Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang; Di sinilah Kisah Dimulai
Sungguh, tak pernah sekalipun terbersit keinginan
menjadi kepala sekolah. Menjadi guru sudah cukup dan saya bahagia menjalaninya. Namun, siapa yang bisa
menolak takdir manakala Allah memberi amanah.
Adalah
Aminuddin Taraweh, Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Cabang Bontoala
Makassar, beliau meminta saya menjadi
kepala sekolah di Kompleks Perguruan Muhammadiyah, kompleks yang tak pernah
saya lupakan.
Pucuk
dicinta ulampun tiba, pepatah ini sangat pas saat itu.
Saat saya sedang tak nyaman dengan situasi di
sekolah tempat saya mengabdi karena
sesuatu dan lain hal maka saya berpikir, mungkin inilah kesempatan melepaskan
diri dari situasi yang tak nyaman itu. Sayapun
menerima tawaran itu.
Ternyata
penawaran itu tidak serta merta menjadi kenyataan. Masih banyak hal yang mesti
Pak Aminuddin selesaikan sebelum melantik kepala sekolah baru demi menggantikan
kepala sekolah lama.
Tak
menjadi soal, toh saya juga sementara kuliah perdana yang
mengharuskan saya mengikuti kuliah selama beberapa waktu tanpa jeda.
Pelantikan yang Berkesan
Beberapa
bulan kemudian, salah seorang pengurus
Muhammadiyah Cabang Bontoala, bapak Syamsul Arif bersama Muh Faizal H datang ke
rumah membawa undangan pelantikan.
Rupanya
Surat Keputusan Majelis Dikdasmen telah terbit, saya resmi diberi amanah
menjadi Kepala Sekolah di salah satu sekolah di dalam Kompleks Perguruan
Muhammadiyah Kapoposang.
Sayangnya
pelantikan itu tanpa disertai serah terima jabatan seperti yang biasa saya saksikan
sebelumnya. Kepala Sekolah lama tidak hadir, hanya beberapa teman lama datang menghadiri prosesi
itu.
Satu-satunya yang berkesan bagi saya adalah pesan dari Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Daerah Makassar, bapak Muh Tahir Fatwa,
“Bapak melanjutkan pesan pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”
Oh yah, ada lagi yang berkesan, saya dan beberapa teman ditraktir oleh bapak Ketua Umum Pimpinan Muhammadiyah Cabang Bontoala periode itu, yaitu bapak Prof.Dr. Gagaring Pagalung.
Biasanya yang dilantik yang mentraktir, tapi
kali ini tidak, justru saya yang
dilantik dan saya pula yang ditraktir. Pasti karena beliau tahu, saya tak cukup
modal untuk mentraktir teman, hi-hi-hi.
Sambutan Manis dari Mantan Kepala Sekolah
Saya menyebutnya sebagai sambutan manis dari yang seharusnya sudah menjadi mantan kepala
sekolah.
Pagi itu saya datang ke sekolah dengan membawa SK Kepala Sekolah sebagai jaminan bahwa saya sudah mendapatkan amanah sebagai kepala sekolah yang baru. Kepala sekolah lama menyambut dengan sinis.
Menurut beliau, proses pelantikan itu
tidak fair. Harusnya beliau diberitahu. Banyak yang dikatakan tapi tak elok
dituliskan. Kata-kata dan bahasa tubuhnya tergambar sangat nyata kalau
beliau tidak ikhlas menyerahkan amanah itu kepada saya.
Setelah
berdiskusi melalui telpon genggam dengan pak Aminuddin selaku Ketua Majelis
Dikdasmen sekaligus sebagai penanggung jawab sekolah-sekolah yang berada di
lingkup Muhammadiyah Cabang Bontoala, akhirnya disepakati bahwa saya akan masuk setelah semua pekerjaan urusan
ijazah dan penamatan dituntaskan oleh
mantan Kepala Sekolah.
Walau
sedikit dongkol tapi saya menerima keputusan
itu. Sudah puluhan tahun saya menjadi guru, beberapa kali menyaksikan
penggantian kepala sekolah, tak pernah sekalipun saya melihat keadaan saperti itu.
Biasanya
jika SK Kepala Sekolah telah terbit apalagi sudah dilantik maka Kepala Sekolah
lama otomatis melepaskan jabatannya, sepenting apapun pekerjaannya saat itu,
toh kepala sekolah baru yang akan melanjutkan semua urusan terkait dengan
sekolah.
Tapi saya berpikir mungkin memang begitulah kebiasaan yang ada di sekolah swasta, terutama sekolah naungan organisasi Muhammadiyah, maka saya kembali menjalani aktivitas seperti biasa.
Saya kembali sibuk dengan kuliah di mana saat itu saya sedang melanjutkan
pendidikan ke jenjang strata 2. Barangkali ini jalan yang diberikan oleh Allah,
agar saya bisa fokus ke matrikulasi dulu baru kemudian memikirkan dan
menjalankan amanah baru.
Oh
yah, ada lagi satu kejadian yang tak bisa terlupakan sehubungan dengan beliau, sang mantan Kepala Sekolah.
