Bismillahirrahmanirrahim.
Saat tali silaturahim tiba-tiba kusut
karena informasi yang ditelan bulat-bulat, padahal informasi itu belum tentu
benar maka saat itu pula syetan dan seluruh pasukannya berpesta pora. Merayakan
kemenangan atas kebodohan manusia.
Semua itu adalah tipu daya syetan,
makanya Allah swt memperingatkan kita melalui ayatnya,
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS:
Al Hujurat:6).
Periksa…. Periksa…dan Periksa.
Apakah Tabayyun itu?
Menurut ahli bahasa, pengertian tabayyun
dari aspek bahasa mencakup tiga pengertian, yaitu:
1. Mencari kejelasan suatu berita maupun
suatu masalah hingga masalah itu benar-benar terungkap dengan jelas.
2. Berhati-hati dalam menanggapi
3. Tidak tergesa-gesa menarik suatu
kesimpulan.
Apakah
akibatnya jika kita tidak tabayyun?
Ingatlah ketika isteri Rasulullah saