Tujuh tahun lalu, saat aku
pindah dari rumah lama ke rumah yang sekarang kutempati, tiba-tiba kesadaran
itu muncul kalau aku mengalami perubahan peristiwa yang berbeda setiap tujuh
tahun. Aku menyebutnya sebagai lompatan peristiwa.
Tujuh tahun berada dalam
suatu tempat lalu pindah ke tempat lain dan tujuh tahun kemudian pindah lagi ke tempat
lain, dan tujuh tahun berikutnya pindah lagi ke tempat yang baru. Empat
kali tujuh tahun berada di tempat yang berbeda. Mungkinkah tujuh tahun
kemudian aku pindah lagi?
Mungkin ke dunia lain?
Wallahualam Bissawab.
Ajaibnya, proses perubahan
dalam kurun waktu tujuh tahun itu bukan hanya soal pindah
tempat saja, tetapi juga perubahan tempat kerja, perubahan kebiasaan, perubahan
pola pikir, dan perubahan perasaan.
Uniknya lagi setiap tujuh
tahun aku merasa déjà vu, sehingga aku merasa tidak asing lagi dengan peristiwa
yang kualami. Aku mau memberikan nama
atas setiap peristiwa itu dengan kata HIJRAH.
Sekalipun kata HIJRAH lebih
umum dikenal sebagai peristiwa pindahnya
Nabi Muhammad saw bersama sebagian pengikutnya dari Mekah ke Medinah
demi menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy. Tetapi bukankah HIJRAH
itu bisa juga diartikan sebagai berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu
dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu. Bisa saja alasan itu karena ingin berada di
tempat yang lebih baik, atau bisa jadi karena ingin mengubah kebiasaan buruk
menjadi kebiasaan yang baik.
Hijrah, kuartikan juga
sebagai meninggalkan perangai buruk
menuju sikap yang lebih baik, meninggalkan hati yang kotor ke hati yang lebih bersih. Bahkan aku artikan hijrah itu sebagai
meninggalkan lingkungan pergaulan atau komunitas
yang buruk menuju lingkungan dan
komunitas yang baik. Meninggalkan
sesuatu yang membuatku sakit menuju sesuatu yang bisa menjadikanku lebih
sehat. Sehat rohani dan jasmani.
Tujuh Tahun Pertama
Tanpa sengaja aku membuka
sebuah dompet, di dalamnya kutemukan sebuah benda berbentuk segiempat. Benda
itu dibungkus kain putih yang dililiti
benang hitam. Rasa penasaran mendorongku untuk membuka benda itu. Lilitan
benang hitam kugunting dengan hati-hati lalu kubuka kain pembungkus benda itu
helai demi helai hingga pada helai terakhir. Terlihat ada semacam kertas foto
ukuran 4 x 6 tetapi tanpa gambar.
Oh, rupanya itu memang dua
lembar kertas foto yang disematkan satu sama lain dengan menggunakan benang
putih. Kedua foto itu disatukan dengan
menghadap-hadapkan gambarnya sehingga yang terlihat hanya kertas putih bagian
belakang foto.
Perlahan-lahan aku mengurai
benang putih hingga kedua foto terlepas.
Astagfirullah!
Salah satu foto itu adalah
fotoku dan foto lainnya adalah foto laki-laki yang sangat aku kenal. Diam-diam aku mengambil
fotoku, kumasukkan ke dalam dompetku sedangkan foto laki-laki itu aku
sobek-sobek lalu kubuang ke dalam kloset.
Itulah terakhir kali aku
menginjakkan kaki di rumahnya. Aku tak
tahu, apakah ada hubungan antara kloset
yang busuk dengan foto yang kubuang di dalamnya. Sebab setelahnya, aku memandang orang dalam foto yang kubuang itu
seakan melihat kloset.
Sama busuknya dan
menjijikkan!
Peristiwa itulah yang
mengawali tujuh tahun pertamaku dalam
sakit yang ajaib.
