Menjadi Operator PPDB SMP Pada Masa Pandemi menyisakan banyak cerita
Pelaksanaan penerimaan peserta didik baru untuk sekolah tingkat dasar dan menengah pertama baru saja usai. Proses pendaftaran ulang bagi peserta didik yang lolos juga telah rampung.
Seperti
biasanya, pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) selalu membawa
cerita yang beragam, tetapi pada dasarnya persoalannya sama, yaitu para orang
tua calon peserta didik baru dan peserta didik itu sendiri akan menerima hasil
yang menggembirakan atau mengecewakan.
Seperti
tahun ini, sekalipun pelaksanaan PPDB
masih berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, yaitu
Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan teknis pelaksanaannya diatur berdasarkan pada peraturan
pemerintah yang terbaru, yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 44 Tahun 2019, tetapi terdapat perubahan yang cukup signifikan. Hal ini
dipicu oleh adanya pandemi.
Untuk
mengantisipasi penyebaran pandemi, maka pelaksanaan PPDB tahun 2020
dilaksanakan secara daring penuh, dengan persyaratan dan jalur yang sama dengan
tahun sebelumnya.
Perbedaan Pelaksanaan PPDB Tahun 2019 dengan PPDB Tahun 2020
Untuk kedua kalinya saya diamanahi tugas sebagai operator Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yaitu pada tahun 2019 dan tahun ini, 2020. Persyaratan dan jalur pendaftaran tidak terlalu berbeda di mana terdapat empat jalur pendaftaran, yaitu:
- Afirmasi, jumlah kuotanya 15% dari dari daya tampung sekolah
- Prestasi, jumlah kuota 10% dengan ketentuan, 5% untuk jalur prestasi akademik dan 5% untuk jalur prestasi non akademik.
- Perpindahan tugas orang tua/wali dan anak guru, jumlah kuotanya 5% dari daya tampung sekolah
- Zonasi, jumlah kuotanya ditetapkan sebesar 70% dari daya tampung sekolah, terdapat 3% untuk jalur calon peserta didik inklusi.
Apa
yang berbeda dengan tahun lalu?
Satu-satunya
yang berbeda adalah proses pendaftarannya dilakukan secara dalam jaringan
(daring) secara keseluruhan. Mulai dari pendaftaran awal menyangkut pembuatan
akun, mengirim berkas, verifikasi data, pengumuman kelulusan, hingga
pendaftaran ulang.
Sedapat
mungkin semua dilakukan secara daring, sementara operator PPDB bertugas
memverifikasi semua data calon peserta didik yang terkirim ke server
pendaftaran PPDB.
Sebenarnya
pendaftaran daring sudah dilakukan tahun sebelumnya, tetapi proses verifikasi
data masih dilakukan secara luar jaringan (luring). Para orang tua calon peserta
didik baru bersama anaknya datang ke sekolah mengumpulkan berkasnya, lalu
operator melakukan verifikasi berkas.
Sedangkan
PPDB tahun 2020, proses verifikasi data dilakukan dengan cara mengunggah semua
berkas yang diminta.
Sayangnya,
masyarakat masih banyak yang belum familier dengan sistem itu. Dari sinilah
segala permasalahan timbul. Ditambah lagi dengan server yang sering eror saat
proses pendaftaran berlangsung.
Syarat Kelulusan PPDB Tahun 2020
Beberapa
jam setelah pengumuman, seorang ibu, tetangga saya datang ke rumah. Beliau
mempertanyakan penyebab anaknya tidak lulus sementara tetangganya lulus.
“Kenapa
anak tetangga saya lulus sementara anak saya tidak, katanya jalur zonasi
dilihat dari jarak antara rumah
dengan sekolah?”
“Ada
pertimbangan lain bu selain jarak rumah, yaitu usia.” Saya mencoba menjelaskan.
“Anak
saya seumuran dengan dia.” Balasnya ketus.
