Kalimat ini keluar dari bibir suami tercinta. Baru sadar rupanya.
Kemarin-kemarin kemana saja? Wkwkwk.
Sebenarnya beliau sering menyadari
kalau kami ini sudah tua, tetapi kadang sulit mengakui. Katanya, masih mau
dianggap muda, kuat, sehat dan berenergi.
Kenyataannya tak seindah harapan.
Jiwa mudanya masih menggelora,
terutama yang berhubungan dengan musik.
Dia bisa bertahan main musik
berjam-jam, main gitar, main elekton tunggal (ini saya tak tahu nama tepatnya)
sambil bernyanyi.
Dari lagu lawas hingga dangdut ia mainkan, tapi lagu kekinian apalagi lagu barat, mati kutu dia. Soal lagu barat, ia tak pernah suka. Jangankan menyanyikannya, mendengarkannyapun ia ogah.
Untuk urusan selera musik, kami
bagai kucing dan anjing. Tak pernah akur, hahaha.
Saya suka mendengar lagu berbahasa
Inggris walau tak mengerti arti syairnya.
Sedangkan dia paling suka lagu
dangdut dan sesekali lagu pop Indonesia.
Kembali soal perkara TUA.
Beliau selalu protes kalau saya katakan dia sudah tua, padahal tak lama lagi dia berada pada level kepala enam. Baginya soal tua itu hanya perkara sudut pandang.
Katanya lagi, banyak yang usianya 20-an malah lebih loyo,
semangat juangnya rendah, malas beribadah, tapi rajin bermalas-malasan. Mereka
itu jauh lebih tua daripada kita ini yang alhamdulillah masih semangat
menjalankan tugas, tekun bekerja, bersabar menjalankan kewajiban sebagai umat Islam,
dsb.
Baginya, orang seperti itu usianya
jauh lebih tua karena mereka lemah.
Untuk pandangan ini, saya setuju.
Betapa banyak anak muda yang
penampakannya lebih tua dari usia sesungguhnya.
Tinggal di rumah bersantai tak menghasilkan karya, duduk selonjoran sambil main game online, sementara orang tuanya bekerja dari pagi hingga sore ketemu malam dan pagi lagi.
Habis itu dengan seenak perutnya
minta jatah uang jajan, uang kuota dengan berdalih buat belajar.
Yah, otak mereka tidak berkembang bahkan cenderung mundur seperti orang tua yang uzur, sakit-sakitan dan menuju pikun.
Eh, kenapa saya ngedumel yah? LOL
Untungnya anak-anak kami tidak demikian, kalaupun ada yang mendekati gejala-gejala seperti itu, pasti saya dan bapaknya langsung mengeluarkan kalimat-kalimat motivasi, inspirasi hingga kata-kata mutiara yang akan membuat telinganya mendenging, hahaha.
Namun, bukan perkara itu yang menyadarkan beliau dan mengakui kalau ternyata kita sudah TUA, melainkan pertemuan dengan murid-murid yang pernah kami ajar sekitar tahun 1985.
Di suatu acara pesta pernikahan yang digelar oleh sahabat kami.
Teman seangkatan mengajar tahun 1985. Beliau berhasil menghadirkan murid-murid
kami, alumni angkatan pertama.
Akhirnya mereka reuni kecil-kecilan dengan teman-teman seangkatannya sekaligus menjadi ajang silaturahim dengan guru-gurunya termasuk kami berdua. (Kebetulan saya dan suami mengajar di sekolah yang sama).
Saat kami berjumpa dengan mereka,
suami menggamit lengan saya lalu berbisik,
“Ma, itu mantan murid kita ya?”
“Iya, kenapa memang?” Saya jawab
sambil berbisik.
“Ternyata kita suda tua, mereka saja yang dahulu masih anak-anak, masih SMP sekarang sudah nampak dewasa akhir.” Suaranya terdengar lirih.
Saya pikir suara lirihnya itu
sekedar menyembunyikannya dari telinga mantan murid-murid kami itu, ternyata
tidak. Ia merenung dan seakan baru menyadari kalau kami memang sudah tua.
Terbukti saat kami pulang, di atas
mobil, kalimat itu ia ulang lagi.
“Ternyata kita betul-betul sudah
tua ya Ma.”
Hahaha.
Yap, kita sudah tua sayang!
