Judul Buku:
Selaksa Cinta Bakti Ananda
Penulis:
Alumni Sekolah Perempuan
Editor
dan Proofreader: Alumni Sekolah Perempuan
Cover: Dian Apsari
Layout:
Tim Najmubooks
Penerbit: Najmubooks Publishing
Cetakan Pertama Desember 2017
Buku
ini berisi kisah inspiratif dengan tema orang tua, ditulis oleh 68 orang
penulis.
WOW!
Apa yang menarik dari buku antologi ini?
Karena saya sebagai salah satu penulisnya maka tidak adil
dong, kalau saya katakan bahwa, buku ini sangat bagus. Karena itu saya hanya mau menuliskan
kembali tanggapan dari orang yang sangat berkompeten dalam dunia kepenulisan.
Berikut tanggapan mereka.
Berikut tanggapan mereka.
“Kisah-kisah yang membuat mata saya menitik, haru biru
selalu ada saat menceritakan keluarga dan alumni Sekolah Perempuan sukses menuliskannya
dengan sangat baik. Sebuah buku yang wajib Anda baca!”
(Indari Mastuti,
Founder Sekolah Perempuan)
”Kenangan kita dengan orang tua tak selalu semanis gula. Sepahit
apa pun cinta mereka, jejak ingatan tentang mereka tidak akan pernah hilang. Dalam
setiap tarikan napas sejak kita lahir di dunia, ada sentuhan mereka dalam
jiwa-jiwa kita. Alumni Sekolah Perempuan mengabadikan kenangan atas sentuhan
itu dalam bunga rampai karya bersama. Sungguh karya yang membuat saya
berkali-kali mengusap sudut mata.”
(Anna Farida – Kepala
Sekolah Perempuan)
““Teman, bicara
tentang kedua orang tua tercinta, kadang selalu ada bulir hangat mengalir dari
kedua pelupuk mata. Entahlah, kadang ada rasa bersalah karena belum cukup
berbakti dan maksimal membahagiakan mereka.
Atas dasar ingin
saling mengingatkan bakti kita pada orang tua tercinta, lahirlah antologi ini. Ditulis
oleh 68 alumni Sekolah Perempuan. Untuk anda yang ingin berbakti dan
membahagiakan kedua orang tua tercinta, milikilah buku ini! Bacalah! Anda akan
sadari, apakah anda sudah maksimal berbakti pada orang tua tercinta?”
(Ida Fauziah, Mentor
Sekolah Perempuan)
“Selaksa Cinta Bakti
Anahda, sebenarnya adalah kisah tentang semangat hidup manusia. Dalam kegagalan,
kepahitan, kerasnya perjuangan. Segala yang tak sempurna dalam sosok bernama
orang tua, namun mampu memberi makna pada kehidupan berikutnya.”
(Artha Julia Nava,
Certified Persoal Branding Strategist | Certified Social Branding Analyst |
Writing Mentor)
Saat buku ini berada di tangan saya, maka kebiasaan
saya kambuh, yaitu setiap kali akan membaca buku antologi maka saya membuka lembaran-lembaran buku dengan cepat dan berhenti sesuka saya (maaf yah…soalnya
bingung, darimana saya mulai membacanya).
Yap!
Saya ketemu satu judul “ Anak yang Hilang” karya Sri Widi Handayani Soekarno.
Profesi beliau sebagai Inspiring Family Coach dan terapis
mempertemukannya dengan orang-orang yang memiliki masalah. Kemudian penulis menceritakan tentang seorang bapak yang datang
berkonsultasi kepadanya. Cerita yang cukup mengaduk-aduk perasaan. Kisah tentang
kerinduan seorang bapak kepada salah
seorang anaknya yang pergi tanpa berita. Si bapak datang kepada penulis dengan
satu tujuan, “ingin didengarkan.”
Itu
hanya satu contoh kisah yang ada di dalam buku ini. Masih ada 67 kisah lainnya yang tidak kalah seruh, indah,
syahdu, dan haru biru. Pokoknya membaca buku ini akan membawa kita menyelam ke
dasar hati lalu melambungkan kita menuju alam pikiran kemudian berakhir pada pelangi kehidupan. Penuh warna.
Oh
iyah, di dalam buku ini saya menulis tentang bapak, laki-laki pertama yang saya
cintai dan selalu menjadi inspiratif. Beliau bukanlah laki-laki sempurna, namun
dalam keterbatasannya saya justru mendapatkan pelajaran kehidupan.
Hidup tidak selalu nyaman tetapi selalu bermakna
Berikut
sedikit tulisan saya tentang bapak yang berjudul “Buta Mata Tak Buta Hati.”
“Bapakku yang buta tidak pernah mengeluh. ”
Jika penglihatanmu diambil oleh Allah, bisa jadi Allah menghukum matamu karena
telah lalai melihat kebesaran Allah, atau mungkin Dia memelihara pandanganmu
dari melihat maksiat. Bapak tidak tahu, mataku ini berada dalam kategori yang
mana, tetapi aku bersyukur karena Allah sudah memberiku kesempatan melihat
ciptaan-Nya.” Ucapan beliau itu tidak pernah hilang dari ingatan.”
“Jangan risau anakku, Allah selalu menanti
kedatangan hamba-Nya, jika engkau berjalan ke arah-Nya maka Dia akan berlari ke
arahmu.”
Masihkah Anda ragu
memilikinya?
Ga sabar ni untuk baca bukunya...buku nyampe dirumah yang punya masih liburan hahaha
ReplyDeleteSaya udah punya mbak, duh membaca buku ini tu bikin banjir air mata....
ReplyDeletewaaahh keren nih bukunya mba
ReplyDeleteJadi penasaran dengan isi bukunya
ReplyDeleteIni tipe buku yang menguras air mata, benar kan mbak? Penulisnyabalumni SP. Pasti keren punya nih
ReplyDeleteSaya masih pengen ikut SP. Belum kesampaian
ReplyDeleteJadi penasaran ingin baca.
ReplyDeleteKeren judul tulisan bu Dawiah di antologi ini?
ReplyDeleteYa Allah teharuku baca. In syaa Allah tempat terbaik untuk bapak ta', Kak Dawiah karena sudah begitu bersabar. Sebab kata guruku, orang yang dicabut penglihatannya biasanya susaaah sekali bersabar. Luar biasa kalau bisa bersabar.
ReplyDeleteJadi penasaran baca buku ini ^_^
ReplyDeletePenasaranka pen baca bun, kayaknya berkesan sekali, kalau liat dari komentar-komentarnya pembaca. Biaa menyentuh sisi-sisi kehidupannya orang yang baca 😍😍
ReplyDeleteBukunya keren, bacanya terbawa arus perasaan. Setuju ma quotesx"Hidup selalu bermakna"
ReplyDeletePengen deh rasanya punya karya yang dibukukan jugA, kayak bunda Dawiah.
ReplyDeleteItu gimana caranya ya?
Cerita-cerita tentang orangtua dan anak selalu bikin tersentuh, malah kadang berderai-derai airmata. Jadi penasaran sama bukunya, kak...
ReplyDelete