Selama bulan Mei tahun ini, baru satu tulisan yang berhasil saya selesaikan dan posting di blog.
Tidak
ada ide Marimar!
Ah,
itu hanya alasan, karena sebenarnya ide berseliweran
dimana-mana.
Hanya
butuh kekuatan jiwa untuk mengeksekusinya.
Butuh kemampuan menantang diri, semampu
apa kamu, eh saya, menghalau segala
godaan, agar ide yang menari-nari di kepala itu bisa ditangkap lalu
menceburkannya ke dalam kolam kata-kata, membentuk kalimat-kalimat lalu menjadi
satu tulisan yang pantas dibaca orang.
Jadi
tidak ada alasan tidak ada ide.
Tsaa!
Sebenarnya
saya mau curhat pemirsa, tapi bingung. Curahan hati itu, sebaiknya saya lampiaskan,
eh tuliskan di mana?
Mau “nyampah” di
medsos, ah malu. Nanti
ada yang berkata dan berpikir, “ini kok sudah
bau tanah masih bertingkah seperti kanak-kanak.”
Bisa-bisa sayalah yang menjadi penyebab orang lain
melakukan dosa, alhasil saya kecipratan dosa juga jadinya.
Nah, daripada
curhatan itu jadi penyebab orang lain berdosa, terus nulisnya juga
setengah-setengah, maka sekalian saja saya
tuliskan di sini.
Curhatan jadi dan blog sayapun terselamatkan dari sarang laba-laba.
Rencana yang Gagal
Tiga
bulan sebelum Ramadan, saya sudah berniat melakukan banyak hal sehubungan
dengan aktivitas di dalam bulan penuh rahmat ini. Saya menuliskannya secara
rinci, apa saja yang akan saya lakukan sekaligus tidak lakukan.
Namun
rencana manusia tak selamanya sejalan dengan ketentuan Allah Swt. Beberapa rencana batal
diteruskan, diganti dengan rencana lain karena sesuatu dan lain hal.
Ada
juga rencana yang telah dijalankan, tetapi berhenti di tengah jalan sebelum tuntas.
Sebaliknya
pekerjaan, kegiatan, dan kebiasaan yang saya niatkan tidak akan saya lakukan, justru berjalan
lancar bagaikan jalan tol, bebas hambatan.
Ah, mengerjakan
sesuatu yang buruk dan sia-sia ternyata jauh lebih gampang dibandingkan
mengerjakan hal baik dan bermanfaat.
Tergoda Medsos
Saya
sudah berjanji, sekesal apapun hati, tak akan menuliskannya di akun media
sosial saya. Ternyata saya gagal pemirsa.
Sepekan
memasuki bulan Ramadan, manakan curhat tentang keadaannya yang tidak nyaman di suatu tempat. Tidak
langsung ke saya sebenarnya, tetapi melalui cerita dan tulisan-tulisannya yang
dia bagikan di media sosialnya, saya bisa menangkap, bahwa ada sesuatu yang
tidak beres dengan keadaannya.
Maka
jadilah saya si bunda yang kepo, cari tahu apa sebenarnya yang terjadi. Tetapi
ia tak sedikitpun mau cerita.
Hingga
suatu hari, ia minggat dari rumah itu, pulang ke rumah orang tuanya yang
notabene adalah adik saya. Yang namanya minggat, tentu saja tidak ada
manis-manisnya.
Pergi
meninggalkan cita-cita yang sekian lama ia perjuangkan dengan keringat dan air
mata. Meninggalkan pekerjaan, di mana di situ ia gantungkan harapannya agar
bisa melanjutkan kuliah dengan tekad belajar mandiri.
Saya rasa,
tindakan nekadnya itu karena ada hal yang sangat menyesakkan dada.
Singkat
cerita, semuanya terungkap. Mendengarnya bercerita, melihat matanya yang
sembab, anak dan ibu bertangisan telah membobol pertahanan saya.
Tak
tahu bagaimana cara membelanya, mungkin wejangan
saja tak cukup, maka curhatannya di
media sosial saya tanggapi. Berusaha menghibur dan sedikit marah lalu nyerempet-nyerempet
menyinggung pihak pelaku.
Namun
apa yang terjadi?
Bukannya
ada penyesalan, malahan kemarahan semakin membabi buta. Anak usia 18 tahun
ditekan, dicemooh, dan dibully habis-habisan oleh orang terdekatnya,
sungguh suatu perbuatan yang tidak pantas.
Alhamdulillah,
ia kuat. Sungguh sangat kuat, karena di balik kesedihannya ia bisa tertawa dan
terus aktif. Walau saya tahu, kalau itu adalah usahanya membunuh duka.
Namun
demikian, saya lega karena sudah membantunya meng-up curhatannya hingga dilihat dan ditanggapi pihak sana. Paling tidak, mereka tahu kalau manakan saya
itu tidak sendiri.