Aups! Saya kehabisan kata-kata.
Kemudian
saya teringat proses selama memperivikasi data calon peserta didik, bahwa ada
hal-hal yang menjadi faktor ditolaknya berkas yang dikirim.
“Apakah
ibu mengunggah semua berkas yang
diminta server?” Saya mencoba mencari informasi dari si ibu.
“Menurut
orang yang mendaftarkan anak saya, semua sudah dilakukan”
“Apakah
terlihat di layar laptop atau di gawai
tanda ceklis berwarna hijau?” Saya masih
berusaha mencari informasi penyebab anaknya tidak lulus.
“Tidak
semua, ada satu yang tidak berwarna hijau yaitu Kartu Keluarga (KK) saya,
bahkan bertanda silang.” Jawabnya lemah.
“Nah,
itulah penyebabnya anak ibu tidak lulus.”
Si ibu
manghela napas sembari berkata, “saya tidak tahu bu guru, kenapa KK saya
ditolak.”
Beberapa penyebab calon peserta didik tidak lulus adalah berkas yang dipersyaratkan tidak terunggah semua, yakni Ijazah atau Surat Keterangan Lulus (SKL), foto calon peserta didik baru, akta kelahiran, dan Kartu Keluarga (KK) dengan catatan tanggal berlakunya kartu keluarga paling lama 30 Juni 2019.
Sedangkan
untuk jalur afirmasi, dilengkapi dengan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari
kelurahan atau melampirkan/mengunggah Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau Kartu
Indonesia Sehat (KIS) atau kartu maupun Surat Keterangan termasuk dalam Program
Keluarga Harapan (PKH).
Untuk
jalur perpindahan orang tua/wali dan anak guru, dilengkapi dengan surat
keterangan dari kantor tempat orang tua
bekerja bahwa yang bersangkutan pindah tugas, atau dari kelurahan setempat yang
menerangkan bahwa orang tersebut pindah karena alasan tertentu. Sementara anak
guru, hanya berlaku bagi guru yang bertugas di tempat anaknya akan
medaftar.
Sedangkan
jalur inklusi dilengkapi dengan surat keterangan dari rumah sakit atau dokter
atau yang bertanggung jawab atas anak inklusi tersebut yang menerangkan bahwa
si anak adalah termasuk inklusi.
Pengalaman Menjadi Operator PPDB Pada Masa Pandemi
Menjadi
operator PPDB pada tahun ini, di mana pandemi masih ada dan kita takut pada sesuatu
yang tak terlihat tetapi nyata keberadaannya, memberikan pengalaman yang cukup
berbeda dengan tahun sebelumnya.
Masih
teringat tahun lalu, saya dan tim operator PPDB melayani orang tua dan calon
peserta didik baru tanpa diliputi rasa was-was. Kami berinteraksi dengan bebas,
tertawa-tawa, saling bercanda dan ada pula kesal-kesalnya lalu diakhiri dengan
senyum perdamaian.
Orang
tua dan anaknya antri dengan tertib sementara panitia di bagian penerimaan
berseru memanggil nama berdasarkan nomor antrian. Kadang diselingi dengan sedikit
teriakan karena suaranya tenggelam di tengah riuhnya suara pendaftar.
Tahun
ini, panitia dan para operator PPDB bekerja dalam kesunyian. Hanya sesekali
kami bercanda dengan sesama operator, itupun dilakukan dari jarak sedikit jauh
dan suara yang terdengar serasa sangat jauh karena dibatasi oleh masker yang
menutupi mulut dan hidung kami.
Orang
tua calon peserta didik hanya bisa menghubungi operator melalui seluler jika
ada hal yang ingin ditanyakan atau menyampaikan kendala yang dialami saat
melakukan pendaftaran daring.
Namun,
manusia bisa berencana tapi Allah Ta’ala yang menentukan. Sebagus apapun usaha
manusia menciptakan suatu teknologi komunikasi,
tetapi berkomunikasi secara langsung jauh lebih baik.
