Covid-19 Melanda, Efektifkah Belajar Daring?
Merebaknya
COVID-19 memaksa semua guru dan pelajar bahkan mahasiswa melakukan BELAJAR
DARING. Hal ini disebabkan karena pemerintah mengeluarkan kebijakan Work
From Home (WFH), yaitu bekerja dan beraktivitas di rumah, termasuk belajar
dan mengajar di rumah.
Tentu
saja kegiatan belajar mengajar dari rumah ini harus menggunakan media internet
atau belajar online yang diistilahkan
pula sebagai belajar dalam jaringan (daring).
Belajar Daring, Kabar Baik atau Kabar Buruk?
Tak
pernah saya lupakan peristiwa itu pada tanggal 17 Maret 2020, saat saya
mengajar di kelas, tiba-tiba ketua kelas berteriak girang, “Hore, kita libur
dua pekan!”
Sejurus
kemudian, kelas menjadi riuh. Anak-anak itu sangat gembira karena selama dua
pekan mereka akan belajar di rumah, anggapan mereka tidak ke sekolah dan belajar di rumah berarti libur sekolah.
Rupanya
informasi tentang pemberlakukan WFH telah mereka baca di media sosial, wah,
gurunya kalah cepat dapat informasi.
Sejenak
saya tercenung, hati saya nelangsa. Perlahan saya maju ke depan meja siswa lalu
berkata perlahan.
“Anak-anakku,
mengapa kalian begitu riang? Bukankah ini kabar buruk buat kita semua? Ini
pertanda musuh tak terlihat itu sudah masuk ke negara kita, mungkin juga sudah
berada di antara kita tanpa kita sadari.”
Perlahan
suara riuh mereka mereda.
“Kalian
tahu apa yang akan terjadi nanti? Cobalah renungkan, berapa banyak nanti
saudara-saudara kita, dan mungkin juga orang tua kalian yang akan merasakan
dampaknya. Penjual bakso langganan kalian, ibu kantin, penjual alat tulis
emperan di depan sekolah kita, mereka itu otomatis tidak berjualan lagi.”
Saya
katakan itu dengan suara serak, bukan bermaksud mendramatis suasana tetapi ini
murni suara hati saya. Anak-anak terdiam. saya tidak tahu, apakah mereka
terdiam membayangkan keadaan nanti atau hanya sekedar ikut prihatin melihat wajah
nelangsa saya.
Esoknya,
ramailah grup-grup whatsApp (WAG), baik
WAG siswa dan guru maupun WAG kantor. Notifikasi tiada henti, berisi
instruksi-instruksi dari guru ke siswa di WAG siswa juga laporan kegiatan guru di WAG sekolah.
Selama
sepekan itu, guru-guru disibukkan dengan mengajar secara daring. Sedangkan
siswa disibukkan dengan belajar daring. Di media sosial tak kalah ramainya. Ada
keluhan-keluhan orang tua yang tiba-tiba merasa sangat repot manakala
mendampingi anaknya belajar dan mengerjakan tugas.
Ada
pula guru yang mengeluh karena merasa lebih repot mengajar daring daripada
mengajar langsung atau bertatap muka dengan siswanya
Pekan Kedua Belajar Daring
Belum
memasuki pekan kedua pemberlakuan belajar dari rumah di Makassar, tepatnya
tanggal 19 Maret, liputan 6.com memberitakan tentang adanya 51 aduan ke Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), para orang tua mengeluhkan beratnya tugas
dari guru untuk anak mereka.
Sebagai
guru sekaligus ibu dari anak yang masih sekolah, saya memaklumi keluhan itu.
Karena pada dasarnya, bukan hanya anak, orang tua yang repot, sesungguhnya
gurupun merasa keadaan ini cukup merepotkan.
Bayangkanlah,
kami sebagai guru yang biasanya masuk
ke kelas dengan membawa persiapan perangkat pembelajaran mengajar secara
bertatap muka, tiba-tiba diwajibkan mengajar dengan sistem daring, tanpa
persiapan sama sekali.
