Ternyata Begini Rasanya Work from Home
Work from Home telah berlangsung, bagaimana rasanya?
Pemberlakuan bekerja dan belajar di rumah selama pandemi ini ditanggapi beragam. Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa kerja di rumah, mungkin itu biasa. Tapi bagi sebagian orang lainnya, seperti saya kerja di rumah adalah sesuatu yang baru.
Pemberlakuan bekerja dan belajar di rumah selama pandemi ini ditanggapi beragam. Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa kerja di rumah, mungkin itu biasa. Tapi bagi sebagian orang lainnya, seperti saya kerja di rumah adalah sesuatu yang baru.
Sebagai
guru, sebenarnya tinggal di rumah biasa dialami, misalnya pada waktu akhir
semester, anak sekolah diliburkan maka otomatis gurunya juga tidak ke sekolah
alias libur.
Namun,
Work from Home adalah sesuatu yang baru. Tinggal di rumah tetapi tidak
liburan. Mengajar, bekerja, rapat, dan kegiatan lainnya dikerjakan di rumah.
Kita dipaksa menggunakan internet untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.
Rencana
selama Work from Home
Jujur,
saat pertama kali diumumkan untuk Work from Home yang terlintas di
pikiran saya adalah rencana menuntaskan beberapa pekerjaan selain pekerjaan
kantor. Bahkan saya menulis listnya. Seperti ini listnya.
Menggunting
dan menjahit beberapa kain yang sudah lama terlipat rapi di lemari. Salah satu
hobbi saya adalah menjahit baju sendiri. Rasanya senang saja manakala baju yang saya kenakan hasil jahitan sendiri, makanya setiap ke toko kain saya suka
kalap. Membeli beberapa lembar kain
dengan harapan suatu saat akan saya jahit, kenyataannya kain itu tak kunjung dijahit.
Sumber Pixabay.com |
Salah
satu obsesi saya adalah menerbitkan beberapa buku solo. Alhamdulillah, sudah
berhasil terbitkan satu. Berarti masih perlu lagi menerbitkan minimal lebih
dari dua atau tiga, kan targetnya beberapa.
Buku Solo Pertama |
Outlinenya
sudah ada, beberapa bab sudah ditulis tapi mandek di tengah jalan, kehilangan
ide. Saya sangat berharap selama Work from Home saya bisa menuntaskannya.
Rencana
lainnya adalah merapikan file-file di laptop. Sepertinya ini pekerjaan mudah
dan cukup santai. Insya Allah ini bisa terwujud.
Mengatur
perabotan rumah, memindah-mindahkan lemari, kursi, dsb masuk juga dalam list
rencana. Sama halnya merapikan buku-buku yang berantakan.
Apakah
semua rencana itu berhasil?
Kenyataan Tak Seindah Rencana
Saya
pikir 2 pekan di rumah cukuplah menyelesaikan itu semua. Ternyata, jauh
panggang dari api. Saya gagal
mengeksekusi rencana-rencana itu.
Untuk
satu materi pembelajaran saja, saya membutuhkan waktu sekitar dua hari.
Hari
pertama untuk mencari ide, bagaimana suatu materi pelajaran diajarkan ke murid
dan mereka merasa gurunya tetap ada di hadapan mereka. Hari kedua membuat
videonya, dan ini ternyata tak semudah yang dipikirkan.
Mau tahu keseruan saya membuat video pembelajaran? Baca yuk di sini.
Sebenarnya
banyak aplikasi yang bisa digunakan seperti zoom, classroom, edomodo, atau yang
lainnya. Tapi sama saja kan, saya harus standbay beberapa waktu di depan
laptop atau handpone dan berinteraksi secara daring dengan murid-murid.
Selain
itu, murid-murid saya pada umumnya kesulitan mengakses aplikasi tersebut.
Maka cara
paling praktis yang saya lakukan adalah menuliskan materinya, meminta mereka
membaca, menyimak, lalu buat kesimpulan.
Nah,
kan menulis lagi, duduk lagi di depan laptop. Materi pelajarannya bisa dibaca di link berikut ini.
Materi pembelajaran Teknologi Ramah Lingkungan dan Fakta tentang Covid-19
Salah
duanya yang membuat gagalnya mengeksekusi rencana yang ada di list adalah saya
sibuk di dapur.
Masya
Allah, ternyata bersibuk ria di dapur itu bukanlah perkara gampang.
Sejak
mata terbuka, yang terpikir adalah, “masak apa hari ini?”
Setelah itu, mulailah
menyingsingkan lengan baju, masak – masak -- masak hingga makanan tersedia di meja.
Sumber Pixabay |
Lanjut
bersih-bersih hingga menjelang sore. Mandi pagi digabung sekalian dengan mandi
sore, ha-ha-ha.
Baru
juga istirahat sejenak, penghuni rumah sudah mulai tanya-tanya,
“apa bagus
dimakan-makan di?”
