Suatu
hari seorang petugas KBHI datang mengantarkan surat panggilan mengikuti manasik
haji. Sontak undangan itu membuat kami
bahagia, seketika itu juga saya sujud syukur.
Kalau
sudah dapat undangan manasik, itu berarti nomor porsi haji kami sudah keluar. Sesaat
kemudian, saya berpikir, “kenapa begitu cepat undangan manasik hajinya yah?
Musim haji masih lama, bulan Ramadan saja belum tiba.”
Saya
menjadi ragu, jangan-jangan ini penipuan.
Esoknya
saya ke kantor Departemen Agama, bagian urusan haji dan umroh. Di sana saya
mendapatkan informasi, bahwa nomor porsi saya, suami, dan mama memang sudah
keluar, hanya saja surat keputusan resminya belum terbit.
Alhamdulillah.
Penantian kami selama 9 tahun akhirnya akan segera terwujud.
Maka
sejak saat itu, saya melakukan persiapan-persiapan.
Sahabat
pembaca!
Berikut
ini saya tuliskan beberapa persiapan yang saya lakukan juga beberapa saran
sesuai yang saya alami selama menunaikan ibadah haji. Semoga bermanfaat,
terutama bagi sahabat yang akan menunaikan ibadah haji.
Persiapan Awal
Setelah
yakin nomor porsi haji kami sudah keluar, hal pertama yang saya lakukan adalah mengecek saldo tabungan haji. Walaupun sejak
awal mendaftar sebagai calon jemaah haji 9 tahun lalu, saya rutin menabung ke
rekening tabungan haji, namun sangat penting mengecek jumlahnya untuk
mengantisipasi saat pelunasan, sekaligus memastikan berapa biaya pelunasan ONH
tahun berjalan.
Terdapat
dua jenis ongkos naik haji, yakni ongkos naik haji (ONH) reguler dengan ONH
Plus. Perbedaannya terletak pada harga, fasilitas, dan nomor antrian.
Calon
jemaah haji yang memilih ONH Plus dikenakan biaya lebih tinggi, karena fasilitas hotel yang lebih baik dan lebih
dekat ke lokasi-lokasi prosesi haji. Selain itu, nomor antrian lebih cepat dan
masa tinggal di Arab Saudi lebih cepat.
Sedangkan
calon jemaah haji reguler, masa penantian keberangkatannya lebih lama, bisa sampai puluhan tahun.
Fasilitas hotel lebih jauh dari lokasi prosesi haji, dan masa tinggal di Arab
Saudi lebih lama.
Karenanya
biaya setoran awalnya juga berbeda. Jika
ONH reguler cukup menyetor Rp. 25.000.000 untuk mendapatkan nomor porsi,
maka ONH Plus jauh lebih besar.
Ongkos
naik haji berbeda-beda tergantung dari
daerah embarkasi dan domisili calon jemaah haji. Misalnya, calon jemaah haji
yang berangkat dari daerah Indonesia Barat ongkosnya berbeda dengan calon jemaah yang berangkat
dari daerah Indonesia Timur. Tergantung dari zona berdasarkan ketentuan yang diterbitkan
oleh Kementerian Agama.
Untuk
tahun ini, kami yang berangkat dari embarkasi Sultan Hasanuddin Ujung Pandang,
dikenakan biaya sebesar Rp. 39.207.741,-
Berarti sisa pelunasannya adalah Rp. 14.089.881,- dikurangi dari setoran awal
sebesar Rp. 25.000.000
Persiapan Dokumen Haji
Persiapan
yang tak kalah pentingnya adalah mengurus dokumen yang berhubungan dengan
penyelenggaran ibadah haji.
Setelah
surat keputusan tentang daftar nama calon jemaah haji terbit, maka calon jemaah
haji segera melakukan pelunasan di
bank. Kebetulan tempat kami dulu menyetorkan ongkos naik haji saat pendaftaran
awal adalah di Bank Mandiri Syariah, maka pelunasannya juga kembali ke bank
tersebut.
Langkah
berikutnya yang kami lakukan adalah membuat
paspor. Sistem pengurusan paspor dilakukan dua cara, pertama
mendaftar secara online untuk mendapatkan nomor antrian dan kedua, mendatangi
Kantor Imigrasi untuk proses akhir.
