Renungan satu dekade
Awal tahun 2020 Masehi, saya melihat banyak yang menuliskan keberhasilannya selama satu dekade. Mungkin niatnya sebagai bentuk rasa syukur atas
semua pencapaiannya.
Atau bisa jadi sebagai pemicu untuk lebih baik lagi pada tahun ini. Wallahualam.
Atau bisa jadi sebagai pemicu untuk lebih baik lagi pada tahun ini. Wallahualam.
Saya menulis renungan satu dekade ini niatnya adalah untuk mengenang apa saja yang telah saya alami selama itu, sekaligus untuk mengusik hati dan pikiran saya, agar lebih baik di masa yang akan datang.
10
tahun itu adalah waktu yang lama, tapi berada sesudah masa itu berlalu justru
terasa sangat singkat. Terutama kenangan
dan rentetan kejadian yang membekas
dalam ingatan. Seakan hal itu baru kemarin terjadi.
Baik itu kejadian baik maupun kejadian buruk.
Bukankah
yang membekas dalam ingatan itu hanya dua? Yaitu kebahagiaan dan kesedihan. Peristiwa
yang biasa-biasa akan berlalu begitu saja bahkan bisa jadi terlupakan.
Bagaimana dengan Masa Satu Dekadeku?
Hampir
satu dekade memikul tanggung jawab sebagai kepala sekolah di sekolah yang berstatus swasta.
Banyak
hal menakjubkan yang saya alami.
Mendengar keluh kesah guru honorer, melihat semangat luar biasa mereka, tetap
tampil modis walau dompet menipis, senyum manis padahal hati meringis.
Tiga
bulan tak terima honor sebab dana BOS belum cair. Sekalinya cair langsung
amblas, bayar utang dan cicilan.
Saya
membersamai mereka, terus menyemangati dan menjanjikan, bahwa mungkin kalian
kurang uang tapi yakinlah akan berlimpah pahala selama ikhlas membagi ilmu.
Kadang
dihujat diam-diam, bahkan diumpat melalui
media sosial. Disebut sebagai pemimpin zalim.
Saya
tahu tapi pura-pura tak tahu. Tak penting saya layani, karena hanya akan
mengotori jiwa dan akan menyurutkan semangat.
Jika
mata batinnya terbuka suatu saat, maka pastilah penyesalan mendera.
Manakala
mereka tahu, bahwa apa yang disangkakan tidaklah demikian adanya.
Bukan
perkara mudah mengelola manajemen peninggalan pemimpin sebelumnya yang terlanjur amburadul, juga menata administrasi yang porak poranda.
Merangkul
hati yang kecewa karena gagal berada di posisi yang ia perjuangkan. Mengajak
kerja sama orang-orang yang tak biasa kerja tim, memberi ruang bagi jiwa yang
selalu merasa jemawa, tak biasa diperintah karena biasanya memerintah.
Kompleks!
Banyak
kisah pilu namun tak sedikit yang membahagiakan. Manakala melihat murid-murid
berhasil menamatkan sekolahnya lalu melanjutkan
ke sekolah yang lebih baik sarana dan prasarananya.
Bahagia
saat mendengar cerita mereka, bahwa berkat ajaran
disiplin yang saya terapkan membuat mereka tak kagok dengan sekolah baru dengan
penerapan disiplin yang tinggi.
Kadang
berjumpa dengan orang tua murid yang manis di depan tapi sinis di belakang. Ah,
jangankan orang tua, gurupun ada yang begitu.
Pura-pura
baik tapi berusaha menusuk dari belakang.
Saya
pikir itu biasa.
Itu baru
kepala sekolah belum jadi camat, wali kota, gubernur, apalagi presiden. Pastilah
lebih banyak lagi orang yang menghujat mereka.
Saya
mengibaratkan, bicara manis saat disuguhi kopi manis, saat gulanya habis maka tersisa kopinya. Pahit.
Sepahit
mulut, sikap, dan gerakannya. Arragh!
