Hikmah Syawalan di Masa Pandemi
Sebenarnya tulisan ini
langsung menjadi draf sesaat setelah saya pulang dari menghadiri
acara syawalan yang diadakan oleh Muhammadiyah Cabang Bontoala Makassar.
Sayang tidak sempat saya tuntaskan disebabkan berbagai kesibukan. Alasaan, bilang saja mager, ha-ha-ha.
Bulan Syawal sudah dijadikan
tradisi bagi umat Islam di Indonesia dan menjadikannya sebagai ajang silaturahim, ajang saling halal
menghalalkan, saling maaf memaafkan kesalahan-kesalahan yang telah berlalu.
Ada yang melakukan tradisi
syawalan dengan cara mengadakan kegiatan di rumah saja, kumpul dengan keluarga
atau mengundang tetangga lalu pengajian dan makan-makan
Ada pula yang melakukannya
secara resmi. Biasanya acara resmi ini diselenggarakan oleh
organisasi-organisasi,
komunitas-komunitas tertentu atau bahkan oleh instansi pemerintahan.
Berhubung tahun ini kita
masih dalam masa pandemi, maka kebanyakan acara syawalan dilaksanakan secara
daring (dalam jaringan) saja.
Kurang seru sih, tetapi mau
bagaimana lagi, yang penting pesan silaturahim dan syawalannya sampai.
Syawalan Muhammadiyah Kota Makassar
Organisasi Muhammadiyah di kota Makassar juga melakukan acara syawalan dengan dua cara, yaitu secara luring (luar jaringan) dan secara daring.
Mengingat kapasitas ruangan dibatasi, maka yang tidak dapat mengikuti secara luring boleh bergabung secara daring lewat aplikasi zoom.
Acara langsung atau luring
ini dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat. Kursi-kursi diatur
sedemikian rupa, sehingga untuk berbicara dengan teman di sebelah yang berjarak
1 meterpun, kami lakukan dengan cara mengirim pesan di whatsApp sembari saling
tersenyum atau terbahak atau menganggukkan kepala.
Padahal senyum manis saja
kan tak terlihat karena ditutupi oleh masker. Cukuplah mata yang memberi
isyarat kalau kami tersenyum atau bahu terguncang saat terbahak-bahak.
Pada tahun ini, ada dua
acara syawalan yang saya ikuti secara luring.
Acara syawalan pertama
adalah syawalan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah Kota Makassar yang
dirangkaikan dengan Milad ke-104 Aisyiyah Tingkat Kota Makassar.
Sayangnya acara ini terlalu lama, sehingga saya tidak bisa mengikuti acara dengan tuntas.
Mesti terpotong
dengan salat zuhur dan makan siang, akibatnya hikmah Syawalan yang dibawakan
oleh Prof.Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed tidak bisa saya simak dengan baik.
Acara syawalan kedua adalah
acara syawalan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Cabang Bontoala Kota
Makassar di Gedung Serbaguna Aisyiyah Sulawesi Selatan.
Acara syawalan di masa
pandemi ini yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Cabang Bontoala Kota
Makassar, dihadiri oleh para anggota Muhammadiyah, Aisyiyah, para pemuda
Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiya Cabang Bontoala.
Acara di Gedung Serbaguna Aisyiyah
ini juga dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara luring dan daring.
Tetap juga, acaranya
dirangkaikan dengan acara lain. Biar hemat waktu dan biaya kali ya.
Kalau acara syawalan di
Muhammadiyah Daerah Kota Makassar dirangkaikan dengan Milad ke-104 Aisyiyah Tingkat
Kota Makassar, maka acara syawalan di Cabang Bontoala dirangkaikan dengan
pelantikan terpadu pimpinan Pemuda Muhammadiyah dan pimpinan Nasyiatul Aisyiyah
Cabang Bontoala.
Acara syawalan di Gedung
Serbaguna Aisyiyah menghadirkan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Sulawesi Selatan, bapak Dr.KH.Mustari Bosra,MA.
Saya menyimak dengan baik penjelasan beliau tentang hikmah syawalan yang disampaikan secara jelas dan terperinci itu.
Daaan, berikut inilah rangkumannya.
Selamat menyimak.
Hikmah Syawalan
Hikmah syawalan yang dibawakan oleh Dr.KH.Mustari Bosra,MA dijelaskan dengan santai, tetapi penuh hikmah.
Beliau menjelaskan,
bahwa Al- qur’an menggunakan 3 term
terkait pemberian maaf dan pemberian
ampun, yaitu:
- Fa’fuu
- Wasfaruu
- Wagfiruu
Ketiga kata-kata ini masing-masing
memiliki penekanan sendiri-sendiri dalam hal pemberian maaf dan ampunan.
