Suatu pagi di pelataran sekolah, saya berbincang dengan teman sebaya, padahal kenyataannya teman itu lebih tua 4 tahun dari saya.
Beliau bilang begini, "tahun depan saya pensiun. Alhamdulillah saya bisa tenang di rumah, tidak direpoti lagi dengan kerjaan kantor, apalagi direpotkan dengan mengajar." Saya menatap muka manisnya.
Samar terlihat mukanya yang kelelahan.
"Saya tidak punya target lagi, sudah tenang. Kamu Dawiah, bagaimana?" Sambungnya.
"Saya tidak punya target lagi, sudah tenang. Kamu Dawiah, bagaimana?" Sambungnya.
Saya tercenung sejenak.
Sambil menghela napas, pura-pura galau padahal aslinya memang lagi galau.
"Jujur, saya sudah lama menyiapkan jiwa raga menyambut masa pensiun jadi guru di sekolah."
"Tapi, saya lihat kamu malah makin sibuk, ikut pelatihan sana sini, sibuk di muka laptop bahkan matamu terus-terusan di layar gawai sambil mengetik."
"Itu salah satu cara saya menyiapkan masa pensiun." Berusaha menjelaskan kepada beliau.
"Dengan ikut belajar sana sini? Bukannya itu bisa bikin kamu stress?"
Ah, susah juga dibilangin orang tua ini.
"Kan saya belum pensiun. Masih mengajar, berarti saya harus terus belajar biar bisa mengajar dengan baik."
Eeeh, dia ketawa cekikikan kayak mak lampir sambil menutupi gigi ompongnya sembari bilang begini.
"Kamu sok sibuk. Kenapa juga ikut diklat? Kejar sertifikat? Kan, sudah tidak digunakan lagi. Naik pangkat, tidak kan?"
"Dengan ikut belajar sana sini? Bukannya itu bisa bikin kamu stress?"
Ah, susah juga dibilangin orang tua ini.
"Kan saya belum pensiun. Masih mengajar, berarti saya harus terus belajar biar bisa mengajar dengan baik."
Eeeh, dia ketawa cekikikan kayak mak lampir sambil menutupi gigi ompongnya sembari bilang begini.
"Kamu sok sibuk. Kenapa juga ikut diklat? Kejar sertifikat? Kan, sudah tidak digunakan lagi. Naik pangkat, tidak kan?"
Terus dia nyerocos lagi.
"Mending kayak saya. Santai-santai, jalan-jalan gilir rumah anak, bermain sama cucu. Eh, kamu kan belum punya cucu yah?"
"Mending kayak saya. Santai-santai, jalan-jalan gilir rumah anak, bermain sama cucu. Eh, kamu kan belum punya cucu yah?"
Dia ngakak lagi sampai lupa tutupi gigi ompongnya.
Alhasil mulutnya mangap dengan gusi mulus tanpa gigi, beuh.
Saya mengelus dada.
Sabaaaar Dawiah, kamu sedang berhadapan dengan orang yang akan pensiun.
Setahun kemudian.
Di suatu pelataran toko swalayan saya bertemu lagi dengan beliau.
Tidak banyak perubahan dari penampilannya, tetap keceh dengan baju gamis hijau dan kerudung merah.
Lucu juga kombinasi warna busananya. Mirip pisang ijo dengan serutan es yang disirami sirop DHT. LOL.
Lalu kami berbincang.
"Hei, tiga tahun lagi kamu juga pensiun kan? Masih sibuk belajar atau pelatihan?"
Kenapa sih orang tua ini? Tidak bahagia lihat orang bahagia.
"Alhamdulillah saya sudah siap jiwa raga, semoga sayapun bisa menikmati yang namanya pensiun jadi guru di sekolah." Mencoba ramah.
"Alaaaah... model-model ibu Dawiah ini mana bisa pensiun dengan tenang. Palingan juga ibu sibuk belajar sana sini, kayak mau hidup seribu tahun saja."
Nah...nah...nah mulai sinis rupanya.
Sabar ... sabar... sabar.
"Pensiun itu yaaah pensiun, tenang-tenang di rumah, banyak-banyakin beribadah dan berzikir biar ada persiapan mati nantinya."
Ah, sudahlah. Percuma saja ladeni dia.
BYE!
Tiba-tiba saya teringat tulisan mbak Artha Juli Nava. Beliau pernah menulis bahwa kita harus tetap punya goal agar hidup lebih berwarna.