Lihatlah rambut kita, sudah
berubah warnanya, nampak berkilau saat
diterpa cahaya. Kita juga sudah tak bisa melompat sambil mengsmes bola voli
bahkan tak bisa main voli lagi seperti dulu.
Minyak angin dan minyak urut sudah
masuk dalam daftar belanja bulanan kita.
Beberapa jenis makanan sudah mulai kita hindari karena takut dengan asam urat dan kolesterol tinggi.
Kamu sudah berhenti minum kopi kan?
Kita juga makin rajin makan sayur dan buah karena proses pencernaan kita sudah
mulai aus.
Oh yah, sekedar saran, buah yang paling pas kita konsumsi adalah pisang, pepaya, mangga matang, anggur, semangka dan buah yang lembek lainnya.
Jangan coba-coba gigit kedondong apalagi mengais isinya dari bijinya menggunakan gigi. Sebaiknya digeprek-geprek dulu sebelum dikunyah atau dibikin jus saja sekalian, lebih aman untuk gigi yang mulai tanggal satu-satu.
Makin getollah beribadah, jangan
ditunda apalagi lalai. Kurangi main musik dan perbanyak mengaji.
Kita memang sudah tua, tetapi ajal tak pernah memilih berdasarkan usia. Walau usia masih muda jika waktunya tiba, manusia tak kuasa menampiknya.
Bersyukurlah kita masih hidup dan tiba di masa tua. Itu artinya Allah Swt masih memberi kita waktu dan kesempatan untuk terus menerus memperbaiki diri dan menabung pahala.
Jangan bangga dengan usia tuamu ya
sayang. Jangan biarkan setan menabur keangkuhan sedikitpun tentang sehatmu,
semangatmu, ibadahmu, kesabaranmu dan apapun yang bisa membuat kita lalai.
Kita banyak dosa di masa lalu,
jangan sampai kita terus menumpuk dosa lagi padahal usia kita semakin tua.
Kita sudah tua kan, Ayangbeb!
Baca juga cerita lainnya tentang saya dan Ayangbeb DI SINI ada juga DI SINI
Aaahh... saya juga sering merenung dan berpikir mba, ternyata saya sudah tua hehehe... lalu apa yang sudah saya lakukan untuk bekal di alam yang kekal :)
ReplyDeleteHahahahah menggigit kedondong Yaa mba :D. Aku aja sampe skr ga berani gigit itu kedondong, takut rompal ini gigi 🤣.
ReplyDeleteJujurnya, di usiaku yg udh akhir kepla 3, aku udah mikir banyak, umur semakin berkurang. Ga tau sampe kapan. Makanya aku ga prnh seneng yang namanya ultah, Krn berarti makin lah berkurang umur yg tersisa.
Di tambah lagi temen2 sebaya yg banyak meninggal Krn pandemi ini :(. Rasanya kayak reminder, ini saat buat kita semua sadar diri apa bekal akhirat udah cukup ATO belum :(.
Sehat2 trus ya mba dan suami :)
Ayang beibnya romantis ya mak asiiik hihi iya akupun udah tuaa tapi gpplah jiw semangatnya muda terus kaan biar bisa menyeseuaikan jaman yg penting jangan lupakan akhiratmu gitukan? semoga kita semua tidak lalai ya mbak
ReplyDeleteNgomongin perkara gigi, baruu aja, gigi saya pecah gara-gara makan kerupuk. Duh, mosok makan kerupuk hrs diemut. Haha...
ReplyDeleteSelain makanan, juga hrs menata rumah nih, supaya praktis, engga bikin kesandung, menghibahkan yg engga perlu.
Makasih remindernya sebagai teman selevel...hehe...
Iya banget mbaaa aku pun nambah tua nih, November nanti. Semoga kita semua diberikan kebahagiaan dan kesehatan selalu ya Mba.
ReplyDeleteKadang emang gak kerasa tiba2 usia bertambah, anak tetangga yang dulu bayi sekarang udah jadi pemuda dan pemudi. Tetangga yang dulu ibuk2 dah jd nenek2 haha, itu yg kurasakan tiap mudik. Betapa cepet waktu berlalu ya mbak.
ReplyDeleteSekarang waktunya fokus makin jaga kesehatan baik secara jasmani maupun rohani hehe
Postingannya ringan namun cukup mngingatkan juga kalau aku pun bertambah tuwa :D
Hihiiii, tua adalah angka yang banyak saja.
ReplyDeleteSemoga hati, jiwa dan semangatnya muda terus,marii ciptakan ituu.
