Assalamualaikum
sahabat.
Baca
judul di atas jangan langsung salah menduga yah? Dikiranya saya sudah pensiun
jadi mau curhat. Padahal belum, tetapi curhatnya memang iya. Hahaha …
Saya mau membagi cerita tentang teman yang sudah pensiun, lebih tepatnya hasil perbincangan saya dengan mereka. Disimak yah…
Pensiunan Pertama
“Bagaimana
kabar-ta setelah memasuki masa
pensiun?” Saya memulai percakapan sambil menatap matanya yang kuyu.
“Begini-mi ini kalau sudah tua maki, muncul semua-mi penyakit.” Jawabnya, dengan nada pilu.
“
Sakit apa-ki?” kembali saya tanya
dengan menyentuh bahunya.
“
Sakit hati” Jawabnya ketus.
Beuh
…. Rada-radanya mau curhat nih teman saya. Okelah , saya ladeni sok perhatian,
aslinya kepo.
“Kenapa-ki sakit hati, sama siapa?”
“Sama
semuanya. Sama suami yang makin rajin olahraga dan saya ditinggal di rumah, sama anak-anak, masa
saya dijadikan baby sitter ..
bla..bla..”
Beberapa
menit saya jadi pendengar setia sambil membayangkan bagaimana dan apa yang akan
saya lakukan saat saya pensiun.
Belajar
dari curhatan teman tersebut, saya berpikir bahwa, kalau pensiun itu tiba maka saya akan lebih
rajin berolahraga. Suami teman saya itu rajin banget olahraga kan, bedanya saya
akan mengajak Ayangbeb ikutan olahraga. Jangan sampai Beliau sakit hati kalau
saya tinggal dan sehat sendiri, hahahaha… Kenyataannya sekarang Beliau lebih
rajin olahraga.
Tidak mau jadi baby sitter ah.. Tapi saya juga pingin gendong-gendong cucu. Sesekali boleh lah 😃 |
Pensiunan kedua
Saat
antri di salah satu bank, saya bertemu lagi dengan teman yang juga sudah
pensiun. Terjadi lagi perbincangan seperti berikut ini.
“Masya
Allah, ibu masih segar setelah sekian lama pensiun. Bagi resepnya Bu.” Saya
jujur mengatakan itu. Terlihat dari matanya yang cerah dan senyumnya yang
semringah. Lumayan kan dapat resep untuk persiapan pensiun.
“Alhamdulillah
Dek. Rahasianya gampang-ji, jangan
lupa bahagia.” Jawab Beliau enteng.
“Apa
kegiatan-ta sekarang?” mencoba
mengulik.
Lupakan kataJangan Lupa Bahagia. Sudah basi.
Lupakan kata
“Setiap
terima uang pensiun saya keliling ke rumah anak-anak saya. Pekan pertama saya
ke rumah anak sulung, pekan kedua ke rumah adiknya, pekan ketiga ke rumah
sibungsu dan pekan keempat kembali ke rumah, luluran, panggil tukang pijit, siram-siram bunga, dan
sebagainya.” Cerita si Ibu sangat bersemangat.
Wuii…. Bagus juga nih resepnya.
Wuii…. Bagus juga nih resepnya.
“Berdua-ki sama bapaknya jalan?” Ingat kalau
Beliau masih bersama suami.
“Tidak,
dia di rumah-ji. Malas-ki pergi-pergi.” Katanya sedikit ketus.
“
Oooo…”
Pensiunan ketiga
Lain
lagi cerita teman yang baru pensiun lima
tahun terakhir.
“Setelah
pensiun, apa kegiatan Ibu?”
“Oh
banyaaak.” Jawabnya antusias.
“Apa
saja Bu.” Saya tak kalah antusiasnya.
“Saya
ikut majlis taklim setiap akhir pekan, ikut senam jantung dua kali sepekan,
saya juga merajut bersama kelompok ibu-ibu RT.”
