“Musa berkata kepadanya, “ Bolehkah aku
mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah
diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”
(QS:
Al Kahf: 66)
Saat
pertama kali melihat agenda kegiatan IGI di grup SAGUSAKU, terbersit di hati
kecil saya, “bisakah saya mengikuti kegiatan tersebut?”
Setelah
beberapa hari saya menyimak informasi-informasi di grup komunitas IGI, maka
saya memutuskan untuk ikut terlibat dalam kegiatan itu. Ini adalah kegiatan
awal saya di IGI pada tahun 2018.
Kegiatan
penting yang akan IGI lakukan pada tanggal 5-7 Januari 2018, adalah: 1) Temu Nasional
dan Pengukuhan Pelatih Nasional IGI; 2) Presentasi Kanal Pelatihan IGI; dan 3) Pemecahan
Rekor Muri “Guru Menulis dengan Metode Menemu Baling.”
Pengukuhan 300 Pelatih Nasional IGI
Menjadi
pelatih di IGI bukanlah impian awal saya apalagi menjadi target utama. Bergabung
di Ikatan Guru Indonesia (IGI) saja sudah memberikan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri. Sebagai guru yang
sudah puluhan tahun mengabdi, saya membutuhkan wadah yang mau menampung
aspirasi saya dan aspirasi seluruh guru di Indonesia tanpa membeda-bedakan
status dan jabatannya, dan di IGI saya menemukan itu.
Saya
bisa belajar dengan siapa saja dan kapan saja tanpa perlu menyiapkan dana yang
banyak. Saya bisa mengapresiasikan pengetahuan yang saya miliki tanpa sungkan
karena IGI memiliki prinsip sharing and growing together atau
berbagi dan tumbuh bersama. Karenanya kami membangun kebersamaan dan saling menguatkan agar kami tumbuh bersama
demi kejayaan pendidikan di Indonesia.
Karena
itulah saya selalu bersemangat, manakala ada kegiatan di IGI sekalipun
tempatnya jauh dan membutuhkan biaya yang dirogoh dari kantong sendiri.
Di
bandara Sultan Hasanuddin, saya yang sudah janjian dengan dinda Mira Pasolong,
wakil ketua PP IGI akhirnya bertemu. Ternyata ada pula Pak Awal Syaddad dan Pak
Basri Lahamuddin, jadi kami berempat berangkat bersama menuju Jakarta, tempat
pelaksanaan tiga kegiatan tersebut akan berlangsung.
Kurang
lebih 2 jam terbang bersama Lion Air akhirnya kami tiba di Bandara Soekarno
Hatta, lalu meneruskan perjalanan ke Mess Provinsi Riau, tempat saya dan dik
Mira akan menginap. Mengapa ke Mess Riau, mengapa bukan Mess provinsi Sulawesi
Selatan? Niat saya nginap di sana, selain karena itu adalah pilihan dik Mira
saya juga ingin menjalin silaturahim dengan guru-guru yang berasal dari Riau.
Belakangan saya ketahui kalau yang menginap di Mess Riau bukan hanya guru yang
berasal dari Riau melainkan ada juga yang berasal dari Lubuklinggau.
Setelah
beristirahat, siang harinya kami bersiap-siap menuju kantor Kemdikbud tepatnya
di Gedung A, lantai 3 untuk mengikuti prosesi pembukaan temu Pelatih Nasional
IGI dan pengukuhan 300 pelatih nasional IGI.
Seperti
biasanya, acara dimulai dengan pembukaan oleh protokol, dilanjutkan dengan
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya tiga stanza disusul dengan lagu Mars
IGI. Kegiatan ini sedianya dibuka oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
namun karena beliau mendadak diundang bapak presiden untuk menghadiri rapat
terbatas, maka beliau diwakili oleh
Bapak Hamid Muhammad, plt Dirjen GTK.
Acara
dilanjutkan dengan pengukuhan 300 Pelatih Nasional IGI yang dikukuhkan langsung
oleh Ketua Umum PP IGI, Bapak Muhammad Ramli Rahim. Ada yang menarik dari
pengukuhan tersebut.
Prosesi pengukuhan itu saya rekam dan saya kirim ke suami saya. Jawabannya adalah, “IGI hebat ya … bersedia melatih atau menebarkan ilmunya dengan honor maupun tanpa honor.”
Sesaat kemudian, acara penyerahan sertifikat yang diserahkan langsung oleh Bapak Hamid Muhammad, plt Dirjen GTK. Dengan terus menebarkan senyuman manisnya, pak Hamid Muhammad menyerahkan sertifikat satu persatu ke 300 guru pelatih nasional IGI.