Foto menjelang perpisahan tahun 2018 Foto studio Elegan Makassar |
Kunjungan ke Benteng Rotherdam tahun 2011 |
Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah tahun 2017 |
Baca juga: Bermunajat dan Bermuhasabah dan Curahan Hati
Jangan Meninggalkan Jejak Buruk
Satu
dekade berlalu, saya masih di sini. Di dunia pendidikan yang saya cintai. Akan
terus di situ hingga ajal menjemput.
Mungkin
saya akan pensiun mungkin juga tidak.
Terserah jalan hidup apa yang diberikan oleh Allah. Saya hanya menjalaninya dan
berusaha melakoninya dengan sebaik-baiknya.
Menjadi
kepala sekolah atau tidak, sama saja. Tetap guru judulnya.
Setidaknya
saya pernah di posisi itu. Bisalah bercerita ke anak cucu kelak dan
menjadikannya bahan pembelajaran.
Bahwa
menjadi pemimpin walau sekecil apapun, akan tetap dimintai pertanggung jawaban
kelak di hadapan Allah Swt.
Mungkin
saya bukan pemimpin yang baik, banyak kesalahan yang saya lakukan, banyak hati
yang saya lukai oleh sikap, perkataan dan kebijakan yang saya ambil.
Kadang
jemawa mungkin juga sedikit congkak. Wallahualam.
Saya
hanya berharap, siapapun yang saya sakiti mau dan ikhlas memaafkan saya
sebagaimana saya telah ikhlas memaafkan orang-orang yang telah berbuat tidak
baik terhadap saya.
Menata Hati Menata Tulisan
Sebenarnya
saya sudah ada draf tulisan tentang suka
duka menjadi kepala sekolah di sekolah swasta. Tapi saya masih dalam proses
menata hati.
Kenapa
menata hati, bukannya menata tulisan?
Setelah
saya baca-baca ternyata tulisan itu ada sedikit tendensi rasa kecewa, sakit
hati, dan amarah.
Karenanya saya simpan beberapa saat. Saya
tidak mau meninggalkan jejak buruk dalam hidup sekalipun hanya lewat tulisan.
Bukankah
tulisan itu abadi seabadi peredaran zaman?
Mungkin
tulisan saya itu tidak sebagus dan seabadi tulisannya penulis-penulis legenda,
seperti Buya Hamka, Pramoedya, Marah Rusli, Pipiet Senja, dan lainnya.
Mungkin
pula tidak sepopuler tulisan karya penulis ngetop seperti Agatha Cristy, Tere
Liye, Asma Nadia, Helvy Triana Rosa, dan yang lainnya.
Tetapi
setiap hal yang kita lakukan di dunia, kelak akan dimintai tanggung jawab di
akhirat sekalipun hanya sebiji sawi, termasuk tulisan.
"(Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui." (QS. Luqman: 16)
Tulisan
bagaikan perkataan, jika sudah keluar dan dibaca orang maka tulisan itu tidak
bisa lagi ditarik atau disembunyikan.
Cukuplah
dengan dosa-dosa masa lalu yang terlanjur tercatat dalam kitab malaikat, dan
saya berusaha terus menerus mohon ampunan atas semua itu sembari berdoa, semoga dilindungi dari godaan setan yang
setiap saat mengintai dan merayu agar menjadi pengikutnya. Nauzubillah.
Selamat
menjalani hari-hari di tahun 2020. Semoga kita masih bisa bersua di tahun
berikutnya.
Maasyaa Allah. Kereen.
ReplyDeleteSemoga makin sukses, saudariku, sahabatku 💕
Aaamiin, terima kasih sayang.
DeleteSukses juga sahabat rasa saudaraku
Ah, bagusnya kalau jadi buku ini, Kak. Pengalaman selama menjadi kepala sekolah.
ReplyDeleteBaarakallahu fiik. In syaa Allah jadi amal jariyah ta'.
Iye sudah ada naskahnya tapi masih pikir-pikir dulu. Eh belum ada juga judul pasnya hehehe
DeleteMasya Allah..lamanya tawwa kiprahta' di dunia pendidikan di' kak. Semoga bisa selalu memberikan manfaat bagi orang lain. Aamiiin...
