca sekaligus mencoba-coba menulis puisi.
Maka jadilah
saya tak suka belajar bahasa Indonesia. Untungnya, saya akrab dengan ibu penjaga
perpustakaan, sehingga saya leluasa bersembunyi di situ sembari membaca saat
pelajaran bahasa Indonesia berlangsung.
Sekalipun saya
tak menyukai pelajaran bahasa Indonesia saat itu, tetapi kecintaan saya
terhadap bahasa Indonesia tak pernah pupus. Buktinya saya masih rajin membaca
buku karya penulis-penulis Indonesia, masih rajin membeli buku asli mereka,
bukan buku bajakan, eh.
Periksa Saja Jawabannya Bukan Tulisannya
Sebagai guru
yang mengampu pelajaran IPA di tingkat SMP, saya sering diprotes oleh murid-murid
saya. Walaupun tidak terang-terangan, tetapi jelas terdengar helaan napas
kekecewaannya.
Apa pasalnya?
Saat memeriksa
tugas mereka, saya selalu mencermati tulisan tangannya. Sekalipun jawaban atas
tugas mereka benar, jika tulisannya
tidak sesuai maka saya anggap salah. Misalnya, penempatan huruf kapital yang
tidak pada tempatnya, maka saya coret dan mengurangi nilainya.
Beberapa kali
diprotes sama mereka, tetapi saya jelaskan kalau jawabannya sudah benar, tetapi
penempatan hurufnya yang tidak cocok. Biasanya mereka menghela napas sembari
berbisik, “hanya salah tempat huruf, dipermasalahkan juga.”
Yah, itulah
salah satu cara saya menunjukkan kecintaan kepada bahasa Indonesia. Memberi
kesan kepada murid-murid saya, bahwa menulis dan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar adalah wujud cinta kita kepada bangsa ini, Indonesia tercinta.
Apakah tindakan
saya itu berhasil? Wallahualam.
Saya meyakini, murid
yang pernah saya protes tulisannya itu memiliki kesan mendalam dengan bahasa
Indonesia, sebagaimana saya dulu pernah dikritik oleh Ibu Hj Murniati sekaligus
diajari menulis kata “TERIMA KASIH” bukan “TERIMAH KASI.”
Tulisan ini
adalah memenuhi tantangan menulis dari Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP).
Baca juga tulisan tentang menulis di sini ya
dulu saya pusing banget kalau ada pelajaran mengarang, membuat puisi dan lain2. tapi sekarang pas besar malah suka banget sama bahasa indonesia, seru bikin2 cerita dan lain2nya, heheh telat banget
ReplyDeleteWahhh jiwa dagangnya luar biasa mbaaa
ReplyDeleteaku dulu kenapa ngga kayak gitu yak :D
Kan mayan bisa buat jajan cilok abis dapat fee dari klien yg pesen karangan wkwkwk
Dulu saya juga suka mengarang dalam pelajaran BI. Lebih baik mengarang ketimbang mempelajari tata bahasa. Terus saya tahu rahasianya, semakin panjang saya ngoceh sembakin bagus nilainya. Karena, sepertinya guru saya menghargai usaha muridnya menghimpun kata-kata jadi kalimat bermakna.Duh jadi kangen sekolah :)
ReplyDeleteDulu waktu SD aku juag suka bingung kalau ada pelajaran mengarang perasaan sedikit amat yang bisa ditulis gak bisa mengembangkan.
ReplyDeleteTapi skr aku ajarkan ke anak-anak juga utnuk bisa menulis, walaupun bukan untuk jadi penulis. Dengan mencintai pelajarannya maka akan mudah memahaminya ya
Pelajaran bahasa Indonesia harusnya mudah bagi semua orang Indonesia termasuk kalangan anak-anak siswa SD-SMA. Tapi ternyata gak semudah yang dibayangkan..hehe...Mengarang bisa jadi jalan ninja untuk lebih mudah belajar bahasa Indonesia..
ReplyDeletedulu aku ada guru SMP Bahasa Indonesia yang asyik dan menyenangkan dalam mengajarkan, aku sangat happy, kini pelajaran Bahasa untuk anak SD malah aku mumet banget hahaha... aku malah gak enjoy lagi.
ReplyDeleteBelajar memang sebaiknya dikemas dengan cara menyenangkan. Saya seringkali mengantuk saat belajar Bahasa Indonesia ketika masihs ekolah. Mungkin karena guru-guru mengajarnya monoton. :D
ReplyDeleteSaya dulu juga suka pelajaran Bahasa Indonesia mbak. entah kenapa, kemungkinan karena ada program pembinaan bahasa Indonesia dari pak J.S Badudu hihihi Dulu inget banget setiap malam, saya mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia di TVRI dan mencatatnya.
