Tulisan ini pernah saya ikutkan lomba pada ulang tahun IIDN,
alhamdulillah menang, sekalipun bukan juara 1, atau 2, bahkan 3.
Dan saya bangga telah menuliskan ini, karena telah berhasil menyuarakan
hati para perempuan. Terlebih lagi berhasil menang dan berhak mendapatkan
kiriman hadiah.
Selembar kain batik adalah bukti kemenangan itu.
Selembar kain batik adalah bukti kemenangan itu.
Sumber gambar: Pixabay |
Perempuan Baik, Indonesia Lebih Baik
Selama kurang lebih 30 tahun menjadi guru, telah memberi saya kesempatan bertemu,
berbicara bahkan mendengarkan curahan hati ibu-ibu, orang tua siswa saya.
Dari mereka saya banyak belajar tentang hidup, banyak mendengar informasi
tentang kerasnya kehidupan yang mereka jalani dan dari mereka pula saya melihat banyak penderitaan,
kekhawatiran sekaligus rasa tidak percaya diri bahkan cenderung pesimis tentang
masa depannya.
Karenanya saya mencoba menuliskan curahan hati mereka agar dapat dijadikan salah
satu alasan, bahwa Indonesia bisa lebih
baik apabila perempuannya baik, karena saya sangat yakin, bahwa di tangan
perempuanlah Indonesia bisa lebih baik.
Perempuan yang akan melukis negara ini dengan garis-garis ketegasannya,
sehingga anak-anaknya juga tegas melawan segala godaan yang akan menjerumuskan
mereka ke dalam kenistaan.
Perempuan yang akan melukis dan menggoreskan sapuan halus dengan kuas cinta agar anaknya menjadi lebih perasa,
lebih halus budi pekertinya. Dia pula yang akan menumpahkan cat segala warna
pada kanvas kehidupan anaknya sehingga hidup anak-anaknya lebih berwarna dan
dinamis.
Namun demikian untuk menciptakan perempuan-perempuan hebat, yang tegas
tetapi lembut, yang perasa namun dinamis, diperlukan alasan dan berbagai sarana
agar mereka dapat menunaikan tugas mulianya.
Bahagiakan Perempuan
Percaya atau tidak, di Indonesia masih banyak ditemukan kasus perempuan
yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT, Perlakuan KDRT itu, bukan hanya karena dipukul, disiksa
fisiknya melainkan siksaan lain berupa siksaan pada jiwanya dan perasaanya.
Masih banyak ditemukan, laki-laki sebagai kepala rumah tangga justru
melimpahkan tanggung jawabnya kepada istrinya. Sifat keegoisan laki-laki yang
menyerahkan seluruh tanggung jawabnya untuk membina dan mendidik anaknya tanpa
mau berkontribusi dalam mengayomi anak
mereka.
Bahkan beberapa di antaranya ditinggalkan oleh suami disebabkan oleh
berbagai hal, ditinggalkan dalam kesusahan ditambah dengan tanggung jawab
memelihara dan membesarkan anak.
Bagaimana mungkin Indonesia bisa lebih baik jika perempuan terutama ibu
tidak bahagia.
Bukankah perempuan adalah multitalenta, ia bisa berperan sebagai ibu,
dokter, guru, asisten rumah tangga yang mengerjakan segala jenis pekerjaan
rumah, mulai jadi tukang masak, tukang cuci, bahkan jadi tukang bersih-bersih.
Bahagaikanlah Perempuan!
Jika perempuan bahagia, maka siapapun akan takjub dengan kekuatan yang dimilikinya.
Pelayanan Kesehatan Prima
Indonesia akan lebih baik apabila kesehatan setiap rakyatnya terpelihara,
terutama perempuan.
Tahukah pemirsa, masih banyak rakyat Indonesia yang mendapatkan pelayanan kesehatan buruk.
Mereka diperlakukan tidak nyaman karena kurang mampu membayar. Dimulai
ketika akan melahirkan di rumah sakit bersalin. Mereka akan mendapatkan pelayanan berbeda antara pasien umum dengan
pasien yang mengandalkan kartu BPJS.