Wow
saya terpukau!
“Apalagi
kegiatannya Bu?” Masa cuma tiga kegiatan itu dibilang banyak.
Nyinyir saya
dalam hati.
“Saya
juga rajin ke salon, yaah hanya sebulan sekali. Tiap Sabtu malam saya
jalan-jalan ke Mall dan makan-makan dengan teman kelompok ibu-ibu pensiun.”
“Bersama
suami Bu?” Tetep kepoin kabar suaminya.
“Suami
saya kan sudah almarhum.” Jawabnya sendu.
“Maaf
Bu, saya tidak tahu.” Menyesal tanyakan itu.
“Tidak
apa-apa, tapi walaupun suami sudah tiada masih ada anak-anak saya yang selalu
datang ke rumah, tidak setiap hari tapi mereka bergantian datang.”
“Ibu
merawat cucu?” Tanya saya lagi. Membayangkan Beliau jadi baby sitter.
“Tidak.
Malas urus cucu. Anak saya datang sendiri, hanya mengantarkan uang belanja
karena uang pensiunan saya tidak cukup.”
Kalau
tiap akhir pekan jalan ke Mall, belanja dan makan-makan. Terus ke salon tiap bulan, uang pensiun manalah cukup Bu. Batin saya,
tidak berani bilang ke Beliau takut ditabok, hiiii …😃
Pensiunan keempat
Bapak
yang satu ini lumayan istimewa, fisiknya masih bugar, masih mengajar di salah
satu sekolah swasta, dan masih rajin ikut kegiatan-kegiatan lainnya.
“Apa
kabar Pak, saya lihat Bapak masih aktif mengajar.”
“Alhamdulillah
sehat, itu-ji kutahu mengajar Dek.”
Jawabnya dengan senyum dikulum.
“Bersyukur-ki masih bisa mengajar dan terutama
masih sehat.”
“Yah
begitulah, saya masih ada tanggungan, istri masih menuntut gaji seperti waktu
saya masih aktif. Sebenarnya saya sudah lelah tapi mau apalagi terpaksa cari
sekolah swasta yang masih mau menerima pensiunan seperti saya.”
Kasihan
juga bapak ini, mengajar karena terpaksa saja.
“Kenapa
bapak tidak menggunakan uang pensiunnya untuk berbisnis misalnya.” Sok-sok kasi
solusi.
“Uang
pensiunan saya sudah habis, SK sudah digadaikan di bank untuk ambil kredit
jangka panjang.
“Untuk
apa Pak ambil uang kredit.”
“Untuk
biaya pesta anak saya.” Bisiknya pilu.
Asli
bengong!
Tuing
… tuing … tuing
Pensiunan kelima
Saya
melihat teman satu ini biasa-biasa saja. Kesehariannya di rumah seperti ibu-ibu
pada umumnya, beres-beres rumah, merawat bunga, ke pasar, masak dan duduk-duduk
di teras membaca sambil minum teh.
Santai sekali hidupnya, paling tidak itu yang saya lihat.
Mau tanya-tanya ah.
Santai sekali hidupnya, paling tidak itu yang saya lihat.
Mau tanya-tanya ah.
“Assalamualaikum
Bu, bunganya segar semua.” Basa-basi biar tidak dicurigai.
“Waalaikumsalam.
Segar karena selalu saya rawat.” Jawabnya datar.
“Dari
dulu ibu suka merawat bunga di?”
“Oh
tidak, mana ada waktu. Pergi pagi pulang sore. Sampai di rumah urus anak-anak,
suami dan sebagainya.” Jawabnya cepat.
“Jadi
ibu merawat bunga setelah ibu pensiun?”
“Tidak
juga.” Mukanya tiba-tiba muram.
Nah loh…nah loh…
Nah loh…nah loh…
“Saya
merawat bunga setelah melewati tiga tahun pensiun. Tahun pertama pensiun saya
stres, tahun kedua saya sakit-sakitan, tahun ketiga saya menjadi langganan
psikiater. Lalu psikiater itu manyarankan agar saya mencari kegiatan yang
bermanfaat. Nah, ini-mi yang saya
lakukan.”
