Leli
memasuki ruang guru dengan senyum semringah.
"Assalamualaikum,
hai bapak ibu guru! Permisiii, orang
cantik mau lewat."
Sontak
guru-guru yang sedang istirahat berbalik ke arah sumber suara. Mereka
tersenyum demi mendengar candaan Leli.
"Mari,
Ibu cantik, babang tamvan mempersilahkan." Pak Muh berdiri lalu
membungkuk.
Ruangan guru seluas 70 meter persegi itu menjadi riuh. Para guru yang sedang istirahat tertawa.
Kehadiran Leli menebarkan
keceriaan. Candaannya selalu renyah.
Perempuan
cantik yang baru saja merayakan ulang tahun yang ke -30 itu selalu bisa
menciptakan suasana hening berubah menjadi ramai. Ditambah Pak Muh yang 6
bulan lagi akan memasuki masa pensiun itu yang bisa menimpali candaan Leli.
"Tambah
ceria saja nih Ibu Leli, pasti lagi dapat rezeki berlimpah." Fatma
tersenyum penuh arti.
"Adakah?
Ada dong, adalaaah." Ima menimpali.
"Ada
sayang, adaaa..." Leli balas bercanda sambil berjalan menuju
mejanya.
"Hm,
saya tidak marah bu Leli, kalau ditraktir pizza." Fatma menyahut sambil
mengedipkan mata ke arah Risna.
"Habis
mengajar kita pulang bareng, pssst ... kita berempat saja ya." Bisik bu Leli
ke arah ketiga rekannya itu.
"Kenapa
hanya berempat? Saya tidak diajak nih?" Rupanya pak Muh mendengar
bisikan Leli.
"Maafkan
Pak Muh, mobilku hanya muat tiga orang." Leli mengatupkan kedua tangannya.
"Lagian
Pak Muh kan laki-laki, sendiri pula di tengah “gadis-gadis” manis ini.” Seloroh
Leli.
“Apakah
bapak tidak takut berada dalam sarang penyamun?" Ima menutup.mulut menahan
tawanya.
"Ah, kalian ada-ada saja. Mana ada perempuan muda yang sudi memperebutkan guru calon pensiun ini. Baiklah ibu-ibu, saya ucapkan selamat bersenang-senang ya."
Pak Muh membalas candaan guru-guru muda itu sembari berlalu.
“Maafkan
ya Pak Muh!” Seru Leli.
Pak
Muh melambaikan tangan, “Tak masalah.”
“Ah,
kalian guru kontrak yang selalu memberi warna berbeda di sekolah ini, selalu
ceria seakan tiada beban.” Pak Muh bergumam.
Leli Arianti, guru bahasa Indonesia itu sudah cukup lama menjadi guru kontrak di sekolah yang cukup populer di kota Makassar.
Sekalipun
hanya guru kontrak, ia tak pernah kehabisan uang. Setidaknya itu yang terlihat
dari penampilannya. Tampil menawan dengan busana yang serasi,
Satu
lagi, ia satu-satunya guru kontrak di sekolah itu yang membawa mobil pribadi. Guru kontrak lainnya cukup bahagia menggunakan
sepeda motor ke sekolah. Bahkan ada yang masih menggunakan pete-pete.
Suami Leli adalah guru juga, mengajar di sekolah lain dan sudah berstatus ASN bersertifikasi pula. Cukup keren di mata ketiga guru kontrak temannya itu. Tambah keren lagi, mereka selalu ditraktir oleh Leli setiap kali sertifikasi suaminya cair.
Matahari
terik membungkus siang. Keempat ibu guru itu telah berada di atas mobil yang
disopiri Leli menuju Pertokoan Ramayana.
Seperti yang dijanjikan Leli tadi pagi, mereka akan makan di Pizza Hut Restoran
Ramayana.
Cukup
lama mereka berada di restoran itu. Makan sambil bercanda, menertawakan
guru-guru ASN di sekolah mereka.
“Eh,
kalian suka sebal ndak sama si Ibu Kur itu? Sedikit-sedikit kasi
perintah di wag.” Risna bicara sambil menyeruput lime juice.