Bukan karena kita merasa akan hidup terus atau kejar dunia semata.
"Bahkan itu justru bagian dari upaya mensyukuri hidup. Selagi bisa berkarya, berprestasi, berbuat sesuatu, lakukan saja." (Artha Juli Nava).
Saya sangat setuju dengan pendapat beliau.
Bukankah dengan terus belajar lalu berkarya adalah bagian dari beribadah kepada Allah Swt.
Kita syukuri nikmat hidup, nikmat sehat, dan nikmat waktu dengan terus memperbaiki diri dengan belajar dan belajar.
Jika dibandingkan dengan bunda Yati yang sudah menjelang 82 tahun, saya ini belum apa-apa.
Beliau bahkan punya target pada tahun 2021. Ada empat target beliau, yaitu:
- Menyempurnakan konten blognya.
- Perdalam tentang google analytic.
- Membangkitkan semangat rajin membaca.
- Belajar aplikasi Canva.
Masyaallah, saya dan kalian wajib menjura kepada beliau.
Bunda Yati yang seusia itu masih punya target dalam hidupnya apalagi saya yang baru menjelang 57 tahun.
Usia yang masih manis-manisnya, ha-ha-ha.
Yuk, mari terus berkarya sesuai passion kita masing-masing karena hidup akan terus berjalan dan waktu tak pernah berhenti meski hanya sejenak.
Makassar, 22 Juni 2021
Dawiah
Bunda Yati memang suti tauladan yg paripurna untuk para mom bloggers sejagat raya!
ReplyDeleteDaku pernah bersua beliau, ketika BukBer di rumah Teh Ani Berta, sekitar 4 thn silam
MasyaALLAH... energinya luarrr biasa
Setuju, Mak. Selama masih hidup, kita harus tetap melakukan yang terbaik. Jangan karena sebentar lagi pensiun jadi santai aja. Apalagi tugas menjadi guru itu berat, ilmu yang disampaikan ke murid harus selalu update. Salut banget Mak dengan semangatnya yang terus belajar dan pelatihan.
ReplyDeleteBaik Bunda Yati maupun Bunda Dawiah itu teladan bagi saya. Perempuan-perempuan yang inspiratif dan membuktikan jika usia bukan penghalang untuk terus berkarya. Saluut ...!
ReplyDeleteKonon katanya, dengan terus berkarya, otak kita akan terus aktif dan bisa mencegah pikun :)
Bunda Yati, Bunda Onlenku memang Juaraaa dari dulu, selalu salut dan semangatnya luar biasa.
ReplyDeleteDan menunduk, jangan sampe redup semangatnya masa kalah sama Bundaa, maluu diri ini.
Beberapa kali jumpa dengan beliau, so sweet orangnya, penyayang, berbahas inggrisnya itu loh fasiih banget.
Semoga kelak akupun bisa jumpa dengan Bunda si mpnya blog ini.
Mari semangat berkarya menurut bidangnya masing2.
Semangat bunda Dawiah. Belajar dan berkarya itu tak akan pernah terhenti. Justru menjadi salah satu cara untuk merawat ingatan. Saya teringat kakek saya yang makin produktif setelah pensiun. Bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri, syukur-syukur orang disekitar bisa menjadi booster tersendiri. Betul?
ReplyDeleteBanyak yang kita bisa pelajari dengan ngeblog. Termasuk semangat ngeblog dan menginspirasi . Bunda Yati ini memang teladan dalam ngeblog dan selalu menginspirasi
ReplyDeleteBelajar itu tak kenal usia ya. Bunda Yati itu hebat, semangat belajarnya sungguh luar biasa, patut dijadikan teladan nih. Jadi malu dengan diri sendiri yang kadang masih lebih banyak malasnya.
ReplyDeleteBanyak cara menjalani masa pensiun ya, Bun. Ada yang suka beristirahat, jalan-jalan ke rumah anak, menikmati hari-hari yang santai dengan bercocok tanam tapi tetap aktif di RT/RW seperti mertua saya. Ada yang suka aktif belajar ilmu baru, mulai bisnis baru sambil keliling reunian sama teman-teman seperti mama saya.
ReplyDeleteApapun yang penting bahagia supaya selalu sehat. Dan direncanakan dengan matang biar nggak mengalami post power syndrome.