Maka
itulah yang terjadi pada hari ke-10. Server down dan eror. Para orang tua
bingung dan operator PPDB pusing.
Bagaimana
mengatasi hal ini, sementara masih banyak pendaftar yang belum berhasil
mengunggah berkasnya. Lebih parahnya lagi, ternyata banyak pendaftar yang tidak
mengerti cara mendaftar secara daring. Kami hanya bisa mengarahkan pendaftar ke
kantor Diknas Kota untuk melaporkan hal itu.
Namun
timbul masalah baru. Kantor Diknas Kota Makassar diserbu pendaftar, banyak yang
tidak sabar, antrian mengular bahkan hampir tidak lagi memperhatikan prosedur kesehatan, tidak jaga jarak, abai
menggunakan masker, dan sebagainya.
Hingga
tiga hari sebelum pendaftaran berakhir, operator PPDB diberi kewenangan
melayani pendaftar di ruangan operator, dengan tetap memberlakukan prosedur
kesehatan. Tidak dilayani kalau tak pakai masker, masuk ke ruangan satu
persatu, tidak berkerumun, cuci tangan sebelum masuk ruangan, dan sebagainya.
Kesempatan
ini disambut baik oleh orang tua calon peserta didik. Kamipun melayani mereka
dengan baik, memperlihatkan berkas apa saja yang belum diunggah. Memberi
kesempatan menunjukkan lokasi rumahnya dengan
memperlihatkan google maps dan sebagainya.
Alhamdulillah,
masalah bisa teratasi dengan baik.
Ternyata komunikasi secara langsung jauh lebih efektif dibandingkan dengan komunikasi daring, terutama bagi orang tua dan calon peserta didik baru yang masih awam dengan teknologi komunikasi.
Namun
demikian harus disadari, bahwa ini baru awalnya. Kelak bisa jadi semua urusan
pendaftaran harus dilakukan dengan cara daring, maka kita harus berbenah dari
sekarang. Suka tidak suka, mau tidak mau, siapapun kita harus mengejar dan
jangan tinggal diam serta menjadi penonton semata, karena kita sudah berada di
era teknologi yang semakin maju.
Selamat
saya ucapkan kepada orang tua yang telah berhasil mendampingi anaknya hingga
lulus ke sekolah yang diinginkan. Bagi yang tidak berhasil, jangan berkecil
hati, masih banyak sekolah lain, sekolah swasta yang bisa menampung anak-anak
kita. Yang penting anak harus terus bersekolah, di manapun tempatnya dan dengan
cara apapun.
Baca juga cerita-ceritaku sebagai guru pada link berikut.
Whoaaa, penuh dengan DRAMAAAA ya Mak.
ReplyDeleteUdahlah pandemi, aturan PPDB emang bikin emak2 rentan kejang! :D
Wah kebayang tak mudah jadi operator PPDB, yg ada perubahan sistem dan sempet bikin banyak ortu siswa protes, apalagi di masa pandemi, lengkaplah sudah ya mbak.
ReplyDeletePdhl operator hanya kerja sesuai SOP tp ya krn berhubungan langsung mau gak mau kudu menerima keluhan ortu hehe.
Semoga yg kisruh2 tak terjadi lg tahun2 berikutnya aamiin
Aduh rempongnya, dih Kak. Baru baca bagian awal saja saya pusing mi. Kasihan juga orang tua siswa apalagi kalau di-upload-kan sama orang lain, dia tidak tahu persis.
ReplyDeleteBunda..kebayang deh kerja operator PPDB saya. Server down ga cuma di daerah, di Jakarta aja bermasalah..hiks. Dan sistem yang berubah, duh. Semoga ini adalah awal yang baru bagi perbaikan sistem yang lebih baik lagi.