“Ih,
sebal sekali. Dia itu melampau kepala sekolah. Seakan-akan kebijakan berasal
dari dia.” Fatma menimpali sambil sibuk mengunyah pizza American favoritnya.
“Untungnya,
kita tidak pernah disenggol kan ya?” kata Ima.
“Siapa
bilang? Saya pernah disemprot gara-gara telat kumpul perangkat pembelajaran.”
Sergah Leli.
“Lah,
itu memang kesalahan kamu sayaaang.” Fatma menepuk-nepuk pipi Leli.
Leli
cemberut. Tangannya mengambil potongan pizza dan digigitnya dengan kasar.
Aum
…. aum … aum ….
“Ini
pizza enak kali ya, kalau dipakai untuk sumpal mulutnya si ibu itu.”
Mereka
terbahak melihat tingkah Leli sembari membayangkan potongan besar pizza
tersumpal di mulut ibu yang mereka bicarakan.
Menjelang
magrib, mereka beranjak dari restoran.
“Terima
kasih Bu Leli, kami pulang duluan ya. Tuh driver online kami sudah datang.” Ibu
Ima dan Bu Fatma melambaikan tangan.
“Bu
Risna ikut di mobil saya saja, rumah kita kan searah.” Bu Leli menggandeng lengan
Ibu Risna.
"Terima
kasih Bu, saya menumpang di mobil Ibu. Terima kasih juga sudah ditraktir." Risna mengatupkan
kedua tangannya.
"Halaaah,
kamu itu tidak menikmati traktiran saya, cuma sibuk minum, tidak
makan." Ibu Leli mengibaskan tangannya.
"Maafkan
Bu, lidah saya belum bisa move on dari makanan kampung hi-hi-hi." Bu Risna
menutup mulutnya menahan tawa.
Ia
teringat kejadian tadi di restoran. Bu
Risna mencicipi chicken sausage spaghetti dan itu sukses membuatnya mual. Selanjutnya ia hanya sibuk minum lime juice.
“Padahal
itu hanya pasta sosis ayam Bu Ris.” Bu Leli ikut tersenyum geli membayangkan muka Bu Risna
yang merah menahan mual.
***********
Azan
magrib terdengar syahdu mengiringi gerakan tangan Leli yang lincah memutar
kemudi mobil saat memasuki pintu gerbang
rumahnya. Ia bunyikan klakson demi melihat suaminya yang telah rapi dengan baju
kokonya.
“Saya
ke masjid ya Dik, parkir mobilnya yang benar.” Seru Arya suaminya.
“Siap
Pak Bos!”
Usai
bersihkan badan dan salat magrib, Leli beranjak ke dapur. Pizza yang tadi
dibeli untuk suaminya sudah dingin.
Tak
lama, terdengar langkah halus suaminya.
“Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam,
saya di dapur kak.” Balas Leli.
“Kenapa
beli pizza lagi Dik, kamu kan tahu saya tidak suka makan pizza. Coba beli ayam
goreng saja.” Arya, suami Leli menggumam kecewa.
“Ini
tidak dibeli khusus Kak, pizza ini punyanya Risna.”
“Kenapa
dibawa pulang?” Kening Arya berkerut.
“Ia
tidak suka makan pizza, sama kayak Kak Arya.” Leli menyimpan pizza itu ke dalam
lemari.
Dia
berencana memanasi pizza itu besok pagi dan membawanya ke sekolah. Ide nakal
tiba-tiba muncul di kepalanya
“Kalau
tidak suka pizza, kenapa dia ikut-ikutan ke restoran itu.” Arya masih sedikit
kesal. Membayangkan pizza yang dibeli mahal-mahal tetapi tidak dimakan.
“Itu
pertama kalinya ke restoran pizza, katanya mau coba juga. Eh, ternyata lidahnya
tidak cocok.” Leli menenangkan kegusaran suaminya.
Masih
jam 05.30, Leli dan Arya sudah rapi dalam busana kantor masing-masing.
“Dik,
hari ini jam ngajarku full ,
terus mau ke rumah ibu mau antar beliau ke dokter.”
“Berarti
kakak yang pakai mobil? Baik, kak saya pakai motor ke sekolah.” Leli
membayangkan teriknya matahari saat pulang nanti.