Saya
termangu mendengarnya.
“Maaf
Bu, apakah sebelum pensiun tidak melakukan persiapan apa-apa?”
“Persiapan
apa Dek? Saya terlalu sibuk di kantor dan urus keluarga. Saya mengupayakan
segalanya agar suami dan anak-anak bahagia dan tercukupi semua kebutuhannya.”
Beliau menggeser duduknya, badannya tegak dan sorot matanya terlihat tajam.
Apakah
ia menyesal telah melakukan semuanya.
Entahlah.
Entahlah.
“Maaf Bu, apakah ibu menikmati kegiatan ibu
sekarang ini.”
“Saya
hanya berusaha menikmatinya Dek, tidak tahu melakukan apa lagi. Tunggu ajal
saja, kapan datang menjemput.” Jawabnya pasrah.
“Kalau
adek lihat saya duduk minum teh, itu saya lakukan sambil mengenang masa-masa
kesibukan saya.” Katanya lagi. Masih dengan nada pasrah.
Saya menelan ludah.
Pahit.
Insya
Allah Desember 2024 saya memasuki masa pensiun, pensiun jadi guru di sekolah.
Semoga umur saya panjang sehingga bisa menikmati masa pensiun itu.
Tetapi
saya hanya pensiun di sekolah, selebihnya saya akan terus bekerja dan mengajar
di tempat lain.
Woiii …. Kamu sudah tuir Dawiah!
Woiii …. Kamu sudah tuir Dawiah!
Siapa
bilang?
Selama
masih hidup “usia” saya akan terus muda dan bergelora. Itu prinsip yang baru
saya canangkan 10 tahun terakhir. Pede amat.
Emang
pedelah, namanya juga harapan.
Pensiun
itu kan hanya istilah yang diberikan kepada para pekerja yang sudah selesai
masa kerjanya. Setiap profesi berbeda-beda masa kerjanya sehingga berbeda pula
usia pegawainya saat memasuki masa pensiun.
Masa
kerja yang dimaksudkan di sini adalah masa kerja di suatu instansi tertentu dan
diikat dengan Surat Keputusan (SK). Karenanya tidak berarti yang pensiun sudah
harus berhenti bekerja dan melakukan aktivitas.
Misalnya,
saya guru dan akan pensiun jadi guru di sekolah pemerintahan. Namun bukan
berarti saya harus berhenti jadi guru, berhenti mengajar dan mendidik.
Masih ada tempat lain, cara lain, media lain untuk tetap menjadi guru dan mengajar. Saya juga akan terus menulis, ngeblog dan terutama membaca.Termasuk membaca
jiwamu, heuu…
Masih ada tempat lain, cara lain, media lain untuk tetap menjadi guru dan mengajar. Saya juga akan terus menulis, ngeblog dan terutama membaca.
Kok
bisa?
Bisalah!
Apa yang tidak bisa di zaman digital kini.
Menurut
saya, selama masih ada waktu maka persiapkanlah masa pensiun itu dengan
sebaik-baiknya. Dari segi materi, waktu, dan terutama mental.
Jangan habiskan seluruh waktumu demi mengejar pemenuhan finansial keluarga. Kalau urusan uang, pastilah tidak akan ada cukupnya.
Berikan waktu khusus untuk diri sendiri, istilah sekarang me time gitu.
Lakukan
kegiatan yang bermanfaat dan bisa berguna di masa yang akan datang. Misalnya
mengasah keterampilan menulis, keterampilan kerajinan, dan keterampilan
lainnya.
Mudakan jiwamu dengan tetap bergaul dengan yang muda-muda.
Itu saya hihihi … bergaul dengan blogger-blogger muda agar saya bisa menangkap jiwa mudanya.Jangan malu berdekatan dan bergaul dengan mereka asal tidak malu-maluin saja.