Setelah
beberapa waktu lamanya, saya dihubungi oleh salah seorang guru untuk datang
memimpin rapat. Menurut beliau, rapat dinas harus segera dijadwalkan demi
menyambut tahun ajaran baru dan saya yang harus memimpin rapat sebagai Kepala Sekolah yang telah resmi
dilantik.
Maka
terjadilah suasana yang tidak mengenakkan itu.
Saat
saya datang untuk memenuhi usulan guru tersebut, rupanya beliau datang juga dan
berkeras kalau ia yang harus memimpin
rapat. Sebagian guru bingung tapi yang lainnya santai saja seakan sudah tahu
kalau situasi seperti itu akan terjadi.
Saya mengalah demi menghormati beliau sebagai rekan
mengajar di masa lalu, sekalipun saya tak pernah lupa kalau beliau dulu yang
memberhentikan saya di sekolah yang sama.
Kisahnya
boleh dibaca di sini dan di sini.
Perlakuannya
sungguh manis. Selama rapat itu berlangsung tak sekalipun badan dan matanya
mengarah ke saya yang hadir dan duduk sebagai peserta rapat.
Sungguh kasihan melihatnya, sepanjang rapat ia memiringkan tubuhnya. Saya bisa merasakan betapa pegal pinggangnya duduk miring seperti itu. Bahkan saat saya bicarapun sebagai peserta rapat, ia masih dalam posisi seperti itu
Keraguan Mulai Menyurutkan Semangat
Berpose di lantai 3 Kompleks Kapoposang
Setelah kejadian itu, cukup lama saya merenung. Ada apa sebenarnya di balik sikap sang mantan Kepala Sekolah.
Mengapa beliau
begitu marah? Kenapa sambutannya
demikian sinis?
Padahal
beliau itu bukan orang asing, kami sudah berteman sejak lama. Antara tahun 1993
hingga 1997, beliau adalah rekan mengajar di sekolah yang sama.
Apakah
beliau masih mau memegang jabatan itu? Ataukah beliau diberhentikan secara tak
hormat oleh pengurus Majelis Dikdasmen? Berbagai soal menganggu pikiran saya.
Jika memang beliau diberhentikan secara tak hormat, tak ada ucapan terima kasih, tak dihargai maka pantas saja beliau bersikap seperti itu.
Mengabdi selama kurang
lebih 15 tahun dan tak dianggap, pasti sangat sakit rasanya.
Ini
pula yang menjadi poin pertama yang saya
simpan untuk saya jadikan tolok ukur pada
sepuluh tahun berikutnya. Sejak awal saya siapkan mental untuk selalu siap manakala saya tak dipercaya
lagi atau masa jabatan itu sudah berakhir.
Semangat
saya mulai kendur, rasanya saya tak
pantas berada di tempat itu. Menggeser kedudukan orang yang lagi manis-manisnya
di atas singgasana, sungguh tak elok.
Saya
berniat mengundurkan diri. Tapi sebelum semua itu saya lakukan, keadaan di
sekolah yang lama semakin tak menentu. Banyak hal yang tak sesuai dengan idealisme
saya, penerimaan siswa baru yang penuh intrik dan permainan kotor. Ujian
sekolah yang tak murni hasilnya, dan sebagainya
Akhirnya
saya mencoba menyabarkan hati. Berharap terjadi perubahan di sekolah baru
dengan niat tulus akan memperbaiki sistem pendidikan di lingkup terkecil.
Wakil Kepala Sekolah
Wakil
kepala sekolah saat itu adalah seorang perempuan yang tidak asing lagi buat
saya. Perempuan hitam manis itu adalah mantan murid saya puluhan tahun silam, dia bisa juga disebut
sebagai teman dekat. Beberapa kali kami
bekerja sama saat saya masih bersama aktif di organisasi IPM.
Beliau
diberi tanggung jawab sebagai wakil kepala sekolah oleh sang mantan Kepala Sekolah. Saya berharap
banyak kepadanya, karena saya tahu ia memiliki kompetensi yang baik, sikapnya
tegas dan salah satu dari dua guru PNS di sekolah itu. Lainnya adalah guru
honorer.
Namun,
persangkaan saya meleset. Beliau justru
menolak saya baik secara terang-terangan
maupun secara diam-diam. Kekecewaan itu membuatnya gelap mata. Janji mantan Kepala
Sekolah untuk mempromosikannya
menggantikan beliau tidak berhasil.
Kekecewaannya
diperlihatkan dengan ketidak perduliannya dengan sekolah. Bahkan selentingan saya
dengar kalau beliau sering mengamuk, marah-mara tidak jelas.
Entahlah,
karena saya tak pernah menyaksikannya sendiri.
Obsesi
berlebihan ditunggangi dengan ambisius dapat mengubah sifat seseorang. Yang
dahulu lembut berubah menjadi keras bahkan kasar.
Sikap
yang baik bisa berubah menjadi tak beradab.
Ini
poin kedua yang saya tanamkan dalam hati,
saya tak mau memelihara sifat itu.