Ah iya ya bu
ReplyDeletetetap belajar dan produktif itu bikin hepi
benar salut juga sama ibu dam bunda Yati
Bikin aku terus semangat ngeblog
Perlu diacungi jempol juga semangatnya untuk para blogger senior yang semangatnya masih tinggi untuk menulis! Dan menurutku menulis gak tambah setress sih, kan buatnya sesuai dengan mood dan passion, pastinya gak jadi beban ya, karena bisa jadi self healing juga :)
ReplyDeleteSemangat terus menulis ya mba :)
Kalau diladenin ngga ada abisnya ya, Bunn. Hihihi. Sepakat, aku kenal Bunda Yati juga, semangat menulisnya tinggi. Yukk, semsngat berkarya.
ReplyDeleteSetuju sekali. Masa pensiun bukan berarti henti total dari segala macam aktivitas dan menghasilkan karya. Selagi masih bisa, masih mampu, masih ada waktu dan yang paling utama ada niat dan semangat,terus melakukan passion dan mencapai goals. Jangan lupa untuk bahagia :)
ReplyDeleteKalau lagi mager ngeblog dan berkarya saya teringat Bunda Yati. Ampuuuun, umur baru separuh usia Beliau kok saya udah mau nyerah, piye to
ReplyDeleteSetuju Bunda, terus hidup dengan berkarya itu wajib hukumnya. Biar tetap manfaat sisa usia kita.
Semangat ya, Bunda..Semoga sehat selalu dan terus berkarya!
Ahay orang nyinyir jangan di dengerin. Anggap aja dia mengalami post power sindrom. Yang terpenting bisa memutuskan generasi sandwich
ReplyDeleteAku langsung ngebayangin pisang ijo deh kaaannnn. Wkwkwkw. Lagi hits ceunah pake baju tabrak lari. Eh tabrak warna.
ReplyDeleteAku setuju mbaa. Belajar mah harus terus yaa. Bukan semata ngejar gelar atau naik pangkat. Buat aku, menambah ilmu di bidang yang disuka tuh kaya jadi pemuasan diri atau aktualisasi diri lah. Malah happy banget ngejalaninnya. Kecuali dipaksa belajar di hal yang gak disuka. Itu baru bikin sengsara. Eehh curhat.
Awal kenal sama bunda yati ketika mengikuti give away beliau ketika blognya masih bernama miscellaneous. Ikutan GA tentang kenangan masa kecil apa yaa, lupa lupa ingat. Berkesan banget dan gak nyangka kalau bunda yati sudah sepu. Alhamdulillah akhirnya jumpa juga dengan beliau ketika merayakan ultah Blogger Perempuan dan sosialisasi Hiip. seneng banget. insyaAllah saya juga akan buat satu konten tentang beliau, pas banget punya foto foto bersama beliau.
ReplyDeleteWoow salut. Entah ya emang masih banyak org yg beranggapan kalau pensiun tuh berarti nggak perlu berkarya lagi. Padahal menurutku berkarya itu bikin pikiran dan jiwa jadi lebih waras lho. Kalau aku sih pengennya bs tetap berkarya sampai akhir hayat.
ReplyDeleteSudah bagus mengacuhkan kesinisan ibu baju es pisang ijo, tidak ada haknya mengatur hidup kita, selama hidup kita tidak merugikan orang lain. Saya malah kasian sama dia , bukannya menghabiskan umur berbuat baik malah menghasilkan karya nyinyir. Masih banyak teman dan handai taulan yang bisa mengapresiasi apa yang kita lakukan. Yang nyinyir usulin jualan es pisang ijo aja biar barokah hidupnya
ReplyDeleteKarena ada orang yang suka belajar dan ada orang yang sudah merasa cukup dengan apa yang dilakukan dan dipelajarinya.
ReplyDeleteSalut sekali dengan Bunda yang senantiasa upgrade ilmu.
In syaa Allah akan berbeda pasti hasilnya.
Setiap orang sebenarnya bebas punya kehendak masing-masing ya mba. Jika si ibu berbaju hijau dengan kerudung merah tadi sukanya bertandang dari cucu satu ke cucu yang lain, maka tak ada salahnya juga kan jika Mba Dawiah punya kebahagiaan yang lain. Tiap orang punya keputusan akan hidupnya tanpa harus mencela pilihan orang lain.