Untuk
mengantisipasi hal itu, maka guru mengambil jalan pintas adalah pemberian tugas.
Barulah
setelah memasuki pekan kedua, guru-guru sudah bisa beradaptasi dan mulai
menggunakan aplikasi-aplikasi ringan dalam menjalankan tugasnya. Ada yang
menggunakan aplikasi zoom, classroom, edomodo, dan sebagainya.
Saya
masih bertahan dengan aplikasi whatsApp, karena siswa saya semuanya menggunakan
aplikasi itu. Membuat video
pembelajaran, menulis materi ajar di blog lalu linknya saya bagikan lewat grup
whatsApp adalah pekerjaan yang cukup menyita waktu.
Efektifkah?
Lumayanlah buat sebagian siswa, selebihnya ada saja kendalanya. Namun, ini
adalah keadaan yang luar biasa di mana kita semua harus tetap survive
hingga keadaan membaik kembali.
Baca juga:
Bincang Online Bersama PDIPM Makassar
Efektifkah
belajar daring adalah judul yang diajukan oleh para pelajar yang tergabung di dalam
organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Daerah Kota Makassar kepada saya.
Mereka mengundang saya dalam Bincang Online melalui siaran langsung di instagram (IG).
Saya
menyambut baik undangan itu, karena ini
adalah kesempatan saya menyampaikan beberapa hal yang tentunya mewakili suara guru dan orang tua dalam hal
pembelajaran daring. Sekaligus
kesempatan mendengarkan suara hati anak-anak, pelajar dan mahasiswa.
Bincang
on line ini dipandu oleh Muh. Akbar Supriadi, Kabid Advokasi PD IPM Makassar. Saya berbincang dengan anak muda yang penuh
semangat ini. Beberapa teori diungkapkannya yang intinya adalah kami akan
berbincang soal pembelajaran daring,
apakah efektif dan bagaimana supaya pembelajaran itu efektif.
Sebagai
kata pembuka, saya menguraikan pendapat berdasarkan apa yang saya alami
sekaligus amati, bahwa ada empat unsur yang harus terlibat langsung dengan
sepenuh hati demi mencapai efektivitas pembelajaran daring, yaitu: siswa yang
akan belajar daring, orang tua, guru, dan sarananya.
Siswa Harus Disiplin, Serius, dan Jujur
Setiap
akan mengikuti pembelajaran daring, maka siswa sudah harus berniat dengan
sungguh-sungguh untuk mengikuti pelajaran itu. Ia harus menyiapkan mentalnya,
agar disiplin, serius, dan jujur.
Disiplin
untuk
mengikuti pembelajaran daring, mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh
gurunya. Disiplin menyelesaikan tugas, dan sebagainya. Karena jika tidak disiplin, maka ia akan
dengan mudah meninggalkan pembelajaran yang sedang berlangsung atau tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.
Jujur
mengerjakan
tugas yang diberikan oleh gurunya. Siswa itu sendiri yang berusaha mengerjakan
tugasnya, tidak nyontek, dan tidak bermasa bodoh.
Karena
belajar daring jauh dari pantauan guru. Jika tak jujur, maka si anak sendiri
yang tidak mendapatkan manfaatnya.
Pentingnya Pendampingan Orang Tua
Pendampingan
orang tua sangat penting dalam proses pembelajaran, baik luar jaringan (luring)
maupun dalam jaringan (daring). Peranan orang tua semakin penting saat
pembelajaran daring, karena kehadirannya sebagai kontrol atas apa yang
dilakukan anaknya.
Jangan
sampai orang tua melihat anaknya sibuk di depan gawainya dan menyangka anaknya
belajar padahal tidak. Orang tua harus aktif memantau, apakah tugas anaknya
sudah dikerjakan atau belum, aplikasi apa saja yang digunakan anaknya, dan
sebagainya.