ReplyDeleteAaamiin ya rabbal alamin
DeleteSemangaaaattt itu patut ditiru. Terima kasih sudah berbagi pengalamannya Mba. Sangat bermanfaat.
ReplyDeleteAlhamdulillah, selagi masih diberi umur
DeleteJadi guru saja saya sudah ngos ngosan.. wdaw tidak terbayangkan ribetnya menjadi kepala sekolah. Tanggung jawab yang berat sekali pastinya. eh, tapi saya bukan guru yang menikam dari belakang lho yaa ehehe.
ReplyDeleteSalut dengan Bunda yang tetap berkiprah di dunia pendidikan. Semoga semakin sukses dengan buku solo nya kedepannya.
Jangan dong, tidak baik sama orang pengecut itu.
DeleteAamiin makasih doanya ya, doa yang sama untuk mbak.
JAdikan tulisannya bun, pasti akan banyak ilmu yang bisa dibagikan selama menjadi kepala sekolah. Biar saya puna ilmunya sebelum menjadi kepsek. Heheheh
ReplyDeleteInsya Allah, mau menata hati dulu wkwkwk
DeleteBaca tulisan Bunda, saya seakan-akan masuk ke dunia Kepala Sekolah. Salam sayang Bunda, saya guru juga, dan almarhum mertua saya dua-duanya dari dunia pendidikan, ada yang jadi kepala sekolah juga. Jadi pengingat saya juga, jangan meninggalkan jejak buruk. Barokallah Bunda
ReplyDeleteSalam sayang kembali, yuk menuai kebaikan agar dapat memetik kebaikan pula
DeletePengalaman yang luar biasa mak. Tapi mmg benar tetap jadi kepala sekolah maupun tidak kita tetap tak lepas dr pertanggungjawaban diri. Barakallah bajagia selalu di manapun berada ya...
ReplyDeleteMasyaAllah, Bun. Aku selalu salut sama orang-orang yang terjun di dunia pendidikan dan kesehatan. Buat aku, itu profesi yang sama sekali nggak mementingkan diri sendiri. Hidupnya adalah untuk orang banyak. Semoga senantiasa diberikan kesehatan agar dapat terus mengayomi ya, Bun.
ReplyDeleteAku juga sedang memperbaiki banyak hal di tahun 2020 ini. Semoga Allah lapangkan jalannya. Saling mendoakan ya, Bun.
Aamiin, kita saling mendoakan ya.
DeleteSalut kepada bunda yang bisa tetap santai biarpun ada anak buahnya yang bicara buruk di belakang. Semoga tetap menjadi kepala sekolah yang baik seterusnya.😃
ReplyDeleteSudah berhenti jadi Kepala Sekolah, kembali jadi guru🥰
Deletegado2 kehidupan, kenapa seperti gado2? krn berisi aneka sayuran yg kadang malas untuk diaduk agar bersatu. Tetap semangat & sujses terus ya Mba
ReplyDeleteAamiin.. Selalu suka dengan semangatnya Bunda. Terus saja Bun maju yang selama kita merasa berada dalam jalur yg benar insya Allah akan dibantu olehnya. Toh tidak mungkin kita menyenangkan setiap orang. Tetap semangaat
ReplyDeleteWahhh mantep nih jadi kepala sekolah, semoga pekerjaan yang saat ini dijalani tetap berjalan lancar, sukses selalu ya bu.. Dan tetap semangat untuk bisa membagi ilmu kepada penerus bangsa ini, sukses bu!
ReplyDeleteWaaaah pengalaman jadi kepala sekolahnya luar biasa Bu. Saya tahu itu bukan pekerjaan mudah. Membawahi banyak guru2 dengan bermacam karakter, murid2, blm lagi orangtuanya. Dulu pas msh sekolah, SMP kalo ga salah, saya sempet mikir sbnrnya apa tugas kepala sekolah. Dia ga mengajar, jarang kliatan :p. Tp setelah dewasa, aku jd tau, tugas mereka lebih berat drpd guru2nya. Dan bener kata ibu, sebagai pengajar, dr segi uang mungkin ga terlalu besar, tp pahala yang mengalir insyaallah ga akan putus sampai alam kubur.