Malamnya, selepas salat isya, mulai lagi di dapur. Beuh.
Kalau
ada yang bertanya, “apa selama ini jarang di dapur, kenapa merasa begitu repot?”
Duhai,
Esmeralda.
Saya
pulangnya siang bahkan bisa sampai sore, jadi masak yang serius itu hanya di
waktu libur, selebihnya masak kurang serius.
“Kurang
serius itu macam mana?”
“ Ada deh
…you know lah, ha-ha-ha,” sambil
kibas jilbab.
Pekan pertama, gurunya anak saya pakai WA dan Google Classroom
ReplyDeletePekan berikutnya lewat WA aja. Mungkin beliau juga pusing.
Pekan ketiga tugas dikirim lewat WA, dikerjakan dg Google Form.
Lumayan tdk ribet bagi wali murid sih kl pake WA aja, ga tahunya buat guru tetap memusingkan ya.
Selamat bekerja, bu guru
Yah begitulah. Orang tua dan guru sama sibuknya ya mbak. Mulanya mau terapkan sesuatu yang ideal ternyata, yah gitu deh.
DeleteTernyata memang repot untuk yang tidak biasa kerja dari rumah ya? Tapi Bunda agak mending karena sudah terbiasa dengan internet, setidaknya tidak gaptek. Saya bayangkan guru-guru yang gaptek kasyan. Makin setengah mati mi kalau kerja dari rumah.
ReplyDeleteBetul Daeng, banyak teman yang mengeluh. Karena kenyataannya masih banyak guru yang belum familiar dengan aplikasi-aplikasi pembelajaran.
DeleteWork from home ternyata tidak semua para pengajar melek teknologi ya mbak. Semoga adanya wok from home semakin dekat dengan aplikasi yang menunjang pelajaran agar bisa memudahkan juga ya.
ReplyDeleteSfH rupanya jadi tantangan tersendiri buat para guru dan dosen ya. Tetap semangaaat, Bu Guru..
ReplyDeleteSamaaaa.
ReplyDeleteAwalnya berpikir muluk akan menyelesaikan ini-itu. Ternyata banyak yang harus direncanakan ulang.
Kegiatan pembelajaran daring. Meski saya bukan guru, kesibukan berkutat dengan internet tak bisa dihindari. Masalahnya, ada beberapa kegiatan yang sudah direncanakan terlaksana sebelum ramadhan secara offline, harus beralih ke online.
Maka bersibuk-sibuklah saya belajar mengenal beberapa aplikasi yang lumayan menyita waktu dan kuota 😁
Belum lagi urusan dapur. Sepertinya waktu berkegiatan di area itu bertambah karena ada benerapa mulut yang selalu mau mengunyah 🙉
Selalu mau mengunyah alias ngemil ha-ha-ha, sayapun begitu akibatnya makin mekar deh
Deletesekarang rasaya bosen pol, mba.
ReplyDeleteGa tau nih aku udah mati gaya banget.
Pengin jalan2 :)
Tiap hari aku bagi-bagi tugas, kak...
ReplyDeleteHehhe...karena Abinya anak-anak tau nanget, aku paling males makan (palagi masak), jadi yang paling seneng masuk dapur, Abi.
Tapi aku beresin masalah cucian, bebersih, beberes.
Anak-anak juga.
Tapi memang waktu berasa cepeett banget ya, kak...
Semoga semua targetnya segera terlaksana dan terselesaikan dengan baik.
Bener banget bun selama work from home ini aku jadi rajin masak dn buat cemilan cepuluh gitu kalau hari lain mah aku boro boro mau kedapur kecuali mau makan.
ReplyDeleteMemang banyak cerita bagi semua orang selama masa karantina ini. Kelak kita semua semoga bis atertawa saat mengingatnya ya, Mbak hehehe
ReplyDeleteTernyata memang repot ya mba workfromhome ini apalagi memang tugasnya tiap hari koordinir murid lewat Wa. Belum lagi mengerjakan pekerjaan rumah seperti masak, cuci baju, beres2, lebih capek ternyata hihi
ReplyDeleteSejarah ini akan tercatat rapi, dan kelak bisa membacanya kita akan bahagia. Hahaha. Semua punya suka duka. Baik yg kerja atau yang biasa di rumah. Semoga pandemi virus Corona ini segera berakhir ya
ReplyDeleteAku juga merasakan susahnya menjaga disiplin selama work from home mba. Memang itu kuncinya ya dan harus benar - benar diaiplin memang
ReplyDeleteOh, saya pikir live. Anak2ku kuliah onlinenya live jadi dosen nggak nyiapin video. REpot banget ya mbak. Semoga semangat terus membara. Tetangga2 yg anak2nya masih sekolah sudah mengeluh bosan. Katanya anak2 sudah kangen sekolah, ketemu teman2 mereka.