Fa'fuu
Kalau memberikan maaf dalam
bentuk fa’fuu, artinya suatu
kesalahan orang lain yang pernah kita terima, itu tetap ada bekasnya. Ilustrasinya, ibarat kita menulis kemudian
setelah ditulis lalu dihapus atau menyetip tulisan tersebut, maka tetap ada bekas setipnya.
Wasfaruu
Jika menggunakan kata wasfaruu, itu tidak ada bekasnya sama sekali. Dan inilah yang dikehendaki oleh gemblengan puasa Ramadan,
untuk kita menjadi orang yang bertakwa.
Di mana kita bisa memaafkan
orang lain sebelum orang lain meminta maaf atau sebelum orang lain menyakiti, kita sudah lebih
dahulu melapangkan dada sehingga tidak ada tempatnya kesalahan orang lain pada
diri kita lagi.
Wal aafiina anin-nas = memaafkan kesalahan orang lain, bahkan tidak ada bekasnya sama sekali.
Inilah
yang disebut ikhsan.
Sebagaimana dijelaskan dalam
Al-qur’an surat Ali ‘Imran ayat 134 yang artinya sebagai berikut.
“(yaitu)
orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah
mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
Wag'firuu
Kata ketiga, yaitu wag'firuu, Allah mengampunkan
dosa dengan menggunakan istilah gafaraah, yagfiru zunuba yang tercantum
dalam Al-qur’an surat Az Zumar ayat 53, yang artinya sebagai berikut.
“Katakanlah,
“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Beliau menjelaskan lebih
jauh, bahwa semua amal perbuatan itu akan diperlihatkan nanti di akhirat. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam Al-qur’an surat Az-Zalzalah ayat 7-8
Famaiy ya’mal mithqala zarratin khai raiy
yarah
Wa maiy-ya’mal mithqala zarratin sharraiy
yah
Artinya:
“Maka
barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.
Dan
barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.”
Namun, dihapuskan dalam pertanggungjawabannya. Tidak
memberikan lagi berat dalam timbangan. Ibaratnya sudah tercatat bahwa kesalahan kita adalah ini … ini dan ini … , tetapi kemudian dicoret dan dianggap tidak pernah ada.
Nah, ketiga term ini,
faa’fuu, wasfaruu, dan wagfiruu diharapkan dimiliki oleh setiap orang
yang telah berpuasa.
Pada kesempatan inilah, di
acara syawalan atau halalbihalal kita mengharapkan, apa yang sudah pernah terjadi,
yang menyakiti hati kita, maka coret saja atau hapus saja atau lupakan saja.
Dengan harapan ke depan, kalaupun ada orang yang menyakiti, tidak memberi tempat lagi di hati kita, sehingga kita memaafkan sebelum dia menyakiti kita.
Inilah ikhsan, inilah yang paling tinggi tingkatannya dan paling diharapkan bagi yang berpuasa.
Baca juga: Adab Islami Dalam Pergaulan di sini.
Kesimpulan
Hikmah syawalan yang
disampaikan oleh bapak Dr.KH. Mustari Bosra,MA ini, pastinya sangat
berat dilakukan.
Mungkin mudah untuk
mengucapkan, “iya, saya memaafkan kamu.” tetapi menghapusnya begitu saja atau
melupakannya, butuh waktu dan perjuangan.
Apalagi memaafkan orang sebelum ia menyakiti.
Lah, orangnya belum menyakiti, kita sudah terlebih dahulu
memaafkan. Ibaratnya jangan tunggu orang itu meminta maaf, langsung saja dimaafkan.
Namun, itulah yang disebut
ikhsan. Sifat dan sikap paling tinggi tingkatannya. Ini pula yang diharapkan
bagi orang yang berpuasa.
Maka lebih lanjut bapak
Dr.KH.Mustari Bosra,MA menitip pesan, bahwa di tempat ini, saat kita mengikuti
acara syawalan ini, kita saling memaafkan, saling halal menghalalkan. Dalam
arti kita merelakannya, memaafkannya, mengampuninya dan sebagainya.
Sudahkah kalian meminta maaf
dan meminta keikhlasan orang yang telah kamu sakiti?
Sudahkah kalian memaafkan
orang-orang yang menyakiti hatimu?
Jangan hanya mengharapkan
maaf dari orang lain, sementara hatimu begitu sulit memaafkan orang yang telah
menyakiti.
Walaupun berat, tetapi kita
harus berlatih ikhlas memaafkan orang yang telah menyakiti, kemudian berjuang
dengan sekuatnya untuk meraih ikhsan, sehingga tidak ada lagi tempat di diri
kita buat menyimpan kesalahan orang lain.
Mari memohon kepada Ilahi
Rabbi, agar kita diberi sifat LUPA terhadap kesalahan dan keburukan orang lain.
Sekian, semoga bermanfaat.
Makassar, 23 Juli 2021
Dawiah
Pelaksanaan daring tapi pesannya tersampaikan ya Kak .. .alhamdulillah.