ReplyDeleteBunda sayang... teruslah menjalani hodup Bunda sebagaimana Bunda inginkan dan harapkan. Pasti Bunda akan mendapatkan kebahagiaan hakiki di dalamnya. Celoteh kanan kiri itu biasa, yang penting Bunda hepi. Betul kan? Ihihi anak piyik ngasih koemnnya kebanyakan ya bun.. udah ah gitu aja takit kualat akumah... sehat selalu ya Bunda sayang.. God be with you!
ReplyDeleteSemoga ke depan semakin sukses bunda.
ReplyDeleteSpeechless. Kadang yuni pikir, cuma tulisan tak bermakna, belum tentu dibaca orang. Hingga kadang masa bodoh apakah nanti jika ada yang tak sengaja membacanya bisa mengerti alih-alih sakit hati.
ReplyDeleteAh, yuni butuh pembelajaran lebih. Semoga bisa lebih baik ke depan. Aamiin.
Benar. Sekecil apa pun tindakan kita, kelak akan dimintai pertanggung jawabannya.
DeleteSemoga betulan jadi buku nih pengalaman jadi KepSek. Sepuluh tahun lama juga kalau diingat-ingat. Kalau engga yaaa sebentar, cuma lewat...
ReplyDeleteJadi benar ya, semakin tinggi pohon angin yang menerpa juga makin gede. Menjadi orang biasa dengan amanah tingkat RT aja udah anginnya nggoyang terus, apalagi kepala sekolah. Untungnya Bunda Dawiah positif banget. Bisa melaluinya dengan bahagia, justru sangat produktif berkarya. Semoga dekade berikutnya semakin berkah ya, Bund. Amiin
ReplyDeleteBunda, saya bacanya sambil ngangguk-angguk nih...membenarkan apa yang Bunda tuliskan. Semangat terus ya, semoga lelah menjadi lillah, amanah yang diemban jadi berkah. Aamiin
ReplyDeleteMasya Allah bunda, barokallah... sudah satu dekade menjadi kepsek pasti banyak banget yang udah dilewati yaaa..... Dengannya kita akan makin tegar, dan benar untuk mengupayakan agar tidak meninggalkan jejak yang buruk. Tetap semangat bunda
ReplyDeletePengalaman Bunda luar biasa dan sangat menginspirasi.
ReplyDeleteSetiap jabatan pasti memiliki konsekwensinya masing-masing ya, ada yang suka ada juga yang tidak.
Benar kata Bunda, biarkan saja mereka berbicara apapun. Yang penting kita kerjakan yang terbaik karena semua kelak akan ada pertanggungjawabannya.
Terima kasih sudah mengingatkan. Satu dekade telah berlalu dan semoga apa-apa kebaikan yang telah kita lakukan dalam masa itu dapat terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Dan, apa-apa yang tidak baik, bisa kita tinggalkan.
ReplyDeleteBener bun, menuliskan apa saja yang sudah terjadi dan rencana 10 tahun ke depan itu penting banget, sebagai wujud syukur, dan pastinya biar ke depannya kita bisa lebih baik lagi.
ReplyDeleteSemoga selalu amanah memegang tanggung jawab sebagai kepala sekolah ya mb. Sabar saat ada masalah dan membero solusi terbaik buat anak didik dan para guru serta bijaksana. Aamiin
ReplyDeleteMashaAllah pengalamannya luar biasa bunda. Memang gak mudah ya jadi pemimpin, terus semangat ibu kepala sekolah. Semoga di tanganmu bermunculan generasi berintegritas :) Amin
ReplyDeleteMaasya Allah, ternyata jadi kepala sekolah itu ga mudah ya. Memimpin sekolah termasuk guru dan murid. Belum kalau nerima berita yang enggak mengenakkan ya, Bu. Ga kebayang gimana jungkir balik perasaan. Semoga Ibu sehat selalu agar bisa terus membersamai murid dan guru di sekolah
ReplyDeleteLuar biasa pengalamannya, Ibu. Pasti bangga saat anak didik mulai melangkah ke jenjang berikut, trs pas dijalan, masih disapa. Jadi guru memang pahlawan tanpa tanda jasa.