Guru Harus Belajar dan Kreatif
Sekalipun
pembelajaran daring merupakan kegiatan baru bagi sebagian guru, tetapi itu tak
bisa dijadikan alasan untuk menjadi gagap. Keadaan ini memaksa para guru
secepatnya belajar dan berbenah.
Tidak
boleh lagi ada guru yang gagap teknologi. Selain itu, para guru harus bijaksana
dalam menyikapi situasi ini. Bahwa tidak semua siswanya memiliki sarana yang
sesuai.
Jika
guru melek teknologi, maka tentunya tidak mengambil jalan pintas dengan hanya
memberikan tugas semata tanpa ada kreativitas lainnya, misalnya melakukan
pembelajaran dengan aplikasi di mana guru dan siswa bisa bertemu secara
virtual.
Sarana
Terakhir,
salah satu yang menentukan pembelajaran daring bisa efektif adalah ketersediaan
sarana.
Walau
ketiga unsur, siswa, orang tua, dan guru telah siap tetapi tidak ditunjang oleh sarana memadai maka
hasilnya ambyar. Jika anak-anak tak memiliki gawe atau laptop atau komputer ,dan tidak punya kuota, maka pembelajaran
daring tak mungkin berlangsung.
Bincang
online berlanjut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan oleh
para pelajar itu. Terdapat lima pertanyaan yang mewakili, yaitu:
Apa yang harus dilakukan guru-guru untuk membuat pembelajaran efektif? Karena guru tidak pernah dibekali untuk melakukan pembelajaran dalam situasi masa pandemi ini.
Jawabannya singkat saja, guru harus belajar dan secepatnya beradaptasi. Bisa bertanya ke rekan guru lain yang sudah melek teknologi
Efektifkah jika guru yang hampir tiap hari memberikan tugas kepada siswa?
Sangat tidak efektif.
Bagaimana cara kita menanggapi belajar daring yang tidak efektif dikarenakan buta atau gagap teknologi?
Kembali lagi, harus belajar
Belajar daring merupakan satu-satunya media yang harus digunakan sebagai pusat KBM. Lalu, bagaimana jika pelajar menjadikan kelemahan-kelemahan dari sistem daring untuk menghindari kegiatan belajar mengajar?
Nah, inilah pentingnya pendampingan orang tua, mereka harus terus menerus mengontrol anaknya sejauhmana pelajarannya, tugasnya sudah dikerja atau belum, saat di depan gawai atau laptopnya, anaknya melihat apa saja, dan seterusnya.
Bagaimana cara mengatasi masalah pelajar yang belum memiliki dan menguasai perangkat TIK yang memadai?
Kalau soal ini, guru harus lebih bijaksana menanggapinya. Tidak semua siswa memiliki sarana yang memadai, bahkan ada yang tidak punya sama sekali. Yakinlah, guru pasti mengerti dan tidak memaksakan agar siswanya maupun orang tuanya untuk ujug-ujug menyuruh membeli gawai.
Berikut video cuplikan bincang online dengan PD IPM Makassar melalui live IG
Sebelum bincang online berakhir saya diminta untuk memberikan statement terakhir. Berikut pernyataan saya.
- Bahwa sehebat apapun teknologi itu, jika kita tidak bijaksana menggunakannya hasilnya akan ambyar.
- Selalu ada hikmah untuk setiap peristiwa. Bahwa dengan adanya pembelajaran daring, hubungan antara anak dengan orang tua bisa semakin dekat. Kalau mungkin dulu, orang tua hanya mendampingi anaknya belajar sambil lalu, maka sekarang ia harus batul-betul ekstra serius mendampingi anaknya. Apalagi kan kita tidak kemana-mana, di rumah saja.
