Adakah akhir dari suatu jalan?
Jawabannya, tidak ada.
Selama bumi ini masih membentang,
selama ada sesuatu yang menjadi penghubung antara satu tempat dengan tempat
lainnya. Maka selama itu pula jalan tak akan berakhir.
Kata “jalan” yang berkembang menjadi jalanan, lintasan , orbit merupakan penghubung yang tak berkesudahan. Jika
suatu jalan menjadi berhenti karena dihalangi oleh bukit atau gunung, maka
manusia masih bisa meneruskan perjalananannya dengan mendaki bukit lalu
terbentuklah jalanan di lereng-lereng bukit.
Jika jalan terhenti karena ada
sungai atau laut sekalipun, manusia masih bisa terus berjalan dengan
mengarunginya, bisa berenang kalau sanggup, bisa juga menggunakan perahu,
kapal, sampan, atau apapun sehingga perjalanan tak berhenti.
Demikian
pula “jalan” yang diartikan sebagai
cara, akal, syarat, ikhtiar, kesempatan, lantaran, perantara, dan sebagainya.
Selalu
ada jalan, ada cara, ada ikhtiar, ada kesempatan, dan sebagainya dalam suatu
keadaan, masalah, dan apapun yang menyertai kehidupan makhluk di dunia.
Begitulah
Allah Swt menciptakan segala hal di dunia ini dengan sangat sempurna,
teristimewa manusia dengan kesempurnaan pikiran dan instingnya.
Kapan “jalan”
akan berhenti bagi kita?
Jawabannya,
setelah mati.
Pasti Ada Jalan
Sebagaimana yang saya pahami
tentang jalan yang tak berkesudahan kecuali dihentikan oleh maut, seperti itu
pula pemahaman saya terhadap masalah-masalah dalam keluarga kami, terutama yang
menyangkut dengan anak-anak.
Diamanahi empat putra dan satu
putri merupakan anugerah yang tak ternilai harganya. Namun, di balik itu, ada juga
tanggung jawab dunia akhirat yang mesti saya jalankan, dan itu tidak semudah menyeruput
teh manis.
Dan masa paling sulit buat saya
adalah mendampingi mereka di saat usianya memasuki masa remaja. Karena pada
masa itu, saya merasa tak bisa lagi masuk ke dalam jiwanya dan mencampuri
urusan pribadinya terlalu jauh.
Mulai ada sekat yang tak terlihat.
Saya harus sangat berhati-hati menyibak sekat itu agar tak
membuat mereka merasa terganggu, karena akibatnya bisa fatal yang berujung pada
sikap menutup bahkan mengunci rapat-rapat dirinya.
Namun, saya yakin, pasti selalu
ada jalan untuk menyibak sekat itu, mengintipnya lalu menemukan hal-hal yang
bisa mengganggu jalannya urusan tanggung jawab saya kepada Allah Swt, kemudian
menyelesaikan secara pelan-pelan dan pastikan semua akan baik-baik lagi.
Itulah yang saya lakukan kepada
salah seorang putra saya. Putra yang paling sering mengaduk-aduk perasaan saya
dan bapaknya.
Beliau adalah putra ketiga yang
istimewa, yang sebentar lagi akan mengakhiri masa lajangnya lebih cepat dari
kakaknya, si-putra kedua.
Usianya baru menginjak 26 tahun,
tetapi ia sudah berani mengambil keputusan untuk menikah. Bagi kami ia anak
yang sangat istimewa, karena berani hijrah setelah melewati masa-masa penuh
perjuangan melawan segala rasa yang ada, eh.
Sebelum tiba pada keputusannya
itu, ada jalan panjang yang kami bertiga lewati, antara dia, saya, dan suami.
Suami menjadi saksi atas
kemarahan, kesedihan, ketegasan sekaligus rintihan doa-doa di ujung
keputusasaan saya.
Andai takdir bisa diintip, ingin
sekali rasanya mengetahui takdirnya di Lauhulmahfuz agar saya tak perlu lagi repot-repot
mengurusnya, menangisinya, memarahinya dan mendoakannya.
Namun, itu mustahil bukan?
Hingga suami menasihati, “Manusia
tak bisa mengatur perasaan manusia lainnya, sekalipun itu anak sendiri, tetapi Allah
Swt bisa melakukan itu hanya sekali berkedip.”
Nasihat yang menghentakkan batin
saya.
Yap, saya memang tak bisa
mengatur perasaanmu, tetapi doa saya akan terus mengetuk pintu Arasy hingga
hatimu berbalik. Saya sangat yakin itu. Saya bertekad dengan segenap jiwa raga.
Saya merasa saat itu, di atas
Arasy-Nya, Allah Swt sedang tersenyum dan mengelus hati saya. Dia sedang menguji
kesabaran saya, atau sedang “merindukan” rintihan doa-doa saya.