ReplyDeleteTetap semangat berkarya mba, aku mendukung keputusanmu. Orang kalau udah biasa aktif justru malah stres jika tidak melakukan apa-apa selepas pensiun nanti.
konsisten mengejar mimpi dan terus berkarya. Luar biasa ya Bu, selalu berprinsip buat maju... BTW saya jadi kepengen pisang ijo dengan sirop DHT hahaha
ReplyDeleteMasyaallah Bu ... Semangatnya Keren. Jadi inget ibuku, dua tahun ke depan beliau juga pensiun jadi Guru SD. Semoga terus konsisten berkarya, selamat menebar kebaikan ...
ReplyDeleteBunda yati itu emang semangatnya gedeeeee walau kadang berkali2 dia mungkin kurng mengerti tapi semangat belajarnya kenceng banget
ReplyDeleteBisa kita tiruuu berkarya sesuai passion
Harus bunda
ReplyDeleteKarena kalau enggak berkarya, tak ada yang bisa dinikmati anak cucu
Dan salut sama bunda yang sudah sampai sejauh ini ngeblognya
Setuju banget. Kita emang harus selalu punya goals dan cita cita dalam hidup biar terus semangat ya maaaak.. umur jg ngga boleh membatasi kita untuk berkarya yaaa
ReplyDeleteDuuuh aku harus Tabik untuk bunda Yati dan juga mba dawiah sih. Semoga saat aku seumur itu, aku juga masih semangat utk trus belajar :)
ReplyDeleteTp bener sih mba, pasang target dlm hidup itu wajib. Selagi kita masih bernapas, target itu hrs selalu ada. Krn itu sbnrnya yg bikin semangat utk trus hidup. Ada something utk dicapai. Bayangin kalo ga ada apa2 tujuan. Bosen iya, berasa hilang gairah hidup juga.
Kadang suka elus dada ya bund..tapi tiap orang berbeda. Salut sama bunda,belajar banyak juga dari semangat bunda Yati yang selalu menginspirasi.
ReplyDeleteMashaa Allah keren inspiring banget, faktanya belajar memang tak mengenal lelah apalagi usia harus terus semangat yaah
ReplyDeleteDuh duh memang harus bersabar punya teman seperti itu ya Bun, malah menularkan aura negatifnya hehe padahal terserah kita mau mengisi waktu luang dengan cara apa...
ReplyDeleteSemoga tetap bisa berkarya di usia yang tak lagi muda nantinya. Karena berkarya bukan hak yang muda-muda saja, tapi juga untuk semua.
ReplyDeleteBarakallahu fiikunna.
ReplyDeleteUntuk Bunda Dawiah dan Bunda Yati yang menginspirasi kita semua di sini.
Aku selalu salut dengan kerja keras Bunda, karena pasti gak mudah tetap memikirkan konten untuk blog di sela-sela kesibukan menjadi guru, kepala sekolah, dan Ibu.
MashaAllah~
Semoga menjadi amal jariyyah Bunda karena banyak mengajak pada kebaikan.
Betul banget, bun. Sepakat. Aku juga pernah dutanya tentang ini. Emangnya kalo udah kaya gak akan nulis lagi? Aku bilang, nulis bukan hanya sekadar untuk nyari uang. Tapi juga untuk terapi hati, serta berbagi. Berkarya tak mesti ada embel2 uang ya.
ReplyDeleteAda-ada aja ya ibu-ibu yang udah punya cucu ini. Belajar kan emang sepanjang hayat, bahkan dalam Islam juga diperintahkan gitu. Banyakin istighfar kalo ketemu orang kayak gitu
ReplyDeleteBunda Dawiah usianya sebaya dengan mama saya kayaknya deh yang tiga tahun lagi juga pensiun eh atau lebih tua ya (kalau guru kan pensiunnya 60 tahun ya)
ReplyDeleteTapi salut banget dengan Bunda yang sangat produktif baik di sekolah, organisasi juga komunitas. Bahkan semangat juga ikut berbagai komunitas yang punya tantangan menulis seperti KLIP, 1M1C, salut deh. Dan yah justru menjelang masa pensiun sudah harus dipikirkan ya kegiatan apa saja yang bisa dilakukan biar pas masuk masa pensiun gak stress karena nggak ada yang dilakuin
Kalau papa saya baru tahun ini pensiunnya tapi alhamdulillaah masih produktif juga dengan kegiatana organisasinya dan berkebun juga. Yang penting happy menjalaninya :) so tetap semangat Bunda
Aplikasi canva ini yang aku belum memaksimalkan mba Marda, semoga bisa belajar dengan baik masih jadi PR untuk bisa desain
ReplyDelete