ReplyDeleteBtw, kalau di Jakarta ga perlu upload dokumen, karena sudah otomatis ada di database saat siswa bersekolah di sekolah sebelumnya...Jadi lebih mudah
Pusing ya kalau server sudah eror. Sebetulnya PPDB ini jika ada sosialisasi yang tepat,masyarakat yg awam pasti paham. Seperti melakukan rapat dengan orang tua murid oleh masing-masing sekolah atau pemerintah daerah baik kota atau kabupaten terjun langsung.
ReplyDeleteHahhaaa, Buun..
ReplyDeleteAku baca PPDB langsung auto nyut2an, 2x mengikuti PPDB onlen pas anak masuk SMP sama SMA, udah bagian bapaknya yang ngecek,nyerah, blom lagi aturan yang beda2.
Kbayang deh pas bagian operator rempongnya.
Semoga lebih baik lagi PPDB Onlen tahun berikutnya, meski pro dan kontra tetep semangat buat semuanyaaa.
Wah kebayang mba ribetnya jadi operator di masa pandemi gini, belum lagi banyak keluhannya kan dari para ortu dan belum lagi kendala servernya
ReplyDeleteKemarin-kemarin baca drama PPDB dari sisi wali murid sekarang dari sisi operator PPDB pun ternyata ada aja dramanya ya, Mbak. Anak saya baru tahun 2022 mungkin ikut PPDB kayanya harus mulai mempelajari sistem dan banyak tanya mulai dari sekarang. Semoga tahun-tahun ke depana sistemnya lebih baik.
ReplyDeletememang PPDB tahun ini super istimewa ya mba dan banyak yang bertanya-tanya. Apalagi di Jakarta yang sempat hebooh yaa
ReplyDeletekebayang mbak jadi operator di masa seperti ini, apalagi nggak semua ortu melek teknologi kan? salut sih karena butuh kesabaran dan toleransi yang tinggi
ReplyDeletewaaah pastinya terasa berbeda banget yaa di masa masa seperti iniii, terasa lebih ribet yaaa, semoga wabah ini bisa segera teratasi dengan baik huhu
ReplyDeleteKebayang sih ribetnya,,cmn tetap semangat...cmn aku agak blm feel sm sistem PPDB ini..gmna gtu...but anyway yah dijlnkn dan didukung aja
ReplyDeletewaah ujung tombak pelaksanaan PPDB nih para operator, semoga tahun depan sudah lebih mudah dan kondisi jg lebih mendukung yaa..dag dig dug krn tahun depan harus dampimgi anak ppdb nih
ReplyDeleteSepertinya, tahun ini memang segalanya penuh drama, termasuk PPDB ya.. Terutama ttg kebijakan usia itu, hehe..
ReplyDeletei a sure is be cool eksprience and make you know more about that.maybe the next year you will be expert
ReplyDeleteMau gak mau memang kita semua akhirnya dituntut jangan gaptek banget. Karena bebepa proses sekarang mulai daring, termasuk PPDB
ReplyDeleteKebayang riwehnya ya mba jadi Operator PPDB SMP Pada Masa Pandemi kyk gini... Pusing tapi hrs ttep semangat demi anak2
ReplyDeletebener mbak... baca ceritanya gini aja udah berasa riwehnya. Gimana kalau mengalami langsung, bakal capek jiwa dan raga deh. huhuu
DeleteSebagai pelaksana PPDB detil dengan masalah ini wajib banget ya, Mak. Biar kita siap menghadapi complain ortu. Tadi aku deg-degan lho bacanya pas ortu yang bahas soal usia yang sama. Ternyata hal yang tampak sepele itu bisa jadi masalah dan suka kita abaikan
ReplyDeleteKalau biasanya baca pengalaman orangtua murid yang ribet ngurusin anaknya yang PPDB. Kali ini saya baca dari sudut pandang operatornya. Ya sama aja yaa ribetnya. Belum urusan server yang error atau masalah lainnya. Ckckck..