Aku lagi belajar menyiapkan diri juga nih menyambut menolak tua, eehhh...
Yang penting, semoga hati kita bahagia teruss ya Bun, dan diberikan kesehatan.
Kadang ada titik dimana kita menolak untuk disebut tua...hahaha... tapi tubuh memang tidak bisa berbohong meski kita misalnya disebut awet muda juga tetap aja kekuatan dan kecantikan terus menurun dan memudar hahaha.... Sebaiknya memang menerima dan mensyukuri lalu persiapkan bekal pulang yang banyak ya Mba... karena kita tidak bisa menolak tua xixixi....
ReplyDeleteMertua saya sudah 66 tahun, tapi masih suka pakai celana jeans. Bahkan penampilannya lebih keren dari anaknya, wkwkw.. Ngga apa-apa tua, Mak.. Yang penting jiwanya masih muda. Aseekk...
ReplyDeleteSuka banget kekompakan Bunda.
ReplyDeleteKonon katanya yang cocok itu adalah yang setangkup, Bunda...bukan yang sama banget disemua hal.
Doa yang terbaik untuk Bunda dan keluarga.
Semoga Allah limpahkan kebahagiaan yang melimpah.
MashaAllah, Bunda..
DeleteBarakallahu fiikum untuk usianya bersama pasangan. Rasanya sudah melewati fase bahagia, sedih, susah dan senang bersama yaa, Bun..
Terkadang perlu juga loh mba memiliki keyakinan bahwa age is just a number. Memang sih banyak metabolisme tubuh yang tidak sebaik seperti masa muda. Tapi kan memang udah kodratnya gitu ya. Tapi selalu berusaha punya semangat bak anak muda juga penting lhooo... biar tidak mudah bersedih dan merasa tidak mampu lagi secara fisik. Ada kaitannya dengan kesehatan psikologis juga soalnya penerimaan diri yang seperti itu.
ReplyDeleteYaampuun. Mohon maaf mbak aku menolak tua nih. Hahaha
ReplyDeleteUmur udah tua tapi jiwanya gak mau ikutan tua... ��
heheh kadang penampilan bisa dirubah untuk mempertahankan atau menutupi umur tapi masalah organ dalem ngga bisa ya. Perlu banget memperhatikan kesehatan ya kak. menjaga pola hidup bagi jiwa dan raga
ReplyDeleteMasya Allah Bunda...suami dan bunda tuh tua usia saja semnagatnya tetap muda menggelora. Insya Allah sehat selalu, panjang usia dan tetap bermanfaat bagi sesama. Aamiin
ReplyDeleteSaya dan suami rasan-rasan kalau makin tua saat habis seharian bebersih rumah..ya ampun sorenya cari minyak angin karena punggung dan pinggang pegelnyaaa...hahaha
Hehehehe aku setuju kalau usia itu hanya deretan angka Bun. Selama jiwa kita masih muda, raga akan menyesuaikan. Sehat selalu ya Bun say 😘
ReplyDeleteHahaha kenapa bisa sama dengan yang suamiku bilang, Mbak Dawiah? Tapi suamiku ada buntutnya, "Tapi tuaan kamu, Bun!" Karena aku lebih tua 1 tahun 3 bulan dari suami. hehehe
ReplyDeleteAku bacanya sweet banget sih, Mbak. Masya Allah. Alhamdulillah, yaaa, mudah mudahan diberi kesehatan, amiiinn. Yang penting semangat nya tetap muda.
ReplyDeleteSaya juga bisa merasakan bahwa waktu yang terus berjalan membuat umur terus bertambah dan semakin tua. Btw tetap tenangkan jiwa, rendah hati dan bersyukur ya mbak.
ReplyDeleteYg paling bkin aku sadar udah tua klo ketemu anak2 tetangga di rumah ortu yg dlu masih TK tau2 dah kuliah aja 😆😆
ReplyDeleteIyaa tua itu pasti, dewasa itu pilihan ya Bunda, semoga usia kita berkah juga sehat selalu aamiin..
ReplyDeleteMakasih mba Marda, bahan perenungan banget bahwa harus jadi manusia yang lebih baik lagi dari seblumnya aamiin.
ReplyDeleteMemang betul ya mbak, kalau dewasa adalah pilihan, umur bukanlah tolak ukur. Terimakasih atas tulisan yg penuh perenungan ini mbak :)
ReplyDelete