Prosesi pengukuhan itu saya rekam dan saya kirim ke suami saya. Jawabannya adalah, “IGI hebat ya … bersedia melatih atau menebarkan ilmunya dengan honor maupun tanpa honor.”
Sesaat kemudian, acara penyerahan sertifikat yang diserahkan langsung oleh Bapak Hamid Muhammad, plt Dirjen GTK. Dengan terus menebarkan senyuman manisnya, pak Hamid Muhammad menyerahkan sertifikat satu persatu ke 300 guru pelatih nasional IGI.
67 Kanal Pelatihan IGI
Mungkin
ada yang bertanya, 300 guru pelatih itu tugasnya apa ya? Apa saja yang
dilatihkan dan kepada siapa?
Jawabannya
ada pada kegiatan di hari kedua.
300
pelatih nasional IGI tersebut akan melatih guru-guru lainnya yang tersebar di
seluruh Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Olehnya itu, panitia
menyiapkan daftar daerah-daerah yang akan dipilih oleh kami sebagai tempat
menebarkan pengetahuan. Daerah-daerah tersebut pada umumnya bukan daerah yang berada di pusat-pusat kota, bahkan daerah
yang terpencillah yang diprioritaskan.
Sebenarnya
saya berniat memilih daerah-daerah tempat anak-anak saya bertugas atau
berdomisili agar sekalian bisa mengunjungi mereka. Sambil menyelam minum air,
sambil bertugas bisa melepas rindu sama anak hehehe … namanya juga usaha. Oleh
karena itu, daerah yang saya bidik adalah Bandung, Nabire, dan salah satu daerah di
Sulawesi Selatan, yaitu Sidrap.
Sayangnya
ketiga daerah itu tidak ada dalam daftar. Maka akhirnya saya memutuskan memilih
daerah-daerah yang ada di pulau Jawa saja. Kabupaten Karawang adalah pilihan pertama
saya, daerah ini kan masih berada di wilayah Jawa Barat, jadi tidak
terlalu jauhlah dari Bandung. Dua daerah lainnya adalah Banyuwangi dan
Temanggung.
Setelah
pemilihan daerah tempat kami akan melatih, acara dilanjutkan dengan presentasi
kanal-kanal pelatihan. Terdapat 67 kanal pelatihan IGI dengan menggunakan nama
pelatihan khas IGI, yaitu SAGU (Satu Guru) dan ditambahkan dengan nama jenis
pelatihannya. Seperti kanal pelatihan yang saya ikuti, yaitu SAGUSAKU (Satu
Guru Satu Buku).
Luar
biasa!
Dalam waktu kurang dari dua tahun. IGI sudah berinovasi membentuk
kanal-kanal pelatihan yang semuanya dibutuhkan oleh guru-guru Indonesia, 67
jenis kanal pelatihan.
Karena
kanal pelatihan itu lumayan banyak, maka akan saya perkenalkan satu persatu
pada postingan khusus.
IGI
adalah suatu organisasi guru yang berorientasi pada peningkatan kompetensi
guru. IGI dengan prinsip yang disandangnya, sharing
and growing together akan berjuang menjawab tantangan masyarakat dan
pemerintah, yaitu menjadi guru profesional.
Sudah
lama guru-guru Indonesia disoroti, dipandang sebelah mata, dan bahkan dihina.
Mengapa?
Apa yang salah?
Semuanya
itu berawal dari rendahnya mutu pendidikan di negara yang kita cintai ini. Jika
ada anak yang bodoh, malas, dan bandel maka yang salah adalah gurunya. Jika
pendidikan kacau maka gurunyalah yang amburadul, bodoh, dan tidak pandai
mendidik.
SEDIH!
Walaupun
kami, guru-guru Indonesia berteriak dan mengatakan,
“Itu bukan salah kami saja, orangtua,
pemerintah, sistem dan bla .. bla… ikut bertanggung jawab!”
Namun
suara kami tertelan oleh riuhnya pemberitaan yang sudah terlanjur meng”hakimi”
kami. Itulah fenomena yang terjadi.
Maka
mau tidak mau, suka atau tidak suka, kami harus menerima. Tetapi bukan berarti
kami diam. Semoga bersama IGI kami guru-guru Indonesia dapat merubah wajah
pendidikan Indonesia.
Agar rakyat Indonesia menjadi bangga kepada gurunya.
Bunda kereeeen...
ReplyDeleteAlhamdulillah, lagi belajar jadi emak keren hhehe..
Deletehidup Guru!
ReplyDeleteMerdeka!
DeleteMutu pendidikan juga terkadang membingungkan ya Bunda. Ganti pejabat, akan ganti kebijakan, terus menerus seperti itu.