Berjuang
mendapatkan sesuatu atau berusaha sepenuh hati untuk mencapai cita-cita bukan
berarti kita memelihara obsesi buta. Berobsesilah seperlunya dan tetap berpijak
di atas realita agar kekecewaan tak membuat gelap mata.
Belajarlah
menjadi ikhlas, memang sulit tapi bukan berarti tidak bisa. Semua ada jalannya,
dan puncak dari semua usaha dan pengharapan adalah bermohonlah kepada Allah
Swt, Sang Penentu Kebijakan tanpa cela.
Poin pertama dan kedua menjadi hal mutlak yang saya ukir dalam qalbu sembari berdoa.
“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”
(HR. At-Tirmidzi no. 3522, Ahmad no. 302,315).
Bagaimana perjuangan saya di kompleks perguruan Muhammadiyah Kapoposang?
Nantikan kisah selanjutnya ya.
Menjadi pemimpin memang banyak tantangannya ya Bund, salahsatunya menghadapi berbagai karakter manusia, kadang ada yang kurang suka dengan kita (baik alasannya objektif maupun subjektif atau punya kepentingan khusus). Yang penting dimanapun berada, harus jadi diri kita versi terbaik. Semangat :)
ReplyDeleteMasyaallah. Barakallahu fik bun. Semoga bisa jadi pemimpin yang baik dan amanah. Ilmunya selalu menjadi manfaat. Aamiin Allahumma Aamiin ����
ReplyDeleteSubhanallah.. Banyak sekali ujian untuk mencapai posisi teratas yang jelas2 sudah merupakan hak kita ya bunda.
ReplyDeleteBahkan orang yang dulunya adalah sahabat bisa jadi memusuhi kita hanya karena jabatan.
Selalu ada pro dan kontra. Apalagi bersama dengan seseorang yang pernah bersinggungan dengan jabatan yang kini kita pegang. Bismillah. Semoga dipermudah dan dilancarkan ya bunda.
ReplyDeleteBaru di awal diangkat kepala sekolah saja sudah dapat tantangan seperti itu ya Bund. Heran pula saya dengan sikap mantan kepsek dan wakepsek pilihannya eh tapi seru juga menyimak kisah Bunda di kompleks perguruan Muhammadiyah Kapposang...
ReplyDeleteBtw mengenai amanah KH Ahmad Dahlan "hidup2ilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah" itu juga melekat di ingatan saya sejak ikut IRM hingga IMM. Sayangnya sekarang udah nggak aktif lagi di Muhammadiyah *eh
Subhanallah, saya deg-degan membacanya, Kak. Kalaupun marah karena diberhentikan, atau alasan lain, apapun itu, mantan kepsek seharusnya bukan marah ke kita' kan kita'orang yang diamanahi ji juga.
ReplyDeleteTapi begitu mi manusia, dih.
Pesan pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Ini juga dipesankan almarhum bapak mertuaku sama suamiku. Jadi sebenarnya dilarang sekali orang mencari kekayaan dari organisasi ya, Kak.
Saya dan suami menanamkan dalam diri kami, bahwa jabatan itu amanah dan titipan. Jadi yaa kalau udah engga menjabat ya sudah, selesai. Cuma bingung juga ya dng sikap pa Mantan. Apakah tidak menerima SK Pemberhentian terlebih dahulu. Kan KepSek Baru ada SK Pengangkatan. Ya wajar sih kalau baper, kalau tau-tau datang KepSek Baru bawa SK. Hehe...
ReplyDeleteSaya dulu sampai sowan ke rumah mantan yg saya gantikan...halah...
Walaupun beliau memang sudah habis masa jabatan. Tapi yaa gitu deh...
Masya Allah... saya membayangkan cerita yang penuh drama ini, bun. Jabatan dan penghormatan yang tidak sesuai harapan bisa membuat buta ya?
ReplyDeleteSiap menunggu cerita selanjutnya bun
Ikhlas mudah dikatakan sulit dilakukan..
ReplyDeleteAwal pejuangan yang sungguh berat ya Bunda. Meski di akhir berbuah manis. Masya Allah
Memang semua ada jalannya, dan puncak dari semua usaha dan pengharapan adalah bermohon kepada Allah Yang Maha Kuasa
Rintangan selalu ada ya Bund, tapi semoga tidak menyurutkan niat baik Bunda Dawiah. Btw barakallah ya Bund, semoga berkah dan menajdi pemimpin yang amanah.
ReplyDeleteAlhamdulillah selamat ya Mba Dawiah akhirnya dilantik jadi kepala sekolah walau tdk ada prosesi setah terima jabatan. Itu karena Kepala Sekolah yg lana tdk hadir. Semiga bs mengemban amanah ya mba. Slmat bertugas...
ReplyDeleteTetap semangat dalam mengemban tugas. Bagaimanapun semua tak terlepas dari takdir Tuhan. Apapun pasti kita mampu mengatasinya. Termasuk dalam hal menjadi seorang pemimpin
ReplyDelete