Kalau sahabat pembaca, apa tipsnya nih dalam rangka menyambut masa pensiun atau masa tua nanti.
Kasi tanggapannya di kolom komentar yah.
harus dinikmati , karena akan memberikan kebahagiaan aklau dinikmati , yang penting sehat dan punya kegiatan positif
ReplyDeleteIyah Mbak, yang penting bahagia dan sehat.
DeleteSodaraku setelah pensiun jadi traveler bersama suaminya keliling dunia.
ReplyDeleteWuiis mantap banget itu Mbak. Berarti tabungan harus ditambah lagi nih biar ada modalnya, hehehe
DeleteAku tetep sih setuju dengan ibu yg bilang jangan lupa berbahagia itu
ReplyDeleteIya sih. Cuman penasaran saja bagaimana bentuk atau caranya bahagia. Thanks ya
DeleteSetelah pensiun memang sepertinya harus tetap ada aktivitas. Mamah dan almarhumah mamah mertua tetap aktif. Saat ditanya alasannya supaya gak cepat pikun hehehe. Begitupun dengan papah saya. Setelah pensiun sempat kayak kurang bersemangat. Alhamdulillah ada yang menawarkan kerja kembali. Jadi papah kembali terlihat semangat
ReplyDeleteNah itu dia, pikun.
DeleteSemoga kita tetap sehat dan semangat ya
Bunda hampir sebaya kakak pertama saya ya, dia guru SMP dan pensiun 2023 nanti..
ReplyDeleteSemangat mempersiapkan masa pensiun dengan semangat tetap bermanfaat serta menebar kebaikan untuk sesama ya Bunda
Yah semangat, bersyukur dan bersabar. Titip salam sama kakaknya Mbak Dian
DeleteKeren bunda, banyak sudut pandang.. Sungguh menginspirasi��
ReplyDeleteBundaaaa nanti kalau pensiun fokus nulid aja sambil ngeluarin buku lagi hee aaaminnn. Semoga umur kita panjang dan berkah ya bun
ReplyDeleteInsya Allah, semoga sehat. Aamiin
Deleteaku pernah nulis nih Bun pengalaman ortu (bapak) yang menghadapi masa pensiun. Kalau gak salah judul artikelku " Mencegah post power syndrom". Alhamdulillah Bapak sudah pensiun sejak 2001, satu tahun lebih cepat dari seharusnya karena beliau merasa sudah siap. Di usia 75 tahun ini bapak juga masih mengajar Bahasa Jawa di sma swasta, tapi bukan karena tuntutan dari ibu hihihi...
ReplyDeleteMasya Allah!
DeleteSudah usia 75 tahun masih berkarya. Salamin ya sama beliau.
semua orang punya pilihan hidup yang beda beda trgantung tujuan hidup masing-masing, apapun itu yang penting dijalani dengan bahagia dan bersyukur
ReplyDeleteSetujuuu. Intinya tetap bersyukur
Delete2024 ya?? masih tuaan bapak saya, mbak. hehehe
ReplyDeletekalau bapak saya insya Allah 3 th lagi pensiun... yaa gak jauh beda lah yaa cuma selisih 2 th wkwkw
Semoga bapaknya Mbak tetap sehat dan bahagia. Aamiin
DeleteOrtuku juga udah pensiun. Baca cwrota di postingan ini ada yang mirip2 juga nih salah satunya ke rumah anak2nya gantian. Kadanv mamaku juga aktif di pengajian
ReplyDeleteYang penting ortunya sehat dan bahagia. Salam takzim ya sama Beliau.
DeleteAduh kasian ya kalau uang buat pensiun dan lain lain habis hanya untuk biaya pesta anaknya :(. Aku sedih deh. Harusnya anaknya yang nyiapin ya biar ortu jalanin pensiun dengan bahagia
ReplyDeleteYaa begitulah sebagian orang Mbak terlalu memaksakan diri, padahal bisa sajakan pesta nikahnya disederhanakan saja.
