Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang
Terima
kasih tak terhingga atas semua kenangan manis, masa-masa pembentukan jati diri,
juga kesempatan belajar menjadi guru kepada bapak Kepala Sekolah SMP
Muhammadiyah 3, Bilad Nau Razak.
Beliau
yang terus memberi dukungan dan kepercayaan, bahwa saya bisa menjadi guru yang
baik walau usia masih muda dan pengalaman belum ada.
Bagi
beliau, seorang anak muda tak akan mungkin memiliki pengalaman jika tak diberi
kesempatan membuat pengalamannya sendiri. Awesome!
Apa
yang beliau berikan kepada saya dan beberapa teman guru muda lainnya saat itu,
melebihi pemberian emas maupun berlian. Pengalaman.
Sekilas Tentang Organisasi Muhammadiyah
Muhammadiyah
adalah organisasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Organisasi
yang didirikan oleh Muhammad Darwis yang lebih dikenal dengan nama KH. Ahmad
Dahlan ini didirikan pada tanggal 18
Nopember 1912 M bertepatan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H.
Mengapa Dinamakan Muhammadiyah?
Secara
bahasa, Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhammad SAW, dinisbahkan dengan
ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Menurut H. Djarmawi Hadikusuma, penisbahan tersebut mengandung
pengertian bahwa, pendukung atau anggota organisasi Muhammadiyah ialah umat
Muhammad SAW, selain karena berasaskan agama Islam yang berarti pengikut ajaran
Nabi Muhammad SAW, juga pendukungnya diharapkan dapat mencontoh, mengikuti, dan meneladani Nabi Muhammad SAW.
Awalnya,
KH Ahmad Dahlan memberikan pelajaran agama Islam dan pengetahuan umum kepada
masyarakat sekitar di halaman rumahnya. Dari sanalah KH Ahmad Dahlan mendirikan
“Sekolah Muhammadiyah” sekolah agama Islam pertama yang dilaksanakan di dalam
sebuah gedung milik ayahnya pada tahun 1911.
Dikatakan
sebagai sekolah agama Islam pertama yang diselenggarakan di dalam gedung,
menggunakan meja dan kursi, karena pada masa itu, pelajaran agama Islam
diselenggarakan di dalam surau-surau.
Selain
itu, sekolah Muhammadiyah ini adalah sekolah Islam pertama yang menggabungkan
pelajaran agama Islam dengan pelajaran umum, sesuatu yang baru saat itu.
Muhammadiyah
sudah berusia lebih dari satu abad. Pada
miladnya yang ke 107 tahun 2019, Muhammadiyah telah mendirikan 7651 sekolah dan
madrasah dan 174 universitas, sekolah tinggi, akademi, dan institut.
Struktur Organisasi Muhammadiyah
Struktur
organisasi Muhammadiyah terdiri atas jaringan kelembagaan Muhammadiyah,
pembantu pimpinan persyarikatan, lembaga-lembaga, dan organisasi otonom
Jenjang
struktur Muhammadiyah tertinggi adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang
berfungsi mengkoordinir seluruh Pimpinan Muhammadiyah yang ada di Indonesia
serta gerakan dakwah Islamiyah melalui berbagai bentuk aktivitas.
Susunannya
adalah sebagai berikut.
- Pimpinan Pusat
- Pimpinan Daerah
- Pimpinan Cabang
- Pimpinan Ranting
- Jama’ah Muhammadiyah
Sedangkan
lembaga-lembaga yang ada di organisasi Muhammadiyah terdiri atas delapan
lembaga. Lembaga dibentuk demi melakukan penguatan ranting di mana ranting
menjadi basis gerakan Muhammadiyah. Lembaga-lembaga tersebut terdiri atas:
- Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
- Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan
- Lembaga Penelitian dan Pengembangan
- Lembaga Penanganan Bencana
- Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh
- Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
- Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
- Lembaga Hubungan dan Kerjasama International
Organisasi
otonom Muhammadiyah yang selanjutnya disebut ortom Muhammadiyah dibentuk oleh
Persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengatur rumah
tangga sendiri, tentu saja dalam bimbingan dan pengawasan Persyarikatan
Muhammadiyah.
Organisasi otonom tersebut terdiri atas 7 ortom yaitu Asyiyah, Nasiyatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Hizbul Wathan,Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Tapak Suci.