- Hikmah buat guru-guru, adalah guru harus belajar, belajar, dan belajar. Jangan mengajar sebelum belajar. Mau tidak mau, suka tidak suka, guru harus melek teknologi. Dan kenyataannya sekarang, hampir semua guru sudah bisa menggunakan aplikasi sebagai media pembelajaran. Dari aplikasi yang sederhana seperti whatsApp hingga aplikasi yang agak rumit seperti classroom, quipper, dan yang lainnya.
- Hikmah yang terakhir, adalah guru, orang tua, dan siswa akhirnya saling merindukan.
Menurut
teman-teman, apa lagikah yang harus dilakukan agar pembelajaran daring bisa
efektif? Jawab di kolom kementar ya.
Saya termasuk yg merasa kesulitan awalnya menemani anak2 belajar daring. Bagaimana tidak. Enak kalau orangtua di rumah, kena WFH. Enak kalau di rumah setidaknya ada yg mengerti penggunaan dawai. Bagaimana dg saya yg tetap harus kerja krn kerja di RS? Bagaimana dg saya, yg anaknya hanya sama nenek yg sama sekali gak mengerti gadget, beda dg nenek2 di pasukan blogger yg jangankan gawai bahkan punya blog. Tapi alhamdulillah, sejauh ini anak sy slalu bisa kumpul tugas ontime..bagaimana bisa? Semua harus dijalankan dg baik, kan.
ReplyDeleteKalau murid suami ada yang ga ngerti caranya. Ada yang rajin. Ada yang menghilang entah kemana. Menurutku tidak efektif kecuali orang yang rajin dan mau belajar...
ReplyDeleteAnak saya sudah kuliah mbak..biasanya saya pengen liat dia belajar online gitu, namun malah disuruh keluar dari kamarnya..katanya Abang bukan anak SD lagi umi..yang harus didampingi ibunya ngerjain tugas...hedeeh ya udah saya cuma memperhatikan nya sesekali aja dari jauh..liat dia berkomunikasi dengan dosen nya secara live
ReplyDeletesaya mengalami persis ini Bu. ya mengajar dari rumah ya juga punya anak-anak yang masih sekolah di Sekolah Dasar. sekolah online jika sekali-kali menjadi alternatif memang baik. namun jika terlalu lama Guru dan murid pun dilanda kejenuhan. betul hikmah untuk guru yang gaptek benar-benar harus terus belajar dan di uji kegigihannya. jika tidak, maka entahlah apa yang akan terjadi. ahhhh jadi mau curhaattttt
ReplyDeleteKarna anak-anak saya HS mungkin gak begitu terasa ya mba, tapi saya pikir kalau ke 4 pihak guru,siswa, orang tua dan sarana yg memadai semua disiplin dan saling bekerjasama saya yakin pasti efektif. Bukankah selama ini ke-empat pihak itu sdh melakukannya hanya saja sekarang pindah dari offline ke online.
ReplyDeleteSejauh ini alhamdulillah terbantu banget dengan Zoom. Karena anak-anak di rumah jadi lebih semangat belajarnya dan menuntaskan rindu sama guru dan teman di sekolah. Sejauh ini ngga ada halangan yang dirasakan. Malah jadi tau sejauh mana kemampuan pemahaman anak dalam mengikuti pelajaran. Kalau kurang, biasanya ada jawabannya di youtube atau google. Kami biasa browsing bareng
ReplyDeleteBerhubung io masih TK jadi belajarnya cuma pake video dari bundanya, ditelepon atau video call aja udah seneng nih. Tugasnya juga yang menyenangkan nih lebih ke eksperimen. Tapi sisi baiknya jadi melibatkan komunikasi guru, ortu, anak dan para orang tua lainnya juga jadi lebih akrab nih bund, pada sharing belajar apa gitu tiap hari. Dan bener banget, semuanya jadi saling merindukan
ReplyDeleteKalau saya pribadi ya Love Hate gitu sama SFH ini, Bund. Terus terang aja karena kan semua tugas menjelaskan materi berindah jadi tugas saya dan guru anak saya tinggal kasih soal. JAdi emang berat bagi ortu. Nah, dari sisi love-nya itu karena anak di rumah bisa melakukan hal-hal yang disenangi. Lebih banyak waktu untuk melakukan hobinya dia. Biasanya pulang sekolah sduah capek ini bisa santai. TApi apapaun itu saya penginnya SFH segera berakhir deh, hehe.