Jangan
lupa melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan, seperti Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Kartu Keluarga (KK), Akta Kelahiran atau Ijazah terakhir, Surat Nikah
bagi yang telah menikah, dan surat tanda bukti setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).
Setelah
paspor terbit, kami segera melapor ke kantor Departemen Agama untuk mendapatkan
visa.
Alhamdulillah,
semua urusan dimudahkan oleh Allah Swt. Yang katanya pengurusannya ribet,
ternyata mudah dan lancar. Pegawai Depag Bidang Haji dan Umroh cukup kooperatif melayani calon jemaah haji.
Persiapan Fisik
Sehubungan
dengan persiapan fisik, maka sebaiknya carilah informasi tentang keadaan atau
prakiraan cuaca di Tanah Suci saat musim haji tiba.
Tahun ini
diinformasikan bahwa suhu di Tanah Suci
pada saat musim haji diperkirakan akan mencapai 500C. Maka sangat
penting melakukan persiapan diri dalam menjaga kesehatan dan kebugaran yang
prima.
Pemerintah
sudah mengantisipasi hal tersebut dengan
melakukan pembinaan dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bekerjasama dengan Puskesmas Kecamatan.
Pertama
Pemeriksaan kesehatan awal dilakukan di Puskesmas terdekat. Biasanya
yang diperiksa adalah tekanan darah, kesehatan jantung. Semua pemeriksaan di
Puskesmas tidak berbayar.
Kedua
Pemeriksaan lanjutan di rumah sakit rujukan
Puskesmas. Untuk calon jemaah haji Makassar dirujuk ke Rumah Sakit Haji. Di
sini, pemeriksaan kesehatan lengkap. Mulai mengecek gula darah, asam urat,
kolesterol hingga foto rontgen. Dan, alhamdulillah pemeriksaan di Rumah Sakit
ini berbayar 😅
Ketiga
Pelayanan suntik vaksin miningitis. Biasanya
kembali ke Puskesmas terdekat. Sebaiknya calon jemaah haji melakukan pula
suntik vaksin influensa, untuk mencegah penyakit influensa dan penyakit yang
menyertainya, seperti batuk, flu, dan sebagainya.
Setelah
semua proses pemeriksaan kesehatan selesai, jangan lupa mengambil kartu rekam
jejak pemeriksaan kesehatan, karena itulah nanti yang akan selalu dipakai saat
berada di Arab Saudi.
|
Koleksi pribadi |
Persiapan Perlengkapan
Berhubung
kami adalah calon jemaah haji reguler, maka kami akan berada di tanah suci
selama kurang lebih 40 hari. Itu berarti dibutuhkan perlengkapan yang cukup
banyak.
Langkah
awal yang saya lakukan adalah, membuat daftar perlengkapan yang paling dibutuhkan saat berada di tanah suci. Mulai dari pakaian, obat-obatan, makanan, dan
sebagainya.
Selain
pakaian seragam nasional yang disiapkan pemerintah, maka sangat penting
memperhatikan jenis bahan pakaian yang disesuaikan dengan kondisi dan cuaca di
tanah suci.
Pilihlah
pakaian yang nyaman dipakai saat cuaca panas, misalnya pakaian yang berbahan
dasar katun sehingga bisa menyerap keringat dengan baik. Pemilihan warna
pakaian juga penting, agar tidak terlalu mencolok. Tidak transparan (tidak
tipis dan ketat).
Berikut
ini adalah perlengkapan pakaian yang saya
siapkan.
- Baju ihram
sebanyak 3 pasang, dengan pertimbangan, 1 pasang dipakai saat melaksanakan
umroh wajib, 1 pasang dipakai saat wukuf di Arafah dan satu lagi dipakai saat
mabit di Musdalifah.
- Gaun
panjang 3 lembar, saya sarankan jangan membawa gaun lebih dari 5 lembar agar
kopor tidak berat. Di hotel terdapat beberapa
mesin cuci yang bisa digunakan, juga ada tempat menjemur, jadi pakaian bisa
dipakai berulang.
- Celana
panjang 2 lembar, digunakan sebagai celana dalaman.
- Kaus kaki
bisa lebih dari 5 pasang. Berhubung saya malas mencuci kaus kaki, maka saya
bawa lebih dari 5 pasang.
