Sudah lama saya tahu tentang kesusahanmu, kekurangan uang sudah biasa bagimu. Tetapi saya yakin, engkau tidak menderita. Seperti katamu selalu kepada saya, sejak tujuh tahun lalu, saat kita bertemu dan bekerja sama dalam satu pekerjaan.
Bahwa kekurangan finansial bukanlah alasan untuk tidak bahagia. Seperti katamu, “Saya memang melarat tetapi saya tidak menderita.”
Begitu
luas hatimu menerima segalanya, saya pastikan itu adalah bentuk keikhlasanmu
menerima takdir, karena engkau tidak pernah berhenti seharipun untuk bekerja, berusaha
memperbaiki nasib yang engkau anggap sebagai hadiah dari Tuhan.
Hingga
berita sakitnya pasangan hidupmu, engkau masih saja tegar menghadapinya. Selalu
minta izin pulang lebih awal. Saya maklum dan berusaha memahami keadaanmu.
Setiap saya tanyakan berita tentang keadaan isterimu, engkau hanya tersenyum tipis. Anehnya
engkau menyentuh bahuku sambil berkata, “tenang saja Bu, dia baik-baik saja,
hanya sakit biasa.”
Satu
hal yang membuat saya kagum adalah dirimu yang pantang berkeluh kesah dan mengemis
perhatian. Engkau tetap tegar, berdiri dengan dada tegap, walau saya tahu ada lara
yang teramat dalam di matamu.
Hingga
kematian itu datang, memisahkan dirimu dengan pasangan hidupmu. Saya datang
melayat. Tak sedikitpun saya melihat air matamu, namun sekali lagi saya sangat yakin,
bahwa laramu kali ini sudah semakin mendalam. Yang terlihat saat itu adalah
matamu yang sendu dengan senyuman tipis bahkan sangat tipis, nyaris tak
berbentuk.
Engkau
merengkuh anak-anakmu dengan senyuman getir, berusaha membenanmkan isak
tangisnya. Padahal saya tahu engkau sendiri sangat susah menepis dukamu.
Sebulan
telah berlalu. Tiba-tiba malam ini engkau datang dengan mata layu, menyimpan
sedih teramat dalam. Engkau marah, sangat marah. Saat saya datang menyentuh
bahumu, mengusap dadamu, engkau menyeringai. Saya tidak perduli, saya tidak
takut, karena saya yakin, malam ini engkau tidak marah kepada saya. Kau hanya kecewa
atas sepimu juga lelahmu yang seakan tiada bertepi.
Bersabarlah Dik
Kau
telah melewati separuh hidupmu dalam ketegaran dan kesabaran, jangan berhenti.
Pupuk terus benih-benih ikhlasmu, tidak banyak yang bisa sepertimu, juga
diri saya. Saya tidak yakin akan mampu menyaingi keteguhan dan kesabaranmu. Maka
janganlah kau rusak itu.
Biarlah
kelelahan itu datang, toh engkau masih bisa istirahat sejenak.
Biarkan
sepi itu datang menyelisik ke relung hatimu, tetapi jangan biarkan terlalu lama,
nikmati sejenak dan hempaskan! Jangan biarkan sepi bersemayam terlalu lama
dalam kalbumu.
Maafkan bila saya menulis tentangmu, karena hanya dengan inilah saya akan mengenang dirimu, bahwa di suatu masa saya pernah memiliki saudara sekaligus sahabat yang selalu menjadi inspirasi bagi saya, membuat saya selalu bersyukur, dan sekaligus bersabar manakala mengalami suatu masalah maupun musibah.
Memahami adalah lebih baik
ReplyDeletebegiti tegarnya adikmu mba, semoga kebahagiaan segera menghampirinya.
ReplyDeleteBelajar bisa dari mana saja, termasuk dari adik, orang yang secara umur lebih muda dari kita.
ReplyDeleteSemoga orang-orang yang kita sayangi mendapat nikmat dan kebahagiaan yang berlipat ganda setelah kesedihan dan ketidaknyamanan sebelumnya. Amin
Kisahnya menyentuh sekali mba...
ReplyDeleteBerunting sekali punya adik yang luar biasa sabar ya mbak.
ReplyDeleteyaps dia menjadi guru kehidupan bagi siapapun yang mengenalnya.
DeleteSemoga adiknya selalu diberi kekuatan dan ketegaran oleh Allah ya Mbak...Aamiin
ReplyDeleteAmin allahumma amiin
DeleteTiba-tiba ada yang menggenang di mataku. Semoga Allah selalu melindungi dan memberikan kemudahan untuk segala urusan adiknya ya Mba
ReplyDeleteAamiin ya Rabbal alamiin
Deletesaya jarang membaca tulisan dengan POV2 seperti ini, Mbak. Menyentuh sekali. Adik yang tangguh dan menginspirasi, ya
ReplyDeleteIya mbak, padahal dia adalah mantan siswa saya, tetapi dia jauh lebih dewasa dalam menangani masalahnya. Terima kasih sudah meninggalkan jejak.
DeleteBenar-benar menyentuh hati
ReplyDeleteBenar-benar menyentuh hati
ReplyDeleteApalagi kalau kenal langsung sama orangnya mbak.
DeleteCeritanya menginspirasi, dituliskan dengan begitu mengalir. Keren kak!
ReplyDeleteTerima kasih dinda sudah berkenan singgah.
DeleteMasyaallah..
ReplyDeleteKesedihan itu sangat jelas tergambar dalam tulisan mbak
Saya kok ikut sedih ya bacanya. Semoga saudaranya dikuatkan dan dimudahkan ya mba
ReplyDelete