ReplyDeleteMashaa Allah, Bunda itu selalu memberiku inspirasi.
ReplyDeleteDinamika berprofesi memang selalu ada ya, Bun? Tapi itu enggak surut kan niat kita untuk selalu memperbaiki diri dan berbagi.
Sukses selalu ya Bunda sayang😍😘
Bunda itu salah satu editor favorit saya. Terima kasih selama ini menemani saya belajar menulis artikel dengan baik. Baca cerita bunda ini, bikin takjub. Semoga saya seberuntung bunda. Barakallah
ReplyDeletePengalamannya sangat berharga sekali ya kak untuk pribadi, sekaligus buat para pembaca blog ini
ReplyDeleteRenungan yang Jleb banget Bunda. Memang benar ya. 10 tahun itu bukan masa yang singkat, itu periode yang cukup panjang namun setelah berlalu kita pasti akan merasakan hal yang sama. Seoalah periode itu baru kita lewati kemarin.
ReplyDeleteBtw menjadi pemimpin memang nggam ya Bund. Banyak yang manis di depan tapi sinis di belakang. Biasalah, orang-orang hanya melihat apa yang kita hasilkan tanpa tahu proses yang sudah kita lewati. Btw nyinggung soal guru honerer jadi ingat waktu masih ngajar dengan status tersebut, hehe
Maaf bunda komentar saya ini banyak typonya ternyata. Saya perbaiki ya kata-kata yang typo, maksud saya
Delete*seolah
*nggak
*honorer
Satu dekade dilalui dengan penuh kerikil ya bunda. Tapi semuanya bukan halangan untuk maju.
ReplyDeleteSebagai blogger dan aktif di media sosial, meninggalkan jejak digital yang buruk itu akan kembali ke kitanya juga ya, jadi sebaiknya apa yang sudah diketik adalah hal yang bermanfaat buat orang banyak.
Semangatnya luar biasa, terima kasih telah berbagi pengalaman
ReplyDeleteMasya Allah. Tulisan sangat menarik dan pengalaman yang sangat menginspirasi..��
ReplyDeleteMasyaaAllah keren Bu Kepsek. Betul perjuangan guru InsyaaAllah akan berbuah banyak kelak di akhirat. InsyaaAallah. Btw saya orang Makassar, SMAnya terasa familiar, hehe. Kayaknya pernah kungjungin. Ibu nama skeolahnya apa?
ReplyDeletePernah jadi Kepsek di salah satu sekolah SMP swasta
DeleteMba, tulisan yang menginspirasi saya. Jangankan jadi kepala sekolah..
ReplyDeleteJadi ibu di rumah pun, nantinya saya akan ditanya bagaimana mendidik mereka (anak-anak) karena mereka adalah titipan yang diamanahkan pada saya. Kadang saya bentak kadang saya cubit. Tentu ini saja pun bikin saya cukup takut untuk menghadapi bab pertanggungjawaban.
Semangat ya Mba semoga kiprah di dunia pendidikan beramal jariyah kelak.. Aamiin
Masyaallah pengalamannya sungguh hebat bun, tak menyangka ada blogger dengan status kepala sekolah. seneng banget baca pengalamannya jadi banyak belajar. sukses selalu ya buun dan tetap menginspirasi.
ReplyDeleteWahh, bu kepsek.. semoga apa yg dilakukan selama 1 dekade itu tidak sia2 dan berkah. Semoga kedepan lebih baik dan baik terus ya
ReplyDeleteMenjadi pemimpin itu nggak gampang, tapi ibu berhasil menjalaninya selama 10 tahun. Biarkan orang lain dengan pikirannya masing-masing, ibu harus tetap semangat untuk kebaikan.