Saat ini Muhammadiyah telah memiliki banyak amal usaha, di mana amal-amal usaha itu dibawahi oleh majelis-majelis. Setiap majelis memiliki tugas, fungsi, dan kerjanya masing-masing. Majelis-majelis itu adalah:
- Majelis Tarjih dan Tajdid
- Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
- Majelis Tabligh
- Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan
- Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
- Majelis Pendidikan Kader
- Majelis Pembina Kesehatan Umum
- Majelis Pelayanan Sosial
- Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
- Majelis Pemberdayaan Masyarakat
- Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
- Majelis Lingkungan Hidup
- Majelis Pustaka dan Informasi
Majelis-majelis tersebut
tergolong sebagai pembantu pimpinan persyarikatan.
Kembali Ke Kompleks Kapoposang
Saya
mengajar di salah satu amal usaha Muhammadiyah yang dibawahi oleh Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah Cabang Bontoala di daerah Kota
Makassar.
Sekolah
itu berada di dalam Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang. Disebut
Kapoposang karena kompleks perguruan itu berada di Jl. Kapoposang Makassar.
Setelah
menyelesaikan pendidikan Diploma III dan
berbekal pengalaman mengajar di desa ditambah gelar baru, Ahli Madya
IPA, sayapun datang ke Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang, melamar jadi guru honorer lagi.
Alhamdulillah saya diterima.
Guruku Rekan Kerjaku
Mengajar
di sekolah tempat kita tamat dalam selang waku tak lama, kadang dipertemukan dengan mantan guru. Walau
sudah menjadi rekan kerja, tetapi tetaplah kita akan menjadi muridnya. Apakah
ini merugikan saya?
Sebenarnya
tidak. Namun, terkadang merasa sungkan, sering pula menelan keinginan
berinovasi pada saat apa yang akan dilakukan itu bertentangan dengan kebiasaan
para senior yang nota bene guru saya juga.
Suatu
hari saya ingin melakukan pengamatan tentang populasi dan ekosistem di lapangan, berhubung lapangan di sekolah itu
berfungsi ganda, yaitu lapangan upacara, lapangan olah raga sekaligus sebagai tempat murid bermain saat istirahat. maka
rencana itu saya alihkan ke suatu tempat di luar sekolah.
Pulang
dari sana, saya dinasihati oleh
guru-guru saya, perasaan saat itu bukan nasihat deh, lebih tepatnya ditegur dan
dimarahi.
“Tidak
boleh guru membawa muridnya rekreasi saat belajar, belum libur.”
Ya
Allah, guruku tersayang, itu bukan kegiatan rekreasi.”
Saya
malas mendebat mereka, jalan paling ringkas adalah saya minta maaf.
Bagaimana
rasanya minta maaf atas perbuatan yang bukan merupakan kesalahan.
yah
begitulah demi penghormatan kepada guru.
Bagaimana kisahku sebelum bergabung dengan guru-guruku? Baca kisahnya di sini
Namun,
saya patut bersyukur mendapatkan rekan kerja sekaligus mantan guru. Saya banyak
belajar pengalaman hidup dari mereka. Saya banyak mendapatkan nasihat berharga
yang bukan melulu soal belajar mengajar.
Bagaimana
menjadi istri yang baik, mendidik anak yang baik, juga bagaimana mengelola
keuangan yang baik.
Dari
ibu Murniati, saya belajar kesabaran dan perjuangannya mengantarkan
anak-anaknya menjadi anak yang berhasil, anak-anak yang saleh dan salihah dan
sukses pula dalam pendidikan.
Dari
ibu Sa’diah, saya belajar pengabdian tanpa pamrih kepada suami, juga belajar
kesetiaan dan cinta sejati yang hanya dipisahkan oleh maut. Bagaimana seorang
suami yang sangat menghargai dan menyayangi istrinya dan memperlakukan istrinya
bagai ratu.
Dari
ibu Sa’diyah pula saya belajar memanjakan suami dengan makanan, walaupun sampai
saat ini saya belum menjadi tukang masak yang handal.
Dari
ibu Hudaya Husain, saya belajar tentang semangat belajar yang tak pernah surut.
Pelajaran
tentang menjalin hubungan manis dengan murid-murid saya dapatkan dari Pak Anas
Kasim. Bagaimana cara mendekati murid tanpa perlu menjatuhkan harga diri dan
murid merasa dekat tapi tetap hormat.
Terima
kasih untuk bapak ibu guru kehidupan
Dipaksa Berhenti
Tahun
1997 saya hamil anak keempat, bertepatan
dengan berita akan adanya pergantian kepala sekolah, berhubung kepala sekolah
yang sedang menjabat saat itu akan pensiun.
Rupanya
proses pemilihan kepala sekolah dilaksanakan dengan pemilihan langsung oleh
dewan guru dan unsur pimpinan Muhammadiyah.