Wallahualam bissawab.
Gayung Bersambut, Doa Terjawab
Suatu hari, ia mengirim foto
seorang gadis manis berkerudung, lalu terjadilah dialog ini.
“Mama, ada yang kirim salam.”
“Oh, salam kembali. Siapa dia?”
“Kita suka-ji Mama?”
“Mama suka, siapa dia?”
“Temanku, kita suka-ji?” Sekali lagi ia bertanya.
“Kamu kan tahu selera mama.” Saya jawab sembari mengirimkan emotikon senyum.
“Alhamdulillah, berarti Mama suka. Dia calon istriku.” Ia mengirimkan emotikon hati.
Allahu Akbar!
Saya jingkrak-jingkrak lalu sujud
syukur.
Anakku telah kembali!
Saya sangat paham, betapa tak
mudahnya melepaskan orang yang disayangi demi sebuah prinsip hidup. Dan dia telah berani mengambil langkah itu.
Luar biasa!
Walau doa-doa saya untuknya setiap
saat mengetuk pintu Arasy, tetapi saya tak mau jemawa mengatakan, bahwa itu
berkat doa saya saja.
Saya yakin, iapun selalu berdoa agar terlepas dari masalahnya. Masalah yang selalu menjadi sumber kemarahan dan kesedihan kami terhadapnya. Masalah yang nyaris merenggangkan hubungan anak dengan mamanya.
Ini juga berkat doa dari bapaknya,
doa dari mama saya, doa dari kakak adiknya, doa dari adik-adik saya, dan
doa-doa dari orang-orang yang saya tempati curhat tentang dia.
Terima kasih tak terhingga.
Saya yakin perasaan anakku telah
kembali ke perasaan yang semestinya. Perasaan yang akan diridai oleh Allah Swt.
Doa Ibu Sepanjang Jalan
Perjalanan masih panjang. Masih
ada 2 pekan dari hari ini menuju hari bahagianya. Di mana saat itu, si putra
ketiga akan memulai hidup baru bersama perempuan pilihan Allah Swt.
Yakinlah, doa mama akan terus
bergema di sepanjang usia mama, untuk kalian anak-anak
mama.
Khusus untuk si anak istimewa, saya
menitip nasihat ini untukmu.
“Jika kelak kamu menjadi ayah untuk anak-anakmu, iringilah dengan doa yang banyak. Pimpinlah keluargamu menjadi keluarga Qur’ani. Jangan berhenti belajar menjadi sebaik-baik manusia agar engkau bisa membimbing istrimu dan anak-anakmu menempuh jalan lurus menuju kepada-Nya.
Jadilah suami dan ayah yang arif bijaksana. Sayangi dan hormatilah istrimu sebagaimana engkau menyayangi dan menghormati mama dan saudara perempuanmu.
Ambillah contoh yang baik-baik saja dari kami dan tinggalkan yang buruk dari kami orang tuamu, karena kami bukanlah keluarga yang sempurna. Sempurnakan keluargamu dengan belajar … belajar … belajar dan berdoa.”
Akhirnya tulisan ini saya akhiri
dengan kesimpulan.
Doa-doa yang dilangitkan oleh seorang
ibu kepada anaknya tak akan pernah berhenti selama hayat dikandung badan. Terus
menggema di sepanjang jalan dan sepanjang usianya.
Jika satu doa telah dikabulkan
maka akan ada lagi doa selanjutannya dan selanjutnya. Karena hal itulah yang bisa
dilakukan seorang ibu tanpa syarat.
Seperti kata mama saya, “Saya
mendoakan kamu agar bisa mendoakan anak-anakmu.”
Begitulah, doa ibu sepanjang
jalan selama hayat dikandung badan.
Maka, apakah kalian meragukan kemuliaan
seorang ibu?
Dalam ajaran Islam, sosok seorang
ibu sangat dimuliakan sehingga namanya disebut oleh Rasulullah sebanyak tiga kali.
Dari Abu Hurairah RA,” Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada Rasululullah Saw, lalu bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak saya perlakukan dengan baik?
Rasulullah menjawab: Ibumu!
Lalu siapa lagi? Rasulullah menjawab: Ibumu!
Lalu siapa lagi” Rasulullah menjawab: Ibumu!
Sekali lagi orang itu bertanya: Kemudian siapa?
Rasululullah menjawab: Bapakmu!” (HR Bukhari).
Mohon doakan kelancaran aqad nikah anak saya pada pekan keempat Mei tahun ini.
Terima kasih.
Kata teman² saya, saya udah enak, udh bebas krn anak² udah nikah semua.
ReplyDeleteWeits...doanya beda lagi. Namanya rumahtangga, mereka beda banget dng rumahtangga ayah-ibunya. Haha...
