Siang itu suami tercinta cemberut melihat tanamannya yang layu dan kering karena sudah dua hari tak disiram.
Sambil menggerutu ia mengambil air dan mulai menyirami tanamannya.
"Kasihan
kamu, tak ada yang memperhatikan kecuali saya. Kelak di akhirat kamu tuntut
tuan rumahmu yah. Jangan saya, karena cinta dan kasih sayangku selalu tercurah
kepadamu."
Ha-ha-ha-ha
…
Dia
terus menyirami tanaman yang tumbuh bergerombol tak teratur. Satu pot diisi
berbagai macam tanaman, bercampur antara bunga berbagai jenis dengan tanaman
cabe, dan tanaman obat. Tanaman berbagai jenis itu seakan berlomba mengeluarkan
pucuk-pucuk daunnya walau nampak sekarat.
"Andai
tuanmu punya kasih sayang, pasti kamu subur."
Siapa
yang dia maksud tuan rumah?
Saya
tak pernah sekalipun menanam tanaman itu. Memang sesekali saya memandanginya dan mengagumi keindahannya sekaligus menikmati kesejukan dari sepoi-sepoi angin yang
mereka kirimkan melalui lambaian daun-daunnya. Sesekali saya menghirup oksigen hasil
proses pernapasannya.
Hanya
itu.
Tak
sekalipun saya merasa menjadi tuan dari tanaman-tanaman itu. Beuh, kepada siapa
ia arahkan omelannya.
Ah,
sudahlah saya tak perduli.
Kembali
ke dapur saja.
Kebosanan Mulai Melanda
Masa Pandemi yang tak tahu kapan berakhir ini, rasanya mulai menggerus ketentraman diri yang terlanjur merasa nyaman berada sepanjang hari di rumah.
Jujur saja, awalnya saya menikmati keadaan, saya mengajar dari rumah sambil mengerjakan banyak hal yang selama ini terbengkalai karena hampir setiap hari di sekolah. Banyak hal yang saya lakukan dan juga pelajari selama masa pandemi ini, seperti:
Menata ulang perabotan rumah yang bertahun tak pernah bergeser dari tempatnya;
Menjahit
perca kain yang selama ini saya sembunyikan di tempat yang jauh dari pantauan. Psst,
ia paling terganggu melihat sisa-sisa kain seusai saya menggunting dan menjahit
pakaian.
“Itu
sampah, kenapa dipelihara?”
“Jangan
laloko buangki sisa-sisa kainnya mamamu, itu tongmi nanti
warisannya untuk kalian.” Ha-ha-ha.
Saking
seringnya bicara seperti itu, saya jadi hapal. Makanya setiap selesai
menggunting, perca kain itu yang lebih dahulu saya bereskan. Masukkan ke
kantong plastik lalu disembunyikan. Aman.
Tapi setelah
melihat hasilnya, dia berkomentar. “Ada juga gunanya sisa-sisa kain itu di…”
Namun,
semua itu tak berlangsung lama. Pada akhirnya kebosanan itu datang juga menyerang.
Buku-buku di lemari sudah mulai terlihat membosankan, tidak ada buku baru. Mau
membaca ebook atau di aplikasi-aplikasi membaca, mata tak sanggup.
Sebagian
perca kain sudah saya amankan ke tempat sampah, bahkan kain yang sedianya akan
saya jahit, kembali jadi penghuni kotak.
Bosan
betul-betul telah melanda jiwa.
Agar Semesta Mendukungmu
“Ma …
coba lihat tanaman ini, indah sekali!” Seru ayangbeb. Ia baru saja pulang dari
masjid salat subuh.
“Ih,
subuh-subuh sudah teriak-teriak, kenapaki?”
“Sini
maki, lihat baik-baik ini bungata, batena makkala-makkala sama
kita.” Ah, ada-ada saja, mana ada bunga yang ketawa-ketawa.
Tapi
demi menyenangkan hatinya, sayapun beranjak dan mulai memandangi satu persatu bunga-bunga
yang ia sebut ketawa itu. Tak ada yang istimewa, biasa saja.
Subuh
yang sejuk, sepulang dari masjid saya berdiri sejenak di depan rumah. Ia
mengamati saya dengan senyum penuh arti, seakan ia mau berkata, “lihatlah
tanaman-tanaman itu, mereka manis-manis kan?