ReplyDeleteHuhu, aku sih, jujur dulu waktu sekolah gak suka pelajaran Bahasa Indonesia. Menurutku rumit ilmunya. Lebih suka Matematika. Tapi aku suka baca buku. Dari situ jadi banyak baca ini itu. Eh lama-lama tertantang untuk bisa nulis. Alhamdulillah walopun belom bagus, bisa nulis juga. Dan sekarang nyesel deh dulu gak belajar ilmu bahasa dengan serius. 😁
ReplyDeleteBunda keren, periksa jawaban dan tulisan sebagai bentuk menularkan rasa cinta pada Bahasa Indonesia. Meski diprotes siswa ya Bun...kebayang saya
ReplyDeleteSedikit cerita, suami saya pun cinta Bahasa Indonesia, kalau sama stafnya dia sampai nyoretin, laporan, memo dan lainnya kalau lagi periksa, salah penggunaan huruf besar, kata sambung, kata depan,dikoreksi. Isi malah yang kedua haha. Sampai dijuluki kalau dosen Bahasa Indonesia
Jujur, bagi saya pelajaran bahasa Indonesia itu termasuk pelajaran yang susah
ReplyDeletemasih harus belajar terus, apalagi sekarang jadi penulis
malah harus makin paham bahasa Indonesia
Saya termasuk yang suka mengarang dll, malah setelah kuliah jurusan lain saya akhirnya kuliah jurusan bahasa Indonesia, hehehe
ReplyDeleteBuu mnrurutku benar yang dilakukan yakni hal misalnya coret penempatan huruf kapital yang tidak pada tempatnya. Karna itu harus terus diedukasi kan
ReplyDeleteWaa keren banget bund.. Kalo boleh jujur dari dulu anak-anak suka banget mengesampingkan pelajaran bahasa indonesia. Padahal kalo nulis masih banyak yang salah, termasuk saya nih huhuhu
ReplyDeleteHuaa kebayang kalo semua guru kayak mbak nilai anak2 banyak yang menurun. Hehe. Tapi bagus sih biar pas bikin skripsi nanti ya kesulitan. Aq juga suka bahasa Indonesia sejak SMA. Tiap sebelum memulai pelajaran, kami punya buku khusus gitu. Nanti pak guru meminta untuk menuliskan 1 puisi, 1 cerita, 1 prosa, dan sebagainya. Dan itu seru banget menurutku
ReplyDeleteSaya ini termasuk cinta pelajaran Bahasa Indonesia, tapi khusus menulis kalimat dan mengarang. Kalau sudah urusan EYD dan PUEBi, hahaha, langsung kepala puyeng. Lebih tepatnya, saya suka menulisnya saja, kalau pelajarannya memang harus berjuang. Lha sekarang nurun sama Najwa anak saya. Nulis seneng, tapi gak ngikut aturan. Hadah, PR banget nih.
ReplyDeleteJujur bahasa Indonesia itu kok rasanya susah beenr ya mbak. Kdng saya pun erasa dulu zaman sekolajh sudah mengerjakan tugas dengan benar, ternyata msh ada salahnya, hehe.
ReplyDeleteTp terus terang paling suka pelajaran bahasa Indonesia krn ada pekajaran mengarangnya sehingga bisa belajar menulis :D
Kerennn yaa bu guru yang kalo ngajar menjadi kesan seumur hidup ginj
ReplyDeleteBener juga sih mba, kadang kalau melihat orang menulis pake huruf kapital yang kurang pas, berasa kayak gatal ingin membetulkan gitu ya hehehee... Dari kecil saya paling suka pelajaran bahasa. Bahasa apa saja. Mempelajarinya tuh bisa sepenuh hati.
ReplyDeleteMashaAllah~
ReplyDeleteBarakallahu fiikum untuk semua pengajar yang berjasa dalam mencerdaskan anak banga. Bunda jadi terkenang dengan pengajaran beliau yaa.. Sangat berkesan sekali.
Pelajaran Bahasa Indonesia nih salah satu yang jadi favorit saya di masa sekolah dulu. Ya gimana, otaknya gak kuat hitung-hitung rumus. Hiks. Siapa sangka, kegemaran itu berlanjut di hobi ngeblog sekarang.
ReplyDeleteWah jadi keingetan jaman aku sekolah dulu juga cinta banget sama pelajaran bahasa indonesia. Terus langsung punya cita cita jadi novelis.. hihi
ReplyDeleteEh endingnya .alah jadi blogger. Wkwk. Semangat terus menulisnya ya maaaak
lah sama nih mak aku juga saking kecintaannnya sama sahabat saat kelas 3 SMA dulu kekeuh masuk jurusan Bahasa padahal bisa pilih jurusan IPS atau IPA eh kekeuh dong di jurusan Bahasa
ReplyDeleteIyaaa jadi kangen sama tulisan tangan, skrg apa2 ditulis di smartphone.. terus semangat menulis ya mak..
ReplyDelete