Setuju banget, doa Ibu sepanjang hayat dikandung badan...
Betul.
DeleteSelalu ada doa-doa baru untuk hal-hal baru.
Mungkin doanya sama, tetapi akan selalu diperbaharui.
MasyaAllah
ReplyDeleteBaarakallah untuk putranya, Bu. Semoga lancar akad nikah dan seterusnya dijadikan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
ReplyDeleteMasyaAllah TabarokAllah, Bundaaa
ReplyDeleteSemoga ketegaran Bunda bs menginspirasi para pembaca, termasuk diri saya.
Terima kasih telah berbagi kisah ini ya
Lagi-lagi hampir mewek membacanya ... anak muda yang sudah akan menjadi kepala keluarga, semoga lancar ya menuju hari H dan seterusnya membangun keluarga samara.
ReplyDeleteKak, di saat remaja tadi di atas kita' tuliskan merupakan saat yg sulit karena tidak lagi bisa masuk ke dalam jiwanya. Bagaimana saat mereka dewasa? Apakah lebih mudah?
Sama susahnya ternyata hahaha.
DeleteYang pasti setiap anak memiliki jiwanya sendiri dan kita sebagai orang tuanya harus "tahu diri" untuk tidak terlalu jauh mencampuri urusan hatinya cmiiw
Semoga lancar untuk pernikahan anaknya ya Bu. Teriring doa juga semoga beliau bisa mencapai pernikahan sakinah mawaddah wa rahmah, bahagia dunia akhirat.
ReplyDeleteSelamat juga untuk Ibu, sudah akan menikahkan putra yang ketiga
Masyallah, kekuatan doa seorang ibu ya..
ReplyDeletesemoga lancar acara pernikahannya hingga hari H.. Amiiiinn..
MasyaAllah. Nasehat suami bena-benar benar. Apalah kita yang bisa melakukan karena hanya Allah yang bisa membolak balikkan hati hambanya. Selamat ya bu
ReplyDeletehmm bergetar deh, mbaa.. iya betul, doa ibu itu menurutku yaa segalanya. sedih deh kalau ada orang yang ibunya doain yang jelek2 atau yang gak mendukung anaknya. semoga kita bisa selalu muliakan ibu kita yaa
ReplyDeleteWhuaa, ternyata anak lelakinya mau menikah ya.
ReplyDeleteDan doa2 Bundanya bener2 nendang dan masuk ke dalam sukma.
Percaya banget kalo doa ibu sepanjang masa.
Semoga dilancarkan pernikahan putranya sampai hari H.
Saya juga kalau dirumah, kadang suka berpikir. Dari banyak doaku yang terkabul, "apa ibu mendoakanku hal ini juga?". Apalagi saat doa yang hanya satu dua hari disampaikan ke Allah.
ReplyDeleteBtw, Mbak. Tulisannya bagus banget. Aku berasa membaca novel dalam blog. Tulisannya halus dan bikin masuk dihati.
Barakallah, Bun. Semoga dilancarkan untuk pernikahan anaknya. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
ReplyDeleteMashaAllah~
ReplyDeleteAlhamdulillah yaa Bunda... Satu per-satu anak menuju ke gerbang kemandirian. Semoga bisa sama-sama berkumpul di jannahNya kelak.
Mba, saya kok jadi terharu baca tulisan ini ya. Mungkin suatu saat saya pun akan mengalami ya kegundahan hati orangtua yang bisa saja pemikirannya berseberangan dengan anak. Kekuatan doa memang luar biasa mba. Terima kasih sudah menuliskannya mba, saya jadi belajar dari artikel ini.
ReplyDeleteMasyaallah. Memang doa ibu untuk anaknya itu makbul, ya. Sebuah kisah yang inspiratif
ReplyDeleteMasya Allah, barakallah, terima kasih sharing ceritanya, jadi menguatkan saya untuk tidak lelah mendoakan anak-anak, tetap semangat menjadi ibu yang bermanfaat
ReplyDeletedoa seorang Ibu memang luar biasa ya mba..berbalut cinta dan permohonan kepada Yang Maha Srgala untuk kebaikan anak - anak kita
ReplyDeleteMasya Allah kak, mau mewek baca kisahnya. Saya sedikit meraba-raba masalahnya apa, lalu menempatkan diri klo saya begitu apami yang saya rasa hiks. Anak makin besar san dewasa tantangannya beda lagi, terima kasih sudah sharing kak insya Allah saya ingat selalu
ReplyDeleteSubhaanallaah... Memang kalau kita terus bersandar kepada Allah maka yakin kita tidak akan jauh dari-Nya. Semoga berkah melimpah selalu untuk keluargata'!
ReplyDelete