- Kerudung
panjang 3 lembar yang bisa berfungsi juga sebagai mukena, dengan catatan kerudung dari pasangan
pakaian ihram bisa juga digunakan.
- Pakaian
dalam 5 pasang
- Daster 3 lembar
Selain
perlengkapan pakaian, saya juga menyiapkan perlengkapan harian, seperti:
gantungan baju, penjepit jemuran, tali jemuran, gunting kecil (digunakan untuk
tahallul), alat tulis, buku agenda (digunakan untuk menulis catatan penting
selama dalam perjalana atau daftar nama titipan yang mau didoakan), sendal,
sepatu kets, kacamata riben (ini sangat penting untuk menangkal teriknya sinar
matahari), peralatan mandi, dan pembalut
yang saya gunakan sebagai pengganti pantyliner.
Bagi anda yang masih mengalami haid,
sebaiknya membawa pembalut yang disesuaikan dengan kebiasaan lamanya masa haid.
Tak
lupa pula saya siapkan peralatan ibadah, berupa mukena, Al Qur’an, dan sajadah
kecil. Sedangkan buku doa-doa dan petunjuk ibadah haji disiapkan oleh Depag dan
diterima saat pelunasan ONH.
Tak
kalah pentingnya, adalah peralatan badan. Saya menyiapkan krim tabir surya,
pelembab wajah dan badan, pelembab bibir, serta deodoran.
Sedangkan
obat-obatan, saya menyiapkan sirup herbal tolak angin yang cukup banyak,
vitamin, dan obat tetes mata (saya bergantung kepada obat tetes mata ini
sebagai pelembab mata saya yang kering).
Sahabat
yang menderita penyakit tertentu, tentu menyiapkan obatnya sejak dari tanah air.
Seperti mama saya, beliau mengonsumsi obat osteoporosis, maka semua obatnya
dibawa dan melaporkan sebelumnya ke Puskesmas tempat pemeriksaan kesehatan
beliau.
Tambahan
saran, jangan lupa membawa makanan ringan, mi instan, kopi, susu saset, detergen, garam, gula pasir (bagi
peminum teh atau kopi), dan makanan yang tahan lama.
Sebenarnya
semua kebutuhan harian, obat-obatan, dan makanan ringan tersedia di tanah suci,
hanya saja harganya sangat tidak bersahabat. Mata uang kita seakan tak bernilai.
Contohnya
nih, garam sesendok harganya 2 rial yang senilai Rp. 8000,. Apa tidak bikin hati
nelangsa?😓
Kalau
saya sih iya, hehehe….
Persiapan
Mental
Perlukah
menyiapkan mental?
Sahabat,
tidak bisa dipungkiri bahwa ibadah haji adalah ibadah yang “mahal.” Bukan saja
karena membutuhkan biaya yang cukup tinggi, tapi membutuhkan kesabaran akan
penantian yang lama.
Selain
itu, ibadah haji adalah ibadah yang sulit dan melelahkan.
Karenanya
banyak calon jemaah haji menuliskan wasiat kepada keluarganya sebelum
berangkat. Dan, kenyataannya, betapa banyak jemaah haji yang tidak kembali ke
tanah air karena ajalnya tiba saat menunaikan ibadah haji.
Rukun
Islam kelima ini memang eksklusif. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw.
Tidak akan tegak hari
kiamat kecuali sudah tidak ada orang lagi yang berhaji (tidak ada lagi yang
datang menuju Ka’bah Allah Subhanahu Wa Taala. (HR. Al-Bukhari No 1593)
Walaupun
ibadah haji termasuk ibadah yang eksklusif, bukan berarti calon jemaah boleh
berbangga hati. Justru di situlah dibutuhkan kerendahan hati juga kesabaran
dalam menjalaninya.
Siapkan
mental dengan melatih kesabaran dari godaan setan yang akan menjerumuskan ke
dalam sifat bangga dan kesombongan.
Siapkan mental kuat agar tidak gampang menyerah dalam melaksanakan semua
rukun haji.
Persiapan
Ilmu
Dan,
kunci dari semua persiapan tersebut adalah kesiapan ilmu. Belajar dan ikutilah manasik haji agar dalam
pelaksanaan ibadah haji mendapatkan pahala.
Jangan berlebihan dalam beribadah agar tidak menjadi bid’ah apalagi cenderung menjadi syirik.
Demikian,
semoga bermanfaat.