Saya memandangi
dengan saksama. Nampak merana. Daun-daunnya menguning, batangnya sedikit
kering.
Eitss,
tunggu dulu!
Ada satu tanaman yang sangat segar, daunnya berwarna ungu tua dan bunganya berwarna merah hati. Saya ingat, tanaman itu ia dipetik di halaman Puskesmas beberapa waktu lalu, katanya itu adalah obat ambien dan bisa melancarkan BAB.
Sayapun
pernah memanfaatkannya. Sebab apa? Ah, sudahlah you know lah ha-ha-ha.
“Kenapa
tanaman ini tumbuh subur, sementara yang lainnya tidak?”
“Itu
karena selalu dapat siraman kasih sayang.” Candanya. Satir juga kalimatnya.
Tanaman
yang saya tidak tahu namanya itu kebetulan berada persis di bawah pipa saluran
pembuangan air AC, sehingga ia selalu mendapatkan air tanpa perlu disiram.
Tiba-tiba
mata saya tertuju pada bunga mawar yang
meranggas. Duri di batangnya sudah tumpul, daunnya menguning. Jangan
membayangkan bunga Mawar dengan kalimat
sekuntum mawar merah yang kuberikan kepadamuuu…
Kalau
diibaratkan hewan, mungkin dia singa ompong. Mawar tak berduri.
Lalu mata
saya beralih ke bunga Sansivera, tumbuh bergerombol dalam satu pot plastik yang
retak. Sebagian akarnya telah menembus celah pot yang retak.
Ada
pula tanaman Kunyit Putih yang tumbuh di sela-sela rumput liar, tingginya
sekitar 10 cm, daunnyapun mulai layu.
Sungguh
memprihatinkan.
“Mereka
bisa subur kembali kalau ada yang mau merawatnya dengan sepenuh hati.” ia
menyentuh bahuku sembari berbisik.
“Jatuh
hatilah kepada mereka maka merekapun akan menyayangimu.”
Bunga-Bunga Cinta
Siapakah
orang yang paling bahagia saat saya mengutarakan keinginan merawat tanaman?
Horeee!
Dia seakan bersorak. Tapi
seperti biasanya, ia tak seekspresif saya. Namun, dari caranya menyambut niat
saya itu sudah cukup melambungkan segala rasa dalam dada.
Iss..lebay
ha-ha-ha.
Tidak
tanggung-tanggung dia langsung membeli beberapa pot dan mengalihkan kegiatannya
menyiram tanaman ke saya. Bahkan dengan sabar, ia mengingatkan kalau saya lagi
sibuk dengan kerjaan lain.
“Ma’ nacariki
bunga-bungata.” Kadang juga ia bilang begini.
“Natanyaka
bunga-bungata tadi, rinduki bede sama sentuhan tanganta.”
Sebagai
orang yang baru menyukai kegiatan menanam, saya jadi tidak sabar. Inginnya
melihat langsung tanaman itu tumbuh subur, daunnya rimbun, dan mengeluarkan
bunga yang indah.
Karenanya,
saya berniat langsung saja membeli tanaman yang sudah besar, angkut semua ke
rumah, lalu pajang di teras dan di sekeliling rumah.
Tetapi
beliau mengingatkan. “Pelan-pelan saja, nikmati prosesnya.”
“Cobalah
menanam bibitnya dahulu kemudian setiap pagi atau sore kamu datangi dia,
perhatikan perkembangannya. Pasti kamu akan menemukan sensasi kegembiraan yang
tak terkira.”
Baiklah.
Sejak saat itu, saya memiliki kegiatan baru. Menyiram tanaman, berbicara dari hati ke mereka lalu menikmati kegembiraan saat satu dua pucuknya muncul.
Melihat
kesegaran hijaunya. Masya Allah!
Ah,
rasanya bunga-bunga cinta bukan hanya tumbuh dalam pot-pot di teras rumah, iapun tumbuh di
sanubari kami.
Saya
merasa dia semakin mencintai saya. Sama seperti tanaman dan bunga-bunga itu.
Setiap pagi mereka menyambut dengan lambaian daunnya yang semakin menyegar dari
hari ke hari.
Bunga-bunga cinta kami semakin segar sesegar
daun-daun tanaman di halaman rumah kami.