ReplyDeleteTentang makna memaafkan, saya masih harus belajar banyak ini. Tidak selalu mudah memaafkan orang lain.
Pandemi membuat suatu kebiasaan harus diupgrade ya kak. Bukan dihilangkan, hanya saja dikemas dengan cara yang sesuai pada situasi dan kondisi. Pesan dan kesan tetap tersampai dengan keadaan yang aman serta nyaman.
ReplyDeleteMeskipun kebiasaan tidak bisa dilakukan seperti yang lalu-lalu, tapi tetap berjalan dengan baik ya kak. Alhamdulilah kesan dan pesan bisa tersampaikan. Semoga pendemi ini lekas berlalu.
ReplyDeleteSepintas mirip swalayan, eh ternyata Syawalan, hahahaha. Namun meski diadakan secara daring, tapi nggak mengurangi nilai kekhusyukan acara Syawalan. Mari kita sama-sama berdoa, semoga pandemi cepat berlalu dari bumi ini, sehingga kita bisa hidup secara normal lagi dan perekonomian bisa segera membaik, aaamiiin.....
ReplyDeleteMashaa Allah reminder banget yak ini buatku uda belajar ikhlas tapi kadang masi aja ada sedikit rasa itu hehe
ReplyDeletebegitu dateng kesini beruntung banget karena banyak ilmu agama yang didapat. tinggal dipraktekkan aja din dalam kehidupan sehari hari
ReplyDeleteEmang berat banget ya untuk mencapai tingkatan ikhsan ini.
ReplyDeleteTerkadang mulut sudah berucap memaafkan, tapi kalau teringat, hati masih sakit saja.
Terimakasih pengingatnya bu
ReplyDeleteMeski saya bukan muslim, saya turut memetik hikmah dari kegiatan ini
Pandemi memang terasa efeknya untuk kita semua
Hati yang iklas dan sabar adalah kunci utama agar kita menjadi lebih kuat
Besar nian hikmah berpuasa. Bukan hanya diampuni dosa tapi juga dirahmati. Semoga ibadah puasa di bulan Ramadhan kemarin diterima oleh Allah. Aamiin
ReplyDeleteMasyaAllah.. Keutamaannya benar-benar bikin hati tentram ya kak. Aamiin mudah2an puasa kemarin diterima oleh Allaah
ReplyDeleteSemoga aku bisa jadi orang seperti itu. Berusaha banget mba, karena aku tau kok, ga enaknya kalo kita menyimpan dendam dan marah. Hidup kayak ga tenang, gelisah. Jadi wajar kalo Islam mengajarkan utk bisa memaafkan bahkan melupakan kesalahan org lain. Ya supaya hidupnya tenang dan lebih fokus mengingat Allah atau mencapai tujuan hidup :). Semoga kita semua bisa seperti itu yaaa :)
ReplyDeleteSejak pandemi, jadi terasa sekali banyak yang berubah yaa, Bun..
ReplyDeleteTermasuk menghadiri acara Syawalan ini.
Alhamdulillah, dengan teknologi canggih, Syawalan tetap bisa dilakukan dan berdoa sebanyak yang kita mau.
Pengen juga ikutan acara seperti ini, menambah ilmu agama dan juga daoat bertumbuh dengan orang irang yang ingin mendapatkan kebaikan selalu dan bisa saling mengingatkan. Semoga kita selalu dilindungi
ReplyDeletewah pandemi ini juga tetap ada acara dari muhamdiyah ya, kalau aku prefer ikut secara onlinenya dibanding harus dateng nih bu.
ReplyDeleteKalo di kampung saya, masuk bukan syawal itu ibu-ibu pada bikin apem. Ada istilah ma-apam. Apemnya nanti dibagi-bagikan ke saudara dan tetangga. Namun, tahun ini ibu saya absen ma-apam karena pandemi. Ngirimnya cuma ke rumah nenek saja.
ReplyDeleteAsik ya mba, sesama anggota organisasi bikin acara daring dan luring juga. Tentunya dengan tetap menaati prokes, seperti yang dilakukan Muhammadiyah Kota Makassar.
Wah, sayang terlalu lama ya sampai ada makan siangnya. Tapi tentunya tidak membosankan
ReplyDeleteSaya sering langsung melupakan saja kalau sudah memaafkan. Berkah menjadi pelupa juga sih ya. Alhamdulillah, semua perlu disyukuri.
kalo di Semarang acara Syawalan malah lebih rame daripada pas hari raya idul fitri nya Bun, lebih meriah karena ada tradisi makan ketupat bareng di masjid, saling hantar makanan dan berkumpul dengan keluarga besar juga
ReplyDeleteDi daerah ku juga ada tradisi syawalan, biasanya sih puncaknya pada tanggal 7 syawal, tapi semenjak pandemi tradisi syawalan dihentikan karena banyak banget orang yang hadir sampai puluhan ribu.
ReplyDelete