ReplyDeleteHalo Mbak, salam kenal dariku yang juga guru. Aku guru kelas 1 SD.
ReplyDeleteAlhamdulillah, sejauh ini aku ngasih tugasnya nggak terlalu rempong2 banget. Wkwkkw. Sekitar bikin video, misal anak2 praktik gosok gigi, masak telur, nyapu, nyuci baju, jemur baju, menghapal pancasila, menggambar, dan sesekali memberikan soal yang semua kulakukan via WA. Karena melihat kemampuan wali murid juga. Takutnya kalau rempong malah aaknya dibentak2.Kasihan.
Saya cuma mendengar atau membaca cerita mereka yang memiliki anak-anak masih sekolah dan tetap belajar di rumah. Saya hanya membayangkan guru-guru yang tidak terbiasa menggunakan perangkat internet, pasti makin kewalahan seperti juga orang tua murid.
ReplyDeletesaya nggak kebagian WFH mba, tapi denger cerita temen2 yg WFH tu malah makin cape hahaha karena di rumah sambil mengerjakan pekerjaan RT ataupun membimbing anaknya HBL
ReplyDeleteSenang ya mbak di rumah aja full dengan kegiatan apalagi setiap hari berhadapan dengan anak-anak dan permintaan mereka. Kalau aku juga ada beberapa rencana mbak cuma kok senang main sama anak aja terus hehe
ReplyDeletenano-nano ya mba rasanya, tapi memang ngga bisa dipungkiri semua kebagian repot, hikmah ya jadi banyak belajar lagi. aku dan suami pun sahut2an video conference soal kerjaan hampir seharian mba, malah kok ya WFH ini kerjaan jadi makin banyak.
ReplyDeleteSebuah pengalaman yang baru ya Mba heheheh
ReplyDeletekita ambil hikmahnya di tengah pandemi ini.
Semangat kita
Ekspektasi tak seindah realita yaaa, mba. Pengennya nyantai atau produktif terjadwal tapi ternyata kok awut-awutan hehehe. Btw, sukses untuk buku solonya mbaaa 😘
ReplyDeleteAku juga banyak rencana A yg dikerjakan B hahaha... jadinya lebih fleksibel aja deh karena memang kondisi juga yg penting waktu kita bermanfaat ya...
ReplyDeleteNiat untuk disiplin dan mengerjakan target ini itu memang kayaknya hanya impian ketika semua orang ada di rumah. Rekues ini itu, diminta melakukan ini itu hahaha.. Ya udah sih sabar aja ya mba, memang mau tak mau harus fleksibel kalau urusannya dengan orang rumah. :)
ReplyDeleteSebuah kendala yg juga bikin suami agak riweuh pas belajar dengan jarak jauh gitu. Terlebih pas ada orangtua yg protes karena hal2 tertentu
ReplyDeleteKadang waktu mau kumpulin video atau bahan2 dr murid2 maunya diselrsaiin segera. Jadinya mager karena pengen main game kwkkwk
Ada aja cerita dari SFH atau WFH ya mbak. Semoga keadaan lebih baik dan bisa sekolah scra normal lagi
Amin
Yah begitulah dinamika hidup ini ya Kak hehehe.
ReplyDeleteGuru dan dosen mi yang sibuk sekali ketika WfH. Ternyata malah dead line anak-anak mundur ya ... anakku yang SMP bisa sepekan batas waktunya mengerjakan tugas :D
Betul-betul keren dedikasinya bunda, mengesampingkan target pribadi demi mutu pendidikan anak bangsa. Semoga misinya untuk menerbitkan buku berikutnya segera tercapai. Sehat selalu ki...
ReplyDeleteLuar biasa kanda... Salut dan bangga di usia tidak lagi muda tp semangatnya dlm menulis kalah anak muda...
ReplyDeleteLengkapnyaa tawwa kgiatan2 nya, cma klo sampai 3 bulan drmh trus bosan juga. Infonya sih sampai akjir meii. Hikz..
ReplyDeleteMasyaa Allah. Produktif sekali bunda. Sayapun sempat rasakan itu mengajar online wkkwkwk. Ribetnya minta ampun. Ngajar langsung saja belum tentu anak2 paham. Aolag ini, yg lewat aplikasi tatap mukanya 🤣
ReplyDeletePembelajaran Daring minggu pertama saya cuma pakai WA. Minggu kedua dan ketiga sudah pakai Time Link. Selanjutnya kembali ke WA untuk pantau tugas tugasnya.
ReplyDeleteBelajar jauh ada plus minusnya ya... kangenka sama siswaku gank
Tiga hari pertama rasanya asyik banget WFH. Memasuki hari ke-4, mulai deh bosan dan baru sadar banyak agenda yang terlewatkan. Hahaha. Gimana ga keteteran lha kerjanya banyak selingan. Ya nonton-lah, ya ngemil-lah.
ReplyDelete