Tidak berhenti sampai di situ, pemilik kartu BPJS atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial juga rupanya berstarata dan berkelas-kelas.
Semakin sedikit iuran yang dibayar oleh
pengguna maka akan semakin rendah pula kelasnya.
Semakin rendah
kelasnya maka pelayanan kesehatan yang
diterima juga akan semakin minim.
Bayangkanlah,
seorang ibu yang melahirkan dengan kondisi seperti di atas, akan mendapatkan
pelayanan kesehatan minim, maka alih-alih mendapatkan perawatan prima agar ibu
dan anaknya sehat malah mendapatkan perlakuan sebaliknya.
Singkatnya,
pelayanan kesehatan di negara yang kita cintai ini belum merata untuk semua
rakyatnya. Bahkan beberapa kasus, adanya seseorang yang tidak selamat jiwanya
karena ditolak oleh rumah sakit, tentu saja dengan berbagai alasan.
Maka jaminlah
kesehatan seluruh rakyat Indonesia, apabila mereka sehat maka mereka akan
berkarya. Terutama kaum perempuan. Kalau perempuan, ibu sehat, maka akan
melahirkan generasi yang sehat pula.
Sumber gambar: Pixabay |
Pemahaman yang Salah pada Program Pendidikan Gratis
Beberapa daerah di Indonesia menggunakan pendidikan gratis sebagai bahan
“jualan” pada saat pemilihan kepala daerah atau PILKADA, sejauh ini memang
ampuh.
Namun pernahkah mereka memikirkan dampaknya?
Tidak dipungkiri, pendidikan gratis memang cukup membantu, tetapi
beberapa masyarakat sering kebablasan memandang
pendidikan gratis itu, sehingga menganggap semua kebutuhan pendidikan
anaknya adalah gratis.
Bagi orang tua yang mengerti tentang pentingnya pendidikan, biasanya
secara sukarela menyiapkan segala keperluan pendidikan anaknya, tetapi
bagaimana dengan sebahagian orang tua lainnya, yang memandang pendidikan hanya
sekedar mendapatkan selembar ijazah semata, mereka dengan entengnya menyerahkan
sepenuhnya kepada sekolah.
Mereka seakan tidak mau tahu, bahwa belajar baik di sekolah atau di mana
saja tentu memerlukan dana, baik untuk kesediaan buku-buku pelajarannya maupun
peralatan belajarnya.
Bukan program pendidikan gratis yang salah, melainkan cara mensosialisasikannya
yang tidak benar. Sebaiknya pemerintah menjelaskan, bahwa pendidikan gratis
hanya untuk membiayai beberapa komponen saja dari seluruh pembiayaan sekolah,
tetapi kesediaan buku pelajaran bagi anaknya, adalah tetap menjadi tanggung
jawab orang tua.
Perempuan Harus Cerdas
Perempuan harus cerdas, ini adalah harga mati bagi bangsa Indonesia jika
ingin lebih baik. Bukankah sudah sering kita dengar istilah, bahwa perempuan adalah
tiang negara.
Diibaratkan jika sebuah bangunan yang memiliki tiang rapuh, maka sudah
dipastikan bangunan itu tidak akan bertahan lama.
Demikian pula suatu negara.
Demikian pula suatu negara.
Jika ibu tidak cerdas maka pendampingan terhadap putra-putrinya juga
tidak cerdas, akibatnya hanya akan menghasilkan keturunan yang tidak cerdas, dan akan menghasilkan generasi yang lemah.
Maka bimbinglah kaum perempuan, biarkan dia menghabiskan waktu luangnya
untuk belajar, agar dapat menjadi ibu cerdas dengan harapan generasi yang lahir
dari rahim ibu cerdas akan menghasilkan keturunan yang cerdas.
Bukan hanya itu, seorang ibu yang cerdas akan menangani setiap problem
kehidupannya dengan bijak dan cerdas.
Marilah wahai perempuan-perempuan Indonesia!
Benahi dirimu dengan ilmu,
kuatkan jiwamu dengan iman, haluskan budimu dengan akhlak.
Sadarilah, di tanganmu
akan lahir generasi penerus yang akan menjadikan Indonesia lebih baik.