Bagi
warga Muhammadiyah, proses ini adalah biasa. Tapi bagi saya yang pernah menyaksikan pergantian kepala sekolah di
sekolah negeri, hal itu adalah sesuatu yang baru dan keren.
Ada
dua orang guru yang sedang mengajukan diri sebagai calon kepala sekolah,
keduanya adalah rekan mengajar saya tetapi salah satunya adalah guru saya.
Mereka berdua adalah guru senior yang menurut pengamatan saya, mereka cukup
berkompeten sebagai guru sedangkan dari segi lain, saya belum paham.
Secara
samar saya melihat ada persaingan yang panas dari keduanya. Masing-masing
mencoba merebut suara guru, tak terkecuali suara saya. Tapi saat itu saya
sedang hamil anak keempat sehingga jarang ke sekolah karena kelelahan mengurus
tiga anak sekaligus harus tetap masuk mengajar di sekolah utama.
Entah
bagaimana polanya, saya merasa, salah seorang kandidat itu berusaha
menyingkirkan saya, mungkin karena melihat kedekatan emosional ke lawannya,
yang nota bene beliau itu adalah guru saya.
Padahal
belum menjamin saya akan memilih guru
saya dan tak memilih dia. Sayangnya, keadaan saya yang jarang masuk walaupun
sudah meminta izin kepada kepala sekolah dimanfaatkan oleh beliau. Saya dipaksa
berhenti, kata kasarnya saya diberhentikan.
Maka
berakhirlah karier saya sebagai guru honor di sekolah kecintaan sebelum
menyaksikan pemilihan kepala sekolah itu.
Bagaimana
kisah selanjutnya?
Nantikan
di postingan berikutnya ya.
Saya juga pengajar di almamater saya, sama posisinya dengan mbak, hanya saja saya di perguruan tinggi. Namun saat ini posisi saya sudah madya, katakanlah. Pada posisi ini baru bisa melihat jernih bagaimana kreasi pengajar muda yang out of the box tapi kurang bijaksana dan tidak mengerti birokrasi. Juga bagaimana senioritas yang patuh pakem sehingga aman bila diinspeksi tapi sangat kaku.
ReplyDeleteBegitulah yang terjadi saat itu mbak. Senioritas yang kaku tapi aman
DeleteSeru banget ceritanya Mbak. Banyak pengalaman sebagai guru yg bisa disharing ya. Pasti akan menginspirasi semua.
ReplyDeleteInsya Allah, karena saya bergelut di dunia pendidikan sebagai guru, maka hanya cerita itu yang bisa saya bagikan.
DeleteCerita guru macam-macam banget ya. Kalau soal Muhammadiyah, dulu anak bos pernah sekolah di MI Muhammadiyah. Pengajarannya juga gak jauh beda. Guru-gurunya baik
ReplyDeleteJadi penasaran dengan lanjutannya. Gregetan saya bacanya sampai dipaksa berhenti begitu
ReplyDeleteIkutin terus ya
DeleteAah... Endingnya bikin penasaran nih bunda! Pas lagi klimaks pula, Hahaha...
ReplyDeleteTernyata pengalamannya bunda Dawiah sebagai guru benar-benar luar biasa, penuh drama dan pasti gak bakal terlupakan seumur hidup.
Setiap pengalaman pasti ada drama-dramanya kan ya... makanya drakor sukses menghipnotis penontonnya, ha-ha-ha
DeleteDUh mba, sampai diberhentikan begitu ya. Tapi skarang smoga makin sukses dan lancar ya. Anggap aja dulu itu kisah masa lalu yang bikin kita terpacu buat semangat
ReplyDeleteKalau denger persaingan aku suka ngeri sendiri.
ReplyDeleteSampai diberhentikan gitu ya mba. Duuuh. Semoga mba sukses dan dilancarkan di tempat lain. Menantikan banget cerita selanjutnya.
Memang agak sulit menghadapi orang yang saklek ya Bunda tapi jadi pelajaran berharga untuk bersosialisasi dan komunikasi dengan orang lain..
ReplyDeleteWah ternyata Muhammadiyah itu menjangkau sampai ke seluruh Indonesia ya Mbak. duh aku baru tau lho 😅
ReplyDeleteBtw jadi guru honorer harus banyak sabarny ya Mbak. Semoga kesabaran itu berbuah manis di masa yang akan datang.
Amin
DeleteBoleh juga nih si mba, bikin pembaca geregetan, hehehe.
ReplyDeleteDitunggu kisah selanjutnya ya...
Ntar DM aku aja, mba, biar bisa IW lagi.
Tapi aku berharap, semoga happy ending!