DeleteKalau tentara suka ada MPP, Mbak. MPP itu Masa Persiapan Pensiun. Biar nggak kaget saja pas udah pensiun. Dulu alm Bapak pernah bercita-cita kalau pensiun pengen angon bebek tapi ternyata Allah tidak menghendaki kami punya rumah di desa, jadi susah buat angon bebek, hehehe.
ReplyDeleteIya penting banget itu MPP, apalagi tentara kan pensiunnya lebih cepat dari guru (60 tahun).
DeleteBelum terlintas di benakku tentang pensiun. Yang terlintas di benakku cuma sedang mengejar mimpiku sebelum bertambahnya usiaku.
ReplyDeleteBu Dawiah, keren ih. Aku suka tulisannya. Aku suka bu Dawiah dengan semangat mudanya 😊
ReplyDeleteAku jadi teringat cerita teman. Katanya kalau sudah tua, dia dan suami mau menikmati jerih payah mereka dengan menikmati hidup..anak2 disuruh mandiri aja. Tapi bukan berarti mereka gak menikmati hidup saat ini lho. Mungkin harus seperti itu juga 😊
Kedua orangtuaku juga pensiunan Bu, mereka Alhamdulillah bahagia jarang sakit. Bapak sejak pensiun suka ke sawah meskipun enggak kerja cuma mengawasi yg kerja bantu di sawah.
ReplyDeleteIbu juga suka bercocok tanam di rumah. Ada banyak sayuran dan buah-buahan hasil tanaman ibu.
Enggak jadi baby sister wong cucunya yg dekat cuma anak saya. Dulu waktu kecil meski di rumah eyangnya tetap ada si embak yang momong.
Kalau enggak ada anak saya sepi di rumah. Melihat kedua orangtuaku sehat di masa pensiun itu membahagiakan.
Ahh bunda mah keren, jowa mida bingits. Hehehe.. sehat terosss ya Bundsaay... ����
ReplyDeleteBaca semua kisah para pensiunan di atas kok bikin sedih yaa ... Eh kalo irt seperti saya ada masa pendiun nggak ya?��
ReplyDeleteHampir sama maki umurta dengan umurku di. Sama juga suka main sm yang muda-muda. Setuju hidup itu hrs ada me time nya sekali waktu. Dan itu harus seimbang dgn family time, biar hidup jd berwarna dan semangat, hehe...
ReplyDeleteAda yang mirip kisah mertuaku. Kalau ibuku emang wiraswasta sih,jadi ya udah biasa kadang gak ada orderan. Tapi anyway, ibuku masih rajin menjahit atau bercocok tanam. kadang juga bikin kue. Kalau mertua emang jarang, jadi skrg lebih banyak kumpul teman pengajian. Ceritanya seru Mbak, menambah wawasan banget.
ReplyDeleteHarus mempersiapkan diri dengan baik untuk masa pensiun. Baik keuangan. Maupun juga aktivitas. Wah kalo aktivitas sih banyak banget yg ingin kulakukan. Mudahan juga uangnya nanti cukup. Nabung dari skrg. Hehe
ReplyDeletemiris yg pensiunan ke4 sk sudah digade buat pesta anaknya :( pelajaran banget nih kalau sekiranya ga ada jangan maksain kasian ortunya duh
ReplyDeleteMasa pensiun bersama blogger kece, byk teman, ilmu, serasa blm pensiun. Terima kasih teman2
ReplyDeleteSemoga semakin berkah waktu-waktunya ketika nanti . Aku jadi ingat cara mengambil uang pensiunan almarhum Ayahk. Dulu buat aku melanjutkan kuliah, semoga kegiatan semakin bermanfaat nanti ya Mbak setelah pensiun nanti
ReplyDeleteBeragam hal yg bisa dilakukan saat pensiun y bu
ReplyDeleteSalut buat semua pensiunan produktif
Saya sendiri nanti bayangin gimana y
Anak pasti dah besar xixixi
Salut banget sama Mba, masih produktif dan terus menginspirasi. Semangat dan sehat selalu mba :)
ReplyDeleteMacam2 dii pengalaman pensiun temanta.