ReplyDeleteSemoga suksess selalu Bundaa
Yah begitulah adanya. Pemerintah kita masih dalam taraf coba-coba. Namun demikian kita tidak boleh putus asa, terus bergerak dan meningkatkan diri baik sebagai orangtua bagi anak-anak kita maupun sebagai bagian dari masyarakat Indonesia.
DeleteSaya setuju bahwa mutu pendidikan kita bukan sepenuhnya tanggung jawab guru. Tapi tak bisa dipungkiri ada oknum guru yang membuat mutu pendidikan kita krg bisa dipertanggung jawabkan. Sungguh menyedihkan, padahal masih banyak guru yang memberikan hatinya, bukan sekedar mengajar.
ReplyDeleteBegitulah kehidupan mbak, bukan hanya di dunia pendidikan ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dunia kesehatan, ada dokter yang tidak bertanggung jawab, dunia literasi juga ditemukan penulis yang menyesatkan, bahkan begitu banyak orangtua yang justru menjerumuskan anak-anaknya ke hal-hal yang tidak baik. Pokoknya di segala lini kehidupan, kita akan terus mendapatkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya. Tugas kita adalah berjuang mempertanggung jawabkan amanah yang telah diberikan Allah kepada kita. Terima kasih ya sayang sudah berkunjung.
DeleteInovasi yang bagus sekali ini ya Bu, selamat berjuang Bu Guru, semoga ilmunya berkah :)
ReplyDeleteAlhamdulillah. Aamiin terima kasih ya sayang.
DeleteSaya salut sama para guru, benar-benar dibutuhkan panggilan jiwa yang kuat untuk mengabdi dengan sepenuh hati. Semangat, Bunda!
ReplyDeleteTerima kasih sayang. Semoga semua guru Indonesia juga terus membenahi diri dan belajar untuk meningkatkan kompetensinya demi kejayaan pendidikan Indonesia.
DeleteMasya Allah Bunda..keren ini IGI dengan misi visinya. Semoga sukses dan dimudahkan serta dilancarkan apa yang dicita-citakan. Aamiin
ReplyDeleteAamiin. Terima kasih ya sayang sudah berkenan berkunjung di blog yang sederhana ini.
DeleteSaluuutt dengan bunda yang bangga dengan profesi gurunya. Saya suka melihat orang yang sangat menikmati profesinya. Memang jamak ya Bun kita dengar di luar kalau anak pintar bilangnya "anak siapa dulu dong?" Ketika anak bandel, pihak luar yang disalahkan, ya sekolah, ya guru. Semoga Allah membalas kebaikan Bunda dan para guru lainnya ya. Aamiin
ReplyDeleteAamiin, doa saya juga untukmu sayang. Yang pasti kita semua memiliki tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah kepada kita. Semangat juga yah.
DeleteDi keluargaku, rata-rata jadi guru, seperti sudah ada panggilan jiwa dan keturunan dari orang tua hehehhe 3 kakakku jadi guru juga. Salut sekali, mendidik anak sendiri tidak mudah apalagi ditambah mendidik anak orang lain.
ReplyDeleteAlhamdulillah. Katanya guru adalah salah satu pekerjaan mulia, semoga saja dicatat sebagai amal jariah. Aamin.
DeleteSukses teru bunda
ReplyDeleteTerpujilah wahai ibu guru ��
Ada banyak faktor mengenai hasil yang dilihat dari pembelajaran anak, tidak bisa tawwa semata guru yang disalahkan, harus ditelaah baik2 pi.
ReplyDeleteOya tabe', Kak. Riau ada 2 provinsi (dulu satu ji). Yaitu Prov Riau dan Prov Riau Kepulauan. Pekanbaru itu ibukota Prov. Riau. Kalo Prov. Riau Kepulauan ibukotanya di Batam ... tabe' hehe, berhubung saya pernah tinggal di Riau dan melahirkan si sulung di sana ^__^
Oh iye baru kubaca baik-baik, salahka dinda. Yang mau kutulis itu adalah Lubuklinggau bukan Pekanbaru. Terima kasih dinda. Segera saya perbaiki.
DeleteAda banyak stakeholder yang berperan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, diantanya adalah guru, orangtua siswa, dan lingkungan. Jadi sepakat jika dikatakan bukan tanggungjawab guru sepenuhnya
ReplyDeleteIyeh, walaupun demikian kita juga harus terus berbenah yah bu guru cantik
DeleteIya, padahal semua berperan serta dalam pembentukan karakter anak. Tapi kalau ada apa-apa, past guru yang dikambing hitam kan. Padahal perjuangan guru itu luar biasa sekali..
ReplyDeleteIGI keren..
ReplyDeleteSemoga program IGI bisa mensupport guru-guru di seluruh indonesiaaa