ReplyDeletetergantung anak dan ortu ya, tp banyak guru yg mengeluh karena banyak tuags gak disetor dan guru juga tak tahu apakah dikejakan sendiri atau dibantu ortu shg penilaian jadi sulit
ReplyDeleteTanpa mengabaikan peran guru, saya juga sangat gagap di awal, Bun. Waktu berbenturan dengan jadwal bekerja, perangkat berebutan dengan saya, kakak adik butuh semua, dan cara saya menyampaikan materi kepada anak-anak. Tentu saya maunya bisa mengajari, bukan sebatas meminta anak membaca lalu mengerjakan sendiri tugasnya.
ReplyDeleteInsyaAllah, saya dan anak-anak mau bekerjasama agar kebutuhan saya dalam bekerja dan mereka dalam belajar tetap terpenuhi.
Semangat terus, Bunda!
Sayangnya tidak semua orang bisa mengikuti pembelajaran daring ya bun, terutama warga yang tidak terbiasa membeli kuota internet. Memang banyak manfaatnya apalagi seiring dengan perkembangan teknologi tapi ya gitu enggak semua anak bisa mengaksesnya.
ReplyDeleteNamun begitu banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari pandemi ini
bener bun kadang kasian juga ya sama yang tidak punya akses internet atau smartphone atau laptop. kan belajarnya pakai itu semua. semoga aja segera berakhir dan anak-anak bisa sekolah seperti biasanya.
DeleteKalau yang di ajar mahasiswa, masih mending tapi kalau yang di ajar bocah ingusan, disitulah mental guru harus kuat. Karena selain guru harus menyiapkan materi, mengajar secara menarik meski daring, dan tetap mengontrol mmengontrol mereka agar tetap aktv belajar.
ReplyDeleteSoal efektif tidaknya tergantung sikap stake holder dan keenjoyan semua pihak ya Bun yang aku tahu. Kalau kita streng malah nggak dapet feelnya tuh Bun
ReplyDeleteBener banget ya bun, pasti ada kelebihan dan kekurangannya belajar daring. meski begitu anak-anak pasti pahamnya ya di rumah berarti enak bisa malas-malasan, padahal tetap belajar. semoga pandemi ini segera berakhir dan anak-anak bisa sekolah lagi. Aamiin
ReplyDeleteDari awal memang kita terasa kaku atau belum beradaptasi, tapi lama kelamaan juga terbiasa. Saat ini malah komunitas dari saya buat kajian online.
ReplyDeleteKalau dibilang efektif atau tidak ya relatif, sih. Namun, menurut saya, cara ini yang paling efektif di masa seperti ini. Bukankah saat ini kita gak bisa keluar untuk berkumpul, meski dengan tujuan belajar mengajar sekalipun. Tinggal kita saja, bagaimana memaksimalkan dan memanfaatkan teknologi yang ada.
ReplyDeleteBelajar di rumah dan di sekolah jelas berbeda. Apalagi anak-anak kalo di rumah kan biasa bermain, bercanda sama mama papanya. Ini suruh belajar terus dan ortunya harus mendampingi. Kadang nggak sesuai ekspektasi ya
ReplyDeleteKalau menurut saya kurang efektif, sebab anak punya anggapan bahwa kalau dirumah sekolah itu libur. Nah, disinilah peran orang tua untuk memberikan pengertian dan juga pendampingan bahwa saat ini bukan libur sekolah tetapi belajar dari rumah. Dengan cara demikian maka belajar daring baru akan efektif. Dalam hal ini memang orang tua harus ektra sabar supaya anaknya disiplin belajar😊
ReplyDeleteBetul, saya setuju. Bagaimanapun, tidak ada yang bisa mengalahkan besarnya manfaat belajar langsung datang ke sekolah, bukan daring.