ReplyDeleteWah drama banget yah kak ceritanya. Memang penyesuaian diri di masa pandemi ini memaksa kita untu banyak banget melakukan perubahan. Semangat terus ya kak
ReplyDeletewah ternyata oh ternyata... Bisa jadi kasus sepwrti ini banyak terjadi di daerah.. Semoga PPDB berikutnya lebih baik lagi ya..
ReplyDeleteIni loo, Bunda...yang aku takutkan kalau segalanya serba online.
ReplyDeleteAda beberapa orangtua yang masih kesulitan dan akhirnya gagal mendaftarkan anaknya sekolah.
Sediih...
Semoga apa-apa yang serba online juga diikuti dengan teknologi yang semakin baik.
Penting juga sosialisasi kepada masyarakat mengenai PPDB Online begini.
DeleteTapi minatnya gimana niih...Bunda?
Semakin meningkat atau turun?
Sabar banget Mbak Marda menghadapi orang tua siswa yang protes. Salut banget saya.... :) Kadang ya mereka yang salah, tapi kasian juga ya Mbak, banyak yang kurang paham dan kurang mengikuti teknologi. Semangat selalu Mbak Marda :) Cerita pengalamannya inspiratif bangettt!
ReplyDeleteWah kebayang rempongnya ya, saya hanya sempet disibukan soal ini saat si sulung saja, tapi itu juga dia yg ngurus sendiri..Anak selanjutnya ga ada yang mau ke negeri walau agak dipaksa juga. padahal rumahku strategis deket banget sekolah2 favorit. Aku ga direpotkan soal ini tapi memang bebannya jd ke biaya karena biaya mesantren jauh berlipat lipat dari negeri. Banyak berdoa jadinya semoga dilancarkan rezekinya hehe...
ReplyDeleteSepertinya tahun ini PPDB memang paling banyak dramanya ya kalau dulu yang diutamakan itu faktor lokasi, sekarang faktor usia juga hal kelengkapan administrasi yang mungkin masih sebagian orang belum mendapatkan info secara benar, semoga ke depannya semakin lebih baik sistem PPDB ini
ReplyDeleteDi berbagai daerah adaaa aja ya mba keluhan orangtua tentang PPDB saat ini. Rata-rata pada protes kenapa anaknya justru kalah dengan yang usianya lebih tua. Saya sendiri kurang paham karena tidak mengalami. Anak saya sekolah di swasta soalnya. :)
ReplyDeleteLumayan juga letihnya ngurusin operator penerimaan gini ya mbak, apalagi kalau ada orang tua yang komplain harus diberi jawaban yang sesuai juga ya.
ReplyDeleteAlhamdulillah semua sudah terlewati dengan baik ya mbak, tinggal kenangan yang akan terus dikenang hingga nanti bialsa diceritakan ke anak cucu
ReplyDeleteBetul nih, belum semua masyarakat paham dgn dunia online. Mau ga mau hrs bisa saat mau mendaftarkan anaknya sekolah. Harus banyak2 sabar dgn semua drama dan ceritanya yaa mbakk...
ReplyDeletePPDB daring sebenarnya lebih simpel ya, Mbak. Irit tenaga dan juga waktu. Tapi bagi sebagian orang tua yang belum familiar ya emang harus ada yang dampingi biar bisa daftarin anaknya. Btw, aku malah baru tau kalau KK ada tanggal berlakunya. Hihihi.
ReplyDeleteyah sedih banget gegara kartu keluarganya ga terverifikasi gagal ya mba anaknya, jadi takut nh masalah administrasi begini semoga kelak anak2ku dimudahkanNya aamiin
ReplyDeletePPDB tahun ini penuh dinamika yah mak.. apalagi ini baru dilakukan pertama kali yang mungkin sosialisasinyapun mendadak, para ortu sempat bingung pasti dan ini wajar.. semoga taun depan bisa kembali dengan normal yah makk...
ReplyDelete