ReplyDeleteluar biasa renungan satu dekadenya
ReplyDeletemuhasabah diri memang penting untuk melihat kembali capaian untuk kemudian menjadi momentum perbaikan
Saya auto-smile mbak marda, pas yg bagian "tetap tampil modis walau dompet menipis, senyum manis padahal hati meringis"
ReplyDeleteHebat ya.. tetap bs bersabar meski gaji 3 bulan blm dibayar. Semoga Allah limpahkan rezeki yg barokah utk para guru honorer. Aamiin
Satu dekade saya? Hm... sepuluh tahun lalu umur saya baru 11 tahun, masih seorang anak dan sepertinya kebanyakan hidup saya masih dibayang-bayangi orangtua, kayaknya dekade berikutnya saya baru akan merenung, hehe. Tetap semangat terus bu untuk menjadi yang lebih baik
ReplyDeleteWaktu sepuluh tahun memang terasa lama, tapi memang bisa menjadi kosong kalau tidak diisi hal-hal bermanfaat. Sebagai Kepala Sekolah tentunya banyak hal bermanfaat yang sudah dilakukan,saya tahu kadang kala pasti terasa lelah, tapi tetap semangat,ya, Bu.
ReplyDeletekenangan indah itu memang tak terlupakan ya. apalagi kalau sudah diabadikan dalam bentuk tulisan. keren deh
ReplyDeleteWah, kebetulan saya belum pernah menuliskan tentang apa yang terjadi pada diri saya selama satu dekade ini. Saya hanya pernah menuliskan tentang perjalanan hidup saya selama tahun 2019 itu seperti apa. Kontemplasi satu dekade, sangat baik buat dilakukan nih. Bisa untuk bersyukur sekaligus koreksi serta evaluasi.
ReplyDeleteTulisannya bagus kok Bu, mengalir bagai bercerita dengan orang dekat. Renungannya itu bisa kami rasakan.
ReplyDeletekepsek masih bisa ngeblog..keren amat ya..hehe...salut deh ibu
ReplyDeletedengan pencapaian2nya
Tetap semangat bu, memang pemimpin itu tak mungkin bisa menyenangkan semua orang. Yang penting tetap berjalan di koridor yang benar sesuai dengan peraturan
ReplyDeleteJangan meninggalkan jejak buruk. Noted banget. Zaman aku diamanahi jabatan dulu, selalu berdoa, semoga tuntas tugas sampai selesai masanya, dan sehat. Soalnya sebelum-sebelum aku, jadi pada sakit. Semoga sehat selalu ya Bun...
ReplyDeletejadi kepala sekolah di suatu sekolah mungkin untuk orang lain sangatlah susah namun setelah saya baca bahwa ibu tetap semangat untuk memberikan yang terbaik bagi" anak Indonesia
ReplyDeleteKata pepatah, semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang berhembus, Bu Kepala Sekolah. Semoga segala kejelekan yang berhembus merupakan pertanda ujian dan menaikkan derajat sebagai manusia. Amiin.
ReplyDeleteBerat banget ya Mbak jadi pemimpin itu, konon ketika kita menjadi pemimpin, amanah itu sudah membuat satu kaki kita di syurga dan satu lagi di neraka. Tentang kemana kaki yang satunya akan membersamainya satunya lagi, tergantung dengan bagaimana kita menjalani amanah yang diberi. Semoga Allah tuntun Mbak menjadi pemimpin yang Dia redhoi.
ReplyDeleteTetap semangat bu kepala sekolah..berikan yang terbaik anggap pekerjaan adalah pelayanan kepada Tuhan #edisimenyemangatidirisendirijuga
ReplyDeleteSemangattttt mbak, pantang menyerah selalu memberika yang terbaik untuk sekolah yah bu...
ReplyDeleteSemoga apa yang selama ini kita lakukan adalah yang terbaik. Amin
ReplyDeleteMasyaAllah.. diberi amanat menjadi kepala sekolah itu memang tidak mudah. Tapi kata seorang kawan, amanat tidak akan salah pilih tuannya. Semangat terus..
ReplyDelete