ReplyDeleteDalam suasana tanggap darurat spt ini, tentu tdk mudah bagi semua orang. Termasuk anak2 dan ortu. Belajar daring tak seasik bljr langsung. Tapi ya mau gimana lagi. Demi kebaikan bersama harus kita lakukan. Yg penting sehat
ReplyDeleteTerlepas dari banyaknya keluhan yang dialami oleh orang tua, siswa dan guru, ternyata kegiatan belajar daring juga banyak manfaatnya ya, Bun. Hubungan di keluarga jadi semakin erat dan semua pihak jadi lebih melek teknologi
ReplyDeleteBener mba yg penting siswa kudu disiplin, jujur dan smngat saat belajar daring. Smg covid sgra rampung ya biar bs aktif lgi sklh. aamiin...
ReplyDeleteMasyAllah aku suka kalau gurunya kayak Bunda. Mengajarnya dengan hati. Aku suka sekali yang bunda lakukan pada murid-muridnya waktu anak-anak itu bersorak girang karena libur, tapi disaat itu bunda masukan untuk menyampaikan pesan kebaikan dan moral di dalamnya. Allhamdulillah. Terima kasih Bu Guru. Teruslah mengajar dengan hati. Karena menjadi guru itu bukan profesi tapi pekerjaan hati 😘
ReplyDeleteAwal pembelajaran daring banyak sekali kesulitan yang saya hadapi. Saya yang masih gagap teknologi menggunakan aplikasi google class room dan zoom. Anak- anak juga kebingungan dan kita harus menjelaskan berulang- ulang. Rasanya saat itu, matapun lelah di depan laptop atau hp. Alhamdulillah sekarang sebagian anak sudah bisa dan mau belajar meskipun kurang efektif.
ReplyDeleteBelajar via daring akhirnya juga bikin bosen. Karena belajar emang harus ada variasinya. Kasian banget anak2 yang terpaksa belajar via daring ini. Udah ngga bisa interaksi bareng teman yang seumuran, juga masih harus nahan bosen ini lagi ini lagi. Hahaha. YA Allah mudah2an pandemi segera berakhir.
ReplyDeleteJujur aja, kalau aku pribadi ga nyaman dengan sistem belajar daring dari sekolah anakku. Anak hanya dikasih tugas di LKS, kemudian dikumpul dengan foto via WA. Aku ga yakin aja hasil pemeriksaan oleh guru bisa maksimal.
ReplyDeleteKetika pada akhirnya pandemi berlalu dan tingkat dunia digital dan teknologi semakin tinggi, ada kemungkinan memang belajar daring jadi suatu kewajiban. Memang esensinya beda ya dengan belajar langsung secara offline, tapi sudah banyak negara maju yang menerapkannya lho
ReplyDeleteMasyaaAllah terbayang betapa kaget dengan situasi yang tiba-tiba berubah ini. Kebetulan suami saya guru dan masih masuk kerja namun dibatasi. Beruntung masuk kerja karena fasilitas wifi wifi sangat mendukung untuk belajar daring. Berbeda dengan jika di rumah internet sangat tidak mencukupi hehe
ReplyDeleteUntuk menjawab efektif atau tidaknya banyak indikatornya ya Mbak Dawiyah. Btw saya suka sekali statement nya di akhir tulisan, guru dan siswa harus saling merindukan. Benar, media apapun tak kan bs mengalahkan silaturahmi scr langsung ya
ReplyDeleteBelajar daring insyaallah efektif kl semua pihak support ya Mbak Dawiyah. Trus setuju banget kl kita gak boleh gaptek lg, musti mau belajar
DeleteSebagai mahasiswa yang sekarang kuliah daring, hanya satu yang menjadi kendala yaitu jaringan provider, kadang ada gangguan signal disaat tidak tepat, yaitu saat kuis atau UTS, sehingga telat menjawab, dan nilai pun di anggap gak ada huhuhuhu sekaramg IPK berdasarkan signal
ReplyDeleteSegala sesuatu ada hikmahnya yah Mba . Orang tua jadi tahu betapa beratnya jadi guru. sehebat-hebatnya teknologi, interaksi secara langsung itu memang tidak bisa tergantikan yah
ReplyDeleteSiapa yang menyangka ya, Mbak dalam waktu singkat proses belajar mengajar jadi daring. Butuh kerjasama semua pihak agar lancar. Ya guru, murid atau orang tua.