Ia masih memiliki saya yang siap mendukungnya, paling tidak saya siap menjadi telinga dan mulutnya.
Ia masih memiliki saya yang siap mendukungnya, paling tidak saya siap menjadi telinga dan mulutnya.
Namun saya sedikit menyesal, telah “nyampah” di medsos. Maafkan pemirsa, semoga
kalian tidak melihatnya, heuuu…🙏
Penyakit Menunda Waktu
“Demi waktu duha (ketika matahari naik
sepenggalan), dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan
engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu ….” (Qs. Ad-Duha: 1-3).
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
(Qs. Al-asr).
“Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada
waktu senja, demi malam dan apa yang diselubunginya, demi bulan apabila jadi
purnama, sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan). Maka
mengapa mereka tidak beriman?” (Qs: 17-20).
Ketiga
ayat dalam Alquran di atas adalah sebahagian sumpah Allah Swt atas nama waktu. Saya
yang fakir dalam ilmu agama ini, bolehlah berpendapat bahwa, waktu adalah hal
yang sangat penting untuk diperhatikan, terlihat betapa Allah Swt memperingatkan
hamba-Nya dengan bersumpah atas nama waktu.
Tak
dinyana, saya seringkali terlena hingga kadang tidak disiplin menggunakan
waktu.
Rencananya
mau menulis tapi melirik ke tumpukan pakaian yang mau dirapikan.
Ah,
nanti sajalah nulisnya, selesaikan dulu lipatan pakaian ini. Sejurus kemudian, saya
duduk di depan pakaian yang bertumpuk sambil meraih telepon genggam.
Mau periksa
watshApp dulu ah, siapa tahu ada
pemberitahuan penting dari kerabat. Terus berlanjut ke facebook, lalu ke instagram,
terus ke telegram, teruuus begitu.
Waktu
terus berjalan, ternyata sudah hampir dua jam berselancar di dunia maya sambil duduk
di depan pakaian yang melambai-lambai.
Alamak!
Jadinya
saya tidak menulis, tidak pula mengerjakan pekerjaan domestik.
Menyesal?
Tak
ada gunanya, waktu tak pernah mau mengalah.
Untungnya Saya Ibu Rumah Tangga
Sebagai
ibu yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan kelangsungan kehidupan
dapur, maka patutlah saya bersyukur. Karena selama bulan Ramadan, suka tidak
suka, mau tidak mau, saya harus bangun pada dini hari untuk mempersiapkan makan
sahur.
Maka
di situlah keuntungan seorang ibu seperti saya.
Saat
menunggu matangnya nasi, saya bisa nyambi menyelesaikan setrikaan.
Sambil
menanti subuh usai sahur, saya bisa menulis.
Alhamdulillah, naskah untuk antologi cerita anak beres dikirim ke email PJ-nya. Lega.
Saya tidak menyesal-menyesal amatlah jadinya.
Demikianlah
curahan hati saya. Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga tetap sehat hingga
terlahir fitri kembali.
Saya sendiri, isi blog ku curahan hati kak. Lebih jujur malah isinya karena dari kata hati, bukan katadia. Teruslah curhat kak.
ReplyDeleteToss ki pale Dek, hehehe...
DeleteSaya koq sedih baca soal anak 18 tahun, berasa flash back. Semoga semua selesai dengan baik ya Kak. Semoga waktu bisa menjawabnya
ReplyDeleteAamiin. Saya berusaha mendekati dia, secara ia memang sangat dekat dan suka cerita banyak hal ke saya.
DeleteCurhat di medsos memang bahaya, Bunda. Banyak yang tanya, komen, atau bersimpati tapi jangan terlalu ditanggapi karena biasa orang cuman kepo doank. Hehe...
ReplyDeleteMending curhat di blog, bisa dibumbui sedikit bahasanya, biar lebih apik. Jadi deh satu tulisan!
Nah inilah hasilnya, blogku nda jadi sarang laba-laba, hehehe...
DeleteSamma bun, saya pun sering curhat di blog juga, biar blogku selalu rame, hehehe
DeleteKalau curhat di medsos itu bisa buka aib sendiri..kalau curhat ringan dan lucu2an ,mungkin biasa,,tapi kalau curhat masalah internal ,seputar family biasanya lebih banyak mengundang dampak negatif..
ReplyDeleteBetul sekali, makanya saya berusaha tahan jari-jari ini sekuat menahan puasa hehehe
DeleteSalut deh sama bunda, ide cerita sprti ini pun bisa dikembangkan dan enak dibaca. Sejujurnya, sy pun dilanda menunda waktu skrg huhu, sekali ada di zona nyaman kok ssh banget keluarnya yah
ReplyDeletePenyakit kebanyakan manusia itu di... nunda waktu, harus diberantas. Yuk semangat melawan godaan syetan.
DeleteSaya sekarang jarang nyetatus sih Bun. Tapi kepoin timeline orang mah tetep. Duh kan...