“Iya
Dik, tidak apa-apa kan, sesekali menikmati sinar matahari.” Arya mencoba
menghibur istrinya. Ia tahu, betapa takutnya Leli dengan sinar matahari, takut
kulitnya menjadi kusam.
“Yaah,
mau apalagi, ibu lebih membutuhkan mobil. Masa iya pesan ojek online sementara
anak kesayangannya punya mobil pribadi, iya kan sayang.” Leli mengecup lengan
suaminya.
Leli
meraih kunci motor. Ia harus cepat-cepat berangkat sebelum matahari pagi
menerpa kulit putihnya.
“Saya
duluan ya Kak!” Leli melambai sebelum motor itu melaju kencang menerobos pagi.
Tidak sampai 20 menit, motor Leli sudah tiba di depan pintu gerbang sekolah. Halaman sekolah masih lengang, tetapi kendaraan guru-guru yang mengajar jam pertama sudah terparkir rapi.
Tak terkecuali mobil ibu
Kur.
Leli
berjalan santai menuju ruang Kurikulum sambil menenteng kotak pizza.
“Assalamualaikum!”
Leli menyapa penghuni ruangan kurikulum.
“Waalaikumsalam,
tumben Bu Leli tidak telat.” Bu Kur menjawab salamnya, tidak lupa dengan
kalimat ajaibnya yang bikin Leli kesal.
“Ahaa,
saya tidak mengajar jam pertama Bu, jam ngajarku nanti jam ketiga.” Leli
mengibaskan tangannya.
“Saya
hanya mau kasi ini ke Ibu, mumpung masih hangat. Enak ini dimakan sambil
ngeteh.” Leli menyimpan kotak pizza di atas meja bu Kur.
Demi
melihat kotak pizza itu, mata bu Kur bersinar.
“Makanan
kesukaan Ibu Kur itu, Bu Leli.” Pak Muh yang baru saja masuk ke ruangan
menyahut. Ia sedang menempelkan jempolnya pada mesin fingerprint.
“Ih,
Pak Muh tahu saja kesukaan saya.” Bu Kur tersenyum semringah.
“Terima
kasih ya Bu Leli.”
“Sama-sama
Bu. Saya pamit ke ruang guru.” Leli mengangguk dengan senyum penuh misteri.
“Satu
… dua … tiga … em …” Leli menghitung dalam hati.
“Bu
Leliiii, kenapa tidak bilang kalau pizza ini pedas!!!” Suara menggelegar
terdengar nyaring dari ruang kurikulum.
Leli
mempercepat langkahnya, pura-pura tidak mendengar suara itu.
Ia
tersenyum puas. “Hm, sebentar lagi bibir Bu Kur akan dower akibat alergi
cabe”
Rencananya berhasil.
Nakalnya Bu Leli gang wkwkwk.
ReplyDeleteNakal tojeng wkwkwk. Nabilang, "masih mauko macam-macam sama bu Leli?"
DeleteSuara hatinya bu Leli. Hahaha
Bukan ji kejadian nyata ini toh Kak? Ngeri sendiri saya wkwkwk.
DeleteBTW, rupanya ada beberapa cerita dengan latar belakang guru dih. Bisa jadi buku kumcer. Mau kita' bukukan?
Bukanji..., ta'lewa itu kalau kejadian nyata.
DeleteMaunya begitu, tapi masih kurang, belum cukup untuk jadi buku.
Bu Leli, ohhh Bu Leli cantiikkkk
ReplyDeleteini bikin daku mupeng jajan pizza wkwkw
baiklah otw dapur aja dah, bikin pizza teflon pakai roti tawar ::D
Ikut dong mak bikin pizza pakai teflon
DeleteLumayan cepat dan enak juga
Bahkan ada yang dijual adonan jadi
Deuh Bu Kur alerginya sama cabe ya? Kasihan banget dower deh dia ntar, hehehe...