ReplyDeleteTergantung keadaan orangtua murid. Kalau yang enggak mampu dan gak punya alat untuk belajar on line tentu saja tidak effektik. Dan lagi, bagi yang tinggal di pelosok juga terkendala dengan jangkauan sinyal. Ini menurutku sih karena melihat disekeliling begitu. Beberapa orangtua mengeluh anaknya ketinggalan tugas, mau setor tugas juga susah mesti cari pinjaman. Selalu pinjam mereka sungkan.
ReplyDeleteBagi saya tidak efektif. Hiks. SUSah banget mengajak anak belajar. Harus dengan super tlaten agar tujuan belajar tercapai. PENGEn mereka cepat sekolah kembali.
ReplyDeleteKalau menurutku sii lebih enak belajar langsung disekolah. Selain langsung dipantau dari guru yang membimbing, anak juga lebih cepat menyerap ilmunya karena lebih fokus kepada ilmu yang diajarkan.
ReplyDeleteTapi ada satu hal yang harus disadari, bahwa pemerintah melalui kemendikbidkan sudah mengatakan agar pembelajaran daring tidak berfokus pada capaian kurikulum. Bisa diganti dengan pengetahuan kecakapan hidup. Biar lebih menyenangkan
ReplyDeleteMeskipun lewat daring bisa bertatap muka, tapi tetap beda dengan bertemu langsung.
ReplyDeleteLebih terasa bila bertemu langsung. Akan ada hikmah dari semua kejadian ini.
perlu adaptasi yang tidak sebentar, hingga menemukan formula yg pas untuk pembelajran daring. semua komponen melakukan adaptasi.
ReplyDeleteBukan cuma orang tua yang kerjaannya jadi dobel. Guru juga, sebab banyak guru yang juga merangkap menjadi orang tua, bukan? Semoga pandemi ini segera berakhir dan anak-anak, termasuk anak saya yang usia PAUD bisa sekolah lagi.
ReplyDeleteMenurut saya, memang tetap lebih bagus belajar di kelas ya, Mbak. Selain bersosialisasi dengan teman lain juga, guru bisa langsung membimbing, dan pastinya murid tidak bosan karena di rumah terus.. Tapi sikon belum memungkinkan, jadi harus belajar di rumah. Tapi Insya Allah, akan menemukan cara belajar yang nyaman.
ReplyDeleteSemoga pandemi ini segera berakhir. Aamin.
betul sekali kak mendampingi anak belajar online itu penting sekali. namanya anak2 blm tau tanggung jawab maunya main melulu jadi ortunya yg hrs dampingi dan arahkan si anak ya..
ReplyDeleteBenar juga ya mbak. Saya malah tidak kepikiran sampai kesana. Bagaimana nasib para penjual makanan di kantin sekolah, pasti mereka bingung mau mengalihkan usahanya ke mana. Semoga badai pandemi ini segera berlalu. Aamiin
ReplyDeleteBelajar Daring Tidak Efektif kalau menurut saya karena masih banyak peserta didik yang kurang memahami tekhnologi dan bahkan fasiltas untuk belajar daring ga ada
ReplyDeleteBelajar Daring memang hal baru ya, baik bagi murid maupun guru jadi wajar bila.harus ada penyesuaian dulu di sana-sini. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kondisi ini.. TFS mba, kita jadi tahu dari sisi pandang guru yg sama2 kerepotan seperti halnya orang tua. Hehe...