:)
Siap. Makasih ya
DeletePerguruan Muhammadiyah ini sudah banyak dimana-mana ya mbk. Wah, ngeri juga ya sampai main singkir-singkiran gitu..
ReplyDeleteKarena tidak suka bisa ya memberhentikan seorang tenaga pengajar? Penasaran gimana kelanjutan kisah sebagai guru honorer ini, menanti cerita selanjutnya ya mbak
ReplyDeleteMuhamadiyah ternyata memiliki ratusan universitas ya, semua atas jerih payah KH Ahmad Dahlan dan segenap jajaran yayasan serta guru-guru dan pengurusnya
Baca sejarah Muhammadiyah aku pernah nonton film Sang Pencerah berkali-kali nontonnya..btw semangat terus ya mbak
ReplyDeleteMuhammadiyah memang ruang lingkupnya jadi luas ya mba. Di kampungku halamanku juga sudah ada universitasnya.
ReplyDeleteWah, udah kaya mau pilih calon presiden z ya sampai sengit persaingannya
Suka banget dengan postingan seperti ini, tentang si penulis blog yang menceritakan kisah dan perjalanan hidupnya. Tulisan yang jujur dan penuh sentuhan personal.
ReplyDeleteDisini.. Di segala aspek hampir selalu ada yg dinaungi oleh muhammadiyah. Termasuk lingkunganku sendiri. Hehe. Mcm2 jg kisahnya ya mba smpe diberhentikan gitu. Duh, penasaran crt lanjutannya.
ReplyDeletePPengalamannya menarik bgt Bu Dawiah, kebetulan Bapak Mertua juga pengurus jadi sedikit banyak familiar dgn Muhammadiyah...lanjutkan ceritanya Bu, penasaran kok setelah dipaksa berhenti
ReplyDeleteAku salah satu yng menjadikan muhammadiyah sebagai pedoman. Karena pasti menjadikan wadah besar begini pasti bnyak lika likunya
ReplyDeleteAlhamdulillah, Muhammadiyah memang persyarikatan yang terbesar saat ini
Deleteorganisai yang banyak tebar manfaat dan berkah. Anak gadisku sekolah di SD Muhammadiyah 24 Rawamangun mbaaa
ReplyDeleteSelalu ada konflik internal di manapun kita berada yaa, kak.
ReplyDeleteAku salut sama dedikasi kak Dawiah dan semua rekan guru. Semoga tidak ada lagi kesalah pahaman dan persaingan yang saling menjatuhkan.
WAh sayang sekali ya mba terpaksa berhenti mengajar, padahal mba suka sekali kan ya mengajar di sana. Jadi nungguin kelanjutan ceritanya nih mba.
ReplyDeleteKadang ambisi personal merusak kinerja bersama ya mbak. Orang kayak gini ga cocok jadi leader
ReplyDeleteSMA-ku di Muhammadiyah mba Mar heheheh terus pas udah lulus 10an tahun kemudian malah ngajar ngeblog di sekolahku itu senenng. Tapi dengar ceritamu jadi penasaran kisah selanjutnya. Semangat mba, kisah masa lalu yang mengajarkan kesuksessan kini. smoga dimudahkan segala urusannya
ReplyDeleteSenangnyaaa iya kan, sayapun begitu
DeleteDua anakku bersekolah di SD Muhamadiyyah di Yogya, senang sama Muhammadiyah karena sistem belajar mengajarnya yang cocok sama keluargaku.
ReplyDeleteMenunggu cerita selanjutnya nih mak :)
Dulu saat mau SD pengin sekolahin anak ke perguruan Muhammadiyah...Tapi berhubung adanya di Jaksel sementara saya di Jkabar dan jauh lokasinya, ga jadi akhirnya..
ReplyDeleteDan saya baru tahu dari cerita Bunda, proses pemilihan kepala sekolah dilaksanakan dengan pemilihan langsung oleh dewan guru dan unsur pimpinan Muhammadiyah ...menarik ceritanya Bunda
ga nyangka ya di Muhammadiyah ada juga yang non attitude ckckckk
ReplyDeleteaku nungguin kisah selanjutnya, gatel pengan komen tapi .. nunggu eps selanjutnya dulu
ya Allah ikutan nyesek bacanya mbk bisa ya kejadian begini. Semoga tidak banyak kejadian ini akan terulang lagi ya
ReplyDeleteSuka duka mengajar ya, Bun. Ternyata saling sikut bukan hanya ada di dunia perkantoran tapi juga dunia mengajar. Di daerah saya, Muhammadiyah itu masuk sekolah bergengsi. Kalau di Bogor sini sepertinya nggak ada. Dinantikan cerita lanjutannya ya, Bun.
ReplyDelete