ReplyDeleteSemoga menakan Bunda cepat ada solusinya.
Saya juga sih, kecuali ada hal yang mendesak. Daaan kita sama, suka kepoin timeline orang
DeleteLhaah ini kok seperti jadi curhatan saya ehehe.. rencana ini itu eh malah masih kadang tergoda notifikasi masuk. Sebentar ah buka hape dulu, tapi terus sekalian ngecek ig dulu kah sekalian ngecek telegram truss gitu deh. Sosmed memang kalau kita kurang waspada dikit aja jadi melenakan, apalagi kalau jadi sampai dibuly seperti menakan mbak.
ReplyDeleteSemoga cepat clear ya mbak masalah menakannya itu. ikut prihatin
Aamiin. Makasih ya mbak sudah ninggalin jejak.
DeleteSepakat, Bu. Saya juga lebih memilih blog untuk nyampah daripada medsos (eh, tapi beberapa kali juga kecolongan,ji...). Kusuka simbiosi mutualisme. Galau hilang, blog pun terisi
ReplyDeleteSama bun gak bunda doang kok. Tergoda sama medsos kalo udah buka sekali ehh malah lupa waktu terus-terusan aja berselancar didunia maya. Kalo udah mentok ide justru curhatan itu yang paling ampuh bun bikin semangat buat nulis hehe. Selamat menjalankan puasa juga bun. Sehat dan lancar terus
ReplyDeleteSaya juga punya prinsip klo mau nulis ya apapun yang ada di benak kita ya bisa jadi bahan tulisan. Karena jadi konten kreator juga penulis, bahannya cuma dari apa yang didengar, apa yang dilihat, dan apa yang dirasakan. Hehe.
ReplyDeletesama mba.. ku juga kadang ada banyak ide berseliweran tapi kok mau nulisnya males-malesan. huhu..
ReplyDeletecurhat bisa banget mba jadi ide tulisan. blog ku juga isinya kebanyakan curhatan.. hehe
Bundaaa ... Tulisanku di blog beberapa hari yang lalu itu juga curhatan. Sudah mencoba mengemasnya dengan sedemikian rupa. Biar yang membaca nggak merasa menjadi keranjang sampah. Dan semoga memang nggak, yaaa ... Hihihi ...
ReplyDeleteEmak-emak mah bebas Bun... mau nulis kapan aja bole, selama tugas utamanya beres hehehe. Saya juga gitu kok yang pentinf hepi, keluarga keurus, kerjaan kepegang. Gitu aja.. yekaaaan? Salam sayang ya Bun... sehat selalu
ReplyDeleteSaya lama nggak buka facebook, jadi kelewat curhatannya nih, Bun. Semoga ponakannya baik-baik saja sekarang, ya. Selamat menjalankan puasa Ramadhan ��
ReplyDeleteMei ini saya juga sepi postingan, BUnd. Bukan gak ada ide, tapi lagi males aja dan lebih menikmati waktu sama anak-anak. Nggak tahu nanti kalau gas pol di pertengahan bulan. Biasanya saya suka gitu sih, kalau udah mau habis bulan baru kejar-kejaran, hehehe
ReplyDeleteWah, memang idealnya kita yang harus bisa atur waktu, bukan waktu mengatur kita, minimal sudah ada perencanaan, Alhamdulillah
ReplyDeleteSeneng baca curhatan Bunda
ReplyDeleteSelamat , naskah untuk antologi cerita anak beres dikirim ke email PJ-nya.
Barakallah
Saya pernah mengalaminya, Bund.
ReplyDeleteDalam sebulan cuma sedikit postingan. Yang 'merampas' waktu saya biasanya adalah menonton film :) Kadang memang saya niatkan untuk rileks sejenak, sih. Eh ternyata berjenak-jenak.
Setelah dipikir-pikir, ide menulis memang bisa dari mana saja, kok. Sebaiknya memang tidak menunda-nunda dan dicicil sedikit demi sedikit. Self reminder buat saya juga, nih :)
Curhatan berfaedah ini mah, Bunda. Hehehe...
ReplyDeleteTulisan berupa curhatan atau tidak bagi saya sah saja bun. Yang penting ada hikmah yang bisa dipetik.
Semoga segera ada solusi ya tentang keponakannya.
ide menulis emang dari mana aja dan kapan aja yah bunda. ini juga bisa jadi tempat curhat yang paling ampuh dan senangnya jika banyak yang respon. semoga ada solusi yah bun
ReplyDeleteDuh, saya banget nih Bund. Ide banyak berseliweran di kepala, pengen nulis tapi gak fokus gara-gara sambil nulis sambil asyik berselancar di medsos,
ReplyDeleteBtw soal curhat, saya juga lebih suka curcolnya di blog saja tapi. Tulisan saya juga kebanyakan hasil curcol nih Bund tapi hanya selingan saja sih,