ReplyDeleteMasa tua atau pensiun memang harus disiapkan, termasuk misal yg rencana mau resign dan jadi full time di rumah harusmi betul2 siap sebelum ajukan resign itu. Krna klo sdh terbiasa kerja, sibuk dsbnya trus tiba2 di rumah kerjakan kerjaan yg berulang "itu-itu ji saja" bisa jadi kayak temanta yg kelima itu. Weeww!
Semangaaat Mak, masih ada 6 tahunan lagii dii :)
Bunda, koq saya jadi miris ya baca cerita-cerita tentang orang pensiun di atas, sepertinya gak ada enak-enaknya :(
ReplyDeleteNgeblog atau menulis emang jadi salah satu hobi yang bisa jadi kegiatan utama kita di masa pensiun nanti. Otak tetap terasah, jiwa tetap berkembang dan Insya Allah bisa menghasilkan fulus juga.
Balik tulisan ini lagi...
DeleteYang penting tetap optimis dan selalu semangat jelang masa pensiun ya, bunda ��
Saya enggak kepikiran pensiun mau apa mba, wong sekarang aja udah jadi ibu rumah tangga hehehee... Baru 2 bulan ini sih resign dan alhamdulillah menikmati.
ReplyDeleteIbu saya yang pensiunan guru dulu mengambil pensiun awal karena mau merawat bapak yang sakit parah. Hingga usia 75 ini ibu tampak jauh lebih muda dari usia sebenarnya. Banyak sekali kegiatan khas manula yang beliau ikuti. Saya senang sekali melihat beliau sehat dan penuh semangat meski udah pensiun. Dengan melihat ibu saya, saya yakin, masa pensiun bukanlah hal yang layak ditakuti. ;)
Sejua masa memang harusnya dj nikmati ya kak dan saya belajar dari Papa saya , beliau menikmati masa pensiun dengan melkukan hobi yang tidak pernah ia lakukan semasa kerja.
ReplyDeletePengen kalau udah tua bisa banyak ibadah dan aktif di kajian dan kegiatan sosial
ReplyDeleteceritanya seru sekali bu. Tiap orang menyikapi pensiun dengan cara yang beda ya bu. Kalau tips dari saya, usahakan selalu menyibukkan diri dengan hal-hal positif. Saya punya tante yang mirip dengan cerita no.5. Dia tidak mempersiapkan diri untuk masa pensiun akhirnya dia stress di rumah karena biasanya tiap hari mengajar di sekolah. Selamat menyambut pensiun bu. Sehat terus ya.
ReplyDeleteAku justru mengajukan resign waktu usia 47 karena ingin pensiun dini. Niatnya jadi fulltime blogger, bisa hadir ketika ada undangan pada hari kerja. Karena aku yakin, dengan banyak baca, menulis, semoga kita nggak cepat pikun.
ReplyDeleteKalo ibuku dan ibu meetme, punya kegiatan masing-masing jadi tetep bahagia meski udah pensiun. Apalagi bumerku tuh orangnya ngga bisa diam. Adaa aja yang dikerjakan, jadi usia 78 masih sehat kesana kemari dan jadi pemimpin pengajian
Kakak sepupuku baru saja ambil pensiun setelah tiga anaknya lulus kuliah dan dapat kerja. Sekarang dia dan istrinya sibuk keliling Indonesia berdua dg tabungan semasa kerja dulu. Life goals aku banget itu :)
ReplyDeleteKalau jadi blogger nggak ada istilah pensiun ya mbak selama masih suka menulis dan aktif menulis dan Alhamdulillah rezeki mengikuti
ReplyDeleteseru juga ya baca cerita para pensiunan di atas. semoga hari tua semakin bermanfaat utk dunia dan akhirat. amiin.