ReplyDeleteSeru juga ya kalau dalam sebuah lingkungan kerja kita itu kompak, dan saling menghargai
Iyah, bener buangett Teh
DeleteTemen kantor rasa sodara yak
Pengiin ngantor lagi dah eikeh jadinya wkwkwkwk
Hahaha nakal ya bu Leli
ReplyDeleteBu Leli ternyata iseng ya hahaa semoga Bu Kur nggak sakit perut ya abis makan Pizza yang pedas itu :)
ReplyDeleteBu Leli nyentrik dan iseng ya. Independent juga bisa mengendarai mobil dan motor sendiri
ReplyDeleteOalah Bu Leli, Bu Leliii.. Kirain tadi Bu Kur teriak karena pizza di dalam kotaknya kosong. Ya siapa tau habis dipanasin dimakan suami bu Leli. Namanya juga lapar, biarpun nggak suka ternyata khilaf mau apa, hehe
ReplyDeleteHaha puas banger Bu Leli ngerjain Bu Kur dowernya kayak apa ya, btw jadi pengen Pizza dong gara2 baca ceritanya mba :D
ReplyDeleteBu Leli kok sama kayak aku suka Pizza ya, hahaha.
ReplyDeleteKeren ceritanya
Runut dan saya menikmati
hehehe aku senyum - senyum bacanya... Bu Leli yaaa. Pizza nih makanan favorit orang - orang di rumahku juga
ReplyDeleteKasihannya Bu Kur.
ReplyDeleteHihii...serunya kehidupan dengan setting sekolah. Biasanya dari sudut pandang pelajar, Bunda mengambil dari sudut pandang pengajar.
Ada rencana di bukukan kah, Bunda?
Aku setuju banget dengan diskusi di atas. Kak Niar dan Bunda sudah ada rencana membukukan buku kisah bersetting sekolah.
DeleteSeru ini...
Teenyata Bu Leli iseng juga ya.
ReplyDeletePak Muh juga perhatian ya, sampai tahu makanan kedukaan teman-teman terdekatnya ya.
Jadi inget diisengin temen waktu SMA dulu. Saya kan selalu pake ransel. Kok ya hari itu pas pulang sekolah berasa berat banget manggul ransel. Biasanya 2x naik angkot, sampe depan komplek ya jalan kaki sampe rumah. Nggak juga saya tu curiga ada something dalam ransel saya. Ketauannya pas malem beres-beres buku, eehh.. ada batu dalem ransel saya. Duh...
ReplyDeleteBu leli, kok jahil sih.
ReplyDeleteCeritanya asyik bu, ringan, gampang di ikuti
Iseng banget ya, Bu Leli.. xixixi.. tapi orang-orang kayak gitu yang bikin hidup suasana. Ceritanya sederhana tap segar, Mba ^_^
ReplyDeleteBu leli bisa tonji (tolong koreksi kalo salah bahasa ya Kak, sok2an pakai bahasa makassar :). Nanti bilangnya nggak tahu kalau Bu Kur alergi cabe ^_^
ReplyDeleteBtw, makan pizza di makassar pakai jeruk nipis juga nggak? hehehe
Saya masih takjub dengan segala2 makanan pakai jernip di sini :)
Yang bandel gurunya, bukan muridnya hehe, dasar Ibu Leli..bahaya orang alergi malah dikasih alergennya :D
ReplyDeleteHuhuhuuu bu Kur dikerjain hahahaha ...
ReplyDeletegara gara suka cerewet ya mbak
Ya ampun, kasihan amat bu kur, hihihi...
ReplyDeleteTerhibur nih baca kisah guru-guru...
Astaga nakalnya Bu Leli... kesian itu Bu Kur. Ntar kalau dia balik balas dendam gimana coba?
ReplyDeleteYa ampun bu Leli iseng deh ngerjain bu kur sama cabe hehehe
ReplyDeleteGeli hahha endingnya malah ngerjain lucu
ReplyDeleteMba kamu bakat nulis fiksi ya ternyata hehehe.
Aku jadi ikut terbawa suasana lagi di sekolahan ala-ala guru yang berkumpul di kantor hihi. Nice story' mbaaa, jadi mau bikin pizza ala-ala deeh wkwk
ReplyDeleteIt is always a challenge to decide what to eat with type 2 diabetes. how many carbs are in a little caesars thin crust pizza is amongst those foods that most people crave and love. This is the common question that whether you can have pizza and still in a position of maintaining better health.
ReplyDelete