Mengapa kusebut ajaib?
Sebab sakit itu tidak dapat
didiagnosa dokter sehingga tidak ada satu reseppun yang bisa dituliskannya
untukku. Dua kali tujuh tahun, aku “menikmati” penyakit unik itu. Kadang datang
menyerang disaat aku terlelap sehingga tidurku terganggu. Terkadang muncul saat
aku tertawa senang menyebabkan tawaku terhenti berganti tangis memilukan. Sungguh,
masa itu adalah masa yang berat dan menyiksa.
Namun aku meyakini janji
Allah dalam kitab suciku.
“Kami tidak membebani seseorang
melainkan menurut kesanggupannya, dan pada Kami ada suatu catatan yang
menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).”
(QS: Al-Mu’minun; 62).
Keyakinan itulah yang
menjadikanku sanggup memikulnya, buktinya aku masih berdiri tegak hingga kini.
Aku bisa melampauinya dengan melakukan banyak hal baik dalam hidupku.
Dua kali tujuh tahun
bukanlah waktu yang singkat, namun saat melompati tahun ke-15 dan seterusnya
hingga kini, masa itu sudah tak terasa. Bahkan aku cenderung lupa jika di masa
lalu aku pernah mengalaminya.
Itu kisahku, rekam jejak
dalam kehidupanku. Menjadi kenangan yang tak mungkin terhapus begitu saja.
Namun aku tak perlu mengenangnya terlalu dalam. Cukuplah kulirik sejenak
sebagai pengingat agar arah yang akan kutempuh tidak membentur sesuatu. Bagaikan
kaca spion yang hanya dilirik sejenak dan sekedarnya saja.
Seperti kata para leluhur, setiap kesalahan yang dilakukan orang lain
terhadap diri kita pastilah akibat dari perbuatan kita sendiri, atau ada
peristiwa “resonansi” antara kita dan orang tersebut. Bisa jadi yang kualami
itu adalah buah dari perbuatanku juga yang tidak kusadari.
Semoga setiap rekam jejak yang
buruk dan tidak baik dapat ditimpa oleh rekam jejak lainnya yang lebih baik.
Ibarat file yang salah kemudian dihapus lalu ditimpa dengan revisi file lainnya. Walaupun tidak sesederhana itu.
Setidaknya setiap kesalahan
dapat diampuni lalu ditutupi dengan kebaikan, maka kuyakini itulah hijrahku
yang pertama.
Memaafkan dan melupakan.
To be continued …
iya bunda. Memaafkan akan mempermuda masa depan
ReplyDeleteBetul sekali. Terima kasih ya...
DeleteTerbawa perasaan membacanya,, benar,, Tuhan memberikan ujian yang pasti umat-Nya mampu untuk menghadapi..
ReplyDeleteiya Pak, seperti janji Allah swt.
DeleteMemaafkan dan melupakan = berdamai dengan diri se diri agar hidup ikut terasa damai. Makasih kk.. tulisannya bagus sekali ^_^
ReplyDeleteSama-sama. Satu-satunya cara agar hidup damai, yah memaafkan dan melupakan
DeleteWah dalam sekali perasaan yang muncul dari tulisan ini. Sehat terus ya mba
ReplyDeleteAamiin, terima kasih ya. Sehat juga buat mbak
DeleteSaya malah salah fokus, eh maaf bun. Tapi agak unik yah, peristiwanya bisa berpola begitu.
ReplyDeleteOiya saya juga pernah baca, kalau otak kita bisa mendistorsi kenangan2 buruk.
Sehat selalu bunda, and keep inspiring :)
Aamiin. Terima kasih
DeleteSalah fokusnya kemana?
DeleteApakah ini sama artinya dengan Tujuh Purnama hahahaa... sorry canda. Tapi memang ya, hijrah itu adalah berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sama halnya dgn mengubah perilaku yg buruk ke yang lebih baik
ReplyDeleteBisa tongji disebut tujuh purnama di hehehe....
Delete