ReplyDeleteBapak rahimahullah juga begini, mba...
ReplyDeletePas awal-awal pensiun itu memang berat. MPP yaa...istilahnya.
Bapak jadi mudah marah.
Tapi lewat setahun - dua tahun pertama, alhamdulillah...
Belajar dari pengalaman orang lain ya mba, jd dirimu bisa lebih mempersiapkan masa pensiun dg baik. Walau gk benar2 pensiun krn dirimu berencana utk terus mengajar hehe. Semoga sehat terus mbaa
ReplyDeleteKalau dari pengamatan saya, kalau sudah terbiasa sibuk, setelah pensiun sebaiknya tetap sibuk dengan kegiatan lain. Itulah kenapa punya hobi yang positif itu penting. Karena kalau setelah pensiun langsung stop atau kurang kegiatan, biasanya itu akan memicu depresi, atau pikun. Cmiiw.
ReplyDeleteTerima kasih ulasannya. Walau sudah pensiun, tetap harus beraktivitas ya, supaya selalu sehat.
ReplyDeleteSa suka sama Ibu pensiunan yang sebulan sekali ke salon, tiap minggu nge mall. Ya walaupun uangnya habis tapi setidaknya dia bisa menikmatinya. Setelah puluhan tahun bekerja untuk keluarga, apa salahnya menikmati uang pensiun dengan bersenang2. He he he
ReplyDeletemama mertuaku baru pensiun bulan agustus kemarin. Kegiatannya setelah pensiun ini adalah jalan-jalan kemana ia mau pergi sambil sesekali ke kebun memetik buah jambu mente yang kebetulan sedang lebat berbuah :)
ReplyDeleteKalo alm. papaku, setelah pensiun beliau berkebun untuk mengisi hari-harinya :)
Kalau ke orangtua atau ke om om ku yg maumi dekat masa pensiunnya, kami kami yg selalu datang ke mereka buat nimbrung bersama2 menggali personal branding apa yg bs beliau2 lanjutkan untuk dilakukan, berkebun kah, bertani kah, beternak jualan sapi kah dll dll , kita yg anak keponakan bantu support atau bantu tekhnisnya biar mereka gak galau tawwa heheh
ReplyDeleteJadi teringat percakapan sama mami yang tahun depan sudah masuk masuk masa pensiun. Sempat ngomong juga seperti nanti mami jaga anak ku kalau saya kerja. Terus mamiku jawab, mami mo urus bunga saja karena memang dirumah banyak bunga. hahahahaha
ReplyDeleteMauka tozz sama mamita hehehe... Masa merawat anak terus tawwa, lebih baikmi merawat bunga
DeleteAda baiknua jauh sblm masa pensiun sudah dipersiapkan kegiatan saat pensiun nanti, contohnya berkebun, bertani, usaha2, araupun jadi blogger senior hahahaa
ReplyDeleteJadi bloger senior mo saya de, biar mami senior dari segi usiaji.
Deletelangusngka kepikiran bgm klo maceku pensiun nnati, soalny tahun ini sudah mau pensiun. jd kepikiran kira-kira kegiatan-kegiatan apa yg bisa sy sarankan ke beliau klo pensiun nanti biar, sehat mental jasmani rohani, mmm
ReplyDeleteAjak bicara Beliau, tanyakan apa yang menarik hatinya. Semoga ibuta sehat dan bahagia.
Deletemirisnya itu yang pensiunan keempat. semoga anaknya tidak lupa ji pada orang tuanya. sehat-sehat ki terus Kak, biar selalu jadi guru bagi kamu yang lahir belakangan ini.
ReplyDeleteiya kasian miris betul. Semoga saya dan suami bisa menikmati pensiun dengan bahagia. Aaamiin.