ReplyDeletesetuju nih bun, sehabat apapun teknologinya kalau ga dipakai dengan bijak pasti ambyar ya. belajar daring tentu nano-nano banget , apalagi buat para siswa2 yang dipedaleman yg ga punya akses gawai. kebayang mereka harus bgmn beljaar daringnyaa
ReplyDeleteMenurut saya, belajar secara daring tidak efektif karena kita belum membiasakan anak akan manfaat yang satu ini. Tapi jadi efektif juga untuk sebagian orang sehingga menjadi metode belajar HS.
ReplyDeletesaya termasuk karyawan yang tidak WFH mba, masih kerja seperti biasa, karena di jasa keuangan, ya semoga keadaan cepat membaik dan jalan yang terbaik saat ini juga WFH bagi guru dan kebaikan anak anak sekolah
ReplyDeleteSemua harus belajar ya, Kak ... ya guru, ya siswa, ya orang tua. Dan semuanya harus kreatif ... dituntut kreatif dalam keadaan ini
ReplyDeleteSalut ka sama bunda, tetap berusaha update, melek teknologi, dan mengerahkan dedikasinya secara maksimal untuk mencerdaskan anak bangsa.
ReplyDeleteHabis baca ini tiba-tiba penasaran bagaimana rasanya belajar via daring pada saat masih berada di jenjang pendidikan sekolah yah? Sepertinya jauh berbeda dari belajar langsung di kelas, tiba-tiba saya kayak mau kembali ke SMA. Hehe!
Efektif atau tidak, tetap harus dijalani untuk kebaikan semua orang dimasa pandemic ini. Hanya saja, jika dalam suasana normal, guru dan siswa masih lebih memilih berjumpa dalam kelas untuk PBM dwngan bbrp keterbatasan belajar online
ReplyDeleteSelalu ada hikmah di balok peristiwa.
ReplyDeleteSaya sendiri merasakan dalam masa pandemi ini saya jadi lebih melek tekhnologi, bisa masak, dan hubungan dengan suami dan anak jadi lebih erat.
Sebenarnya kurang efektif, karena kadang anak pas dijelasin guru juga gak langsung ngerti. Ini langsung dikasih tugas. Cara ngisinya juga buka google aja. Jadi emang perlu pantauan orangtuanya.
ReplyDeleteSaat ini pilihan terbaik adalah belajar daring kak . . Kalau dulu belajar daring dipandang sebelah mata. . Sekarang daring sebuah keharusan...ya mau gimna lagi ya.. semoga pandemi segers berakhir... sehingga pilihan belajar pun bisa beragam
ReplyDeleteDeh enaknya jd anakw di, cuma pikir libur, main2, skolah, makan, tidur hahaa. Skrg banyakmi pikiran klo besarmi, blm lg cicilan ksiaan
ReplyDeleteSemoga pandemi ini cepat berakhir... dan bisa beraktifitas seperti biasa kembali.. Aamiin
ReplyDeleteIntinya kalau belajar daring ini dibutuhkan kesadaran masing2 utk disiplin ya mba. Secara guru nggk bisa secara langsung dampingi, jd peran org tua dan murid itu sendiri harus maksimal
ReplyDeleteBagi sekolah konvensional, pandemi ini memang memaksa untuk cepat belajar. Awalnya memang terasa kelabakan tapi setelah beberapa minggu penyesuaian, sepertinya semuanya mulai bisa diatasi. Yang penting itu dukungan dari semua pihak sih menurutku, gimana guru dan murid juga orangtua dengan kesibukan yang ada tetap berusaha agar kegiatan belajar daring bisa dilaksanakan sesuai dengan rencana
ReplyDeleteSarana ini yang paling crusial yakan buk, banyak juga yang belum memiliki smartphone
ReplyDelete