Maka cinta dan kasih sayang kepada pasangan dapat selalu kita hadirkan, sekalipun kejenuhan kerap datang. Mungkin hanya dengan hal-hal kecil seperti yang saya lakukan.
Berusaha
menyukai apa yang dia sukai dan menyayangi apa yang ia sayangi. Kalaupun tak bisa,
setidaknya menghargai dan membiarkan ia menikmati kesukaannya.
Asal bukan menyukai perempuan lain saja, karena ini sama saja menabuh genderang perang.
Eits, tetep ngancam, ha-ha-ha
Sahabat bisa juga membaca tentang keluarga di sini
Saya juga ngalamin mb, akhirnya saya ngerjain sesuatu yang semestinya ga saya lakuin kalau situasi normal hahah saking gabut dan bosennya. Semoga segera berlalu ya kondisi seperti ini
ReplyDeleteSuamiku juga seneng nanem2.. pohon diguntingin tiap hari saking gabut dan suka ngerawat taneman. Aku bilang, "pohon dipotongin tiap hari yang ada bukan bagus, malah botak". Ahaha
ReplyDeleteKecintaan suami akan tanaman berhasil ditularkan pada bunga cinta di rumahnya mba.
ReplyDeleteSaat bunga dan pucuk daun bermunculan, begitu juga dgn bunga cinta berdua. Romantis lain dr pandemi :)
mertuaku mbak yang suka nanem, sampe banyak pohon buah2an hahaa sayangnya setelah mertua ga ada ga ada yang nerusin jadi aja nggak keurus dan mati semua :(
ReplyDeletePada akhirnya sebuah pasangan itu harus saling mengerti, memahami dan mengisi kekosongan ya mbak....walau pada awalnya perbedaan itu ada. Namun bila perbedaan itu terus dipupuk dengan kasih sayang niscaya kita bisa hidup bahagia bersama pasangan yang saling memahami. Seperti bunga cinta ini yang awalnya dipelihara oleh 1 orang akhirnya dua2nya merawat dan mrnyayanginya hingga tidak layu lagi....begitulah namanya kehidupan.
ReplyDeleteSo sweet ya bunda. Selalu mendukung kesukaan suami ya bund. Sehat sehat terus bunda dan suami beserta keluarga.
ReplyDeleteMakkalak ka' di bagian ini
ReplyDelete“Natanyaka bunga-bungata tadi, rinduki bede sama sentuhan tanganta.”
Hahaha .... masya Allah ... bunga-bunga makin menambah kemesraan ya, Kak. Jadi, ndak pernah mi layu ini tanaman ta'?
Di rumahku banyak sekali tanaman mba, tapi tetap saja aku belum bisa jatuh cinta pada mereka. Tanaman-tanaman cantik dan segar itu dipelihara oleh ibuku, yang kalau aku lupa menyiramnya pasti kena omelan hahahaa...
ReplyDeleteya ampuun mba, so sweet banget yaaa berkat tanaman cinta suami istri makin tumbuh subur, suiiit suiiiit, hihihi aku ikutan gemes kebawa romansa kalian jadinya
ReplyDeleteJadi inget suamiku, beli 5 pot anggrek lalu dengan sepenuh hati awal-awal dia rawat terus berakhir anggreknya mati hahaha akhirnya sekarang dirawat sama kakak ipar
ReplyDeleteKebetulan kalau saya berkebun dan menanam itu emang profesi di rumah. Maklum di kampung. Jadi ada atau tidak ada pandemi, nanam dan ngurus tanaman emang sudah jadi kebiasaan saya. Hanya saat pandemi sekarang ini, perbedaannya jadi banyak teman dan tetangga yg pada minta bibit bunga. Hahaha
ReplyDeleteKalau suamiku lain mba dia cuek aja saat saya ga terlalu ngurusin tanaman, tapi saat saya senang berkebun dia antusias membantu dan mendukung anter2 beli pot n tanaman hias, bantu mindahin anakan, sepertinya dia mah gimana saya aja hahaha....
ReplyDeleteSuamiku banget ini, suka ngurus tanaman. emang kalo tanaman dikasih perhatian lebih, dia jadi subur dan bagus tumbuhnya hihihi..
ReplyDeleteAku pernah diprotes suami karna tanaman nggak disiram. Dan sama ya karna aku sendiri ngerasa kurang telaten sih. Tanaman jadi pelampiasan buat nggak mudah bosan sih ya mba
ReplyDeleteSaya juga baru setahun ini suka tanaman Mbak tapi ya itu tetap aja kurang telaten menyiram dan merawatnya
ReplyDeleteMaa syaa Allaah tulisaan so sweet banget Bunda. Saya baca postingan Bunga-Bunga Cinta ini aja sampai mengira yang nulis kayak yang baru pengatin baru aja... Benar-benar pasangan yang romantis. Dan yah keromantisan itu bisa dimunculkan dari hal yang sederhana ya Bund, seperti merawat tanaman :)
ReplyDeleteMenulis Bunga-Bunga Cinta membuka kembali memori dan bersyukur akan kehadiran pasangan yang saling melengkapi yaa, Bunda.
ReplyDeleteSemoga cintanya senantiasa bersemi dan indah.
:) saya baca artikel ini senyam senyum sendiri, Kak.... Gemes gemes gimana gitu, baca berantem berantem romantisnya, sehat sehat selalu Kakak dan Abang ya.... :)
ReplyDeleteAku belajar ngurus tanaman itu sama ibuk mba, tapi pas aku nanem sendiri nggak awet hahaha apalagi ini di rumah mertua banyak ayamnya. Jadilah nggak pernah menanan, keromantisannya kurang nggak sih eheheh yang penting bunga2 cinta terus mekar ya
ReplyDeleteWkwkwkwk … aku ngakak pas bagian kain perca jadi warisan anak-anak nanti. Ya Allah, kok sama dengan kalimat suamiku yang tahu istrinya suka nyimpen kain perca atau benang rajut yang banyak namun tak kunjung selesai rajutannya. Benar bun, ada banyak cara yang bias dilakukan untuk senantiasa menumbuhkan kembali bunga cinta.
ReplyDeletePasangan idola,bisa jadi teladan buat kami-kami pasangan yang masih saja mempertentangkan banyak hal yang sebenarnya enggak pantas jadi bahan pertentangan.
ReplyDeleteFokus ke ini: berusaha menyukai apa yang dia sukai dan menyayangi apa yang ia sayangi. Kalaupun tak bisa, setidaknya menghargai dan membiarkan ia menikmati kesukaannya.
Terima kasih sudah membagikan inspirasi Bunda
Jangan lupa ingat siram tanamannya kwkw...kok hampir sama, suami saya dari dulu yang suka nanam tapi nitip nyiram hihi
Hihihi bunda bisa aja menuangkan ide dalam tulisan yang segar. BTW bun, selama pandemi aku jadi mahir nginem lho hahahaha. dari dapur sampe kasur, balik lagi ke dapur sambil melantai aku jago sekarang. Yagimana lagi, mau ngeluh juga nggak nyelesaiin masalah to... akhirnya kumenginem saja sambil ngedrakor. Aku ngga sanggup kalau harus membagi cinta lagi sama tanaman soalnya wkwkwk
ReplyDeleteSaya suka banget berkebun cuma kadang waktunya tumpang tindih hehee.. senang liat keromantisan bunda
ReplyDeleteSuami emang suka tanam-menanam sejak muda, terpengaruh Mamanya. Waktu pedekate, saya dikasih bunga gladiol merah, hasil kebun sendiri. Apa cobak katanya? Saya dingin aja dapet bunga. HAHA...ketawa guling-guling. Sejak itu dia tahu, saya bukan cewek yg suka bunga. Beda ama anak saya perempuan, kalo ditunjukkan bunga, ekspresif gitu. Tapi seneng sih dia punya hobi, jadi engga kemana-mana. Saya hobi jahit, juga engga kemana-mana. Klop deh...
ReplyDeleteWaah, bunda produktif iiih. Aku jadi iri, deh. Kalau di rumah kami, mama mertuaku yang hobi banget nanam bunga. Dia betah seharian ngurusin bunga. Katanya, kalau sudah 'bermain' dengan bunga pikiran jadi fresh. Itulah namanya hobi, ya.
ReplyDeleteSaya yang baca kebawa perasaan nih, jadi baper
ReplyDeleteAwal pendemi ini melanda, sungguh rasanya gimana gitu. Sedia tisu pokoknya
ttapi kini ternyata sudah terbiasa juga
stay safe and stay healthy everyone :')
ReplyDelete