DeleteBaca ini langsung ingat abah ku,. Maumi pensiun... Orangnya aktif sekali. Langsung ka khawaatir kalau pulang ke mks nanti. Harus disiapkan memang masa masa pensiun itu :') terima kasih bundaa. Tulisannya sukak dan sangat menyadarkan :)
ReplyDeletePasti sudahmi napersiapkan itu abah ta. Kalau orang aktif begitu insya Allah banyakmi persiapannya. Semoga abahta sehat terus.
DeleteMertuaku juga pensiunan guru bunda, sekarang dia punya kerjaan baru yang menyenangkan yaitu jalan-jalan sama cucunya kalo abis terima pensiun hihi...
ReplyDeleteAtau pergi jalan-jalan sama suaminya ke luar kota berdua-dua gitu. Sehat-sehat terus bunda...Love!
Alhamdulillah, senangku dengarki mertuata suka jalan-jalan berdua-dua. Aamiin.
DeleteHmmm pensiun ya?
ReplyDeleteKayaknya masih jauh sih, tapi untuk orang dengan pekerjaan seperti saya apa iya masih ada istilah pensiun? Hahaha
Saya maunya kalau sudah jadi senior citizen ya nanti jalan-jalan saja, terus menulis hasil jalan-jalan itu hihi.
Menulis itumi juga harapanku Daeng, biar terhindar dari penyakit pikun.
DeleteKepengen juga gini, nanti di masa pensi pengen ke luar negri, mengekspos tempat2 yg menjadi impian selama ini (mimpi dlu gpp kan kak heheh)
Deletemertuaku mi ini kena sindrom pensiun, bingung mau bikin apa di rumah
ReplyDeleteKedua orang tua saya sudah pensiun. Dulu sempat drop pada masa awal karena terbiasa sibuk tiba-tiba ndak ada kegiatan. Alhamdulillah seiring dengan berjalannya waktu sudah mulaimi menemukan ritme dan sudah mulai ikut-ikut kegiatan orang-orang yang pensiun.
ReplyDeleteAlhamdulillah bisa berkenalan dengan kakak adalah anugerah. Saya bisa belajar banyak karena kita semua akan menuju waktu dan keadaan yang sama.
ReplyDeleteSelalu berbagi dan tetap semangat 🤗
Pertama kali kenal Bunda Wiah di grup AM kirain masih umur 20 atau 30-an, apalagi pas baca tulisan2nya di blog ini,
ReplyDeleteNggak nyangka ternyata Bunda seusia mama saya tapi dari tulisan2nya emang gaul banget. Ya, umur boleh tua tapi jiwa harus tetap muda ya Bund😊
Saya tidak pernah bekerja sih bunda jadi dak mungkin merasakan kegalauan masa pensiun. Saya juga orangnya pemalesan senangnya santai-santai dan hidup damai hehehe... Semoga di masa pensiun nanti bunda menemukan kebahagiaannya sendiri 😊
ReplyDeleteUntuk yang biasa bekerja sejak muda, pensiun kadang jadi menakutkan karena sudah tidak tahu mau ngapain haha. Ibu saya malah masih mau ngajar walau sudah umur 74 tahun. Alasannya, sakit kalau diam di rumah -_-"
ReplyDeleteBapakku juga pensiunan guru, salah satu aktivitasnya yg sa ingat dulu temanika belajar baca. Suka sekali membacakan buku atau mendongeng sebelum tidur. Yang palinggg dinanti kalau pulang terima gajin pensiun, pasti Ada buku2 Dan majalah dibelikanki
ReplyDeletePaceku sekarang pensiunmi dirumahji saja. nunggu anak sama cucu na datang.
ReplyDeletesemangaat bunda
inspiratif bgt kak ceritanya
ReplyDeleteliat ibuku pensiun kayaknya bahagia2 aja. kadang siram2 bunga, banyak berbagi ke sesama, kadang ngunjungin anak cucu hehehe
semoga kita juga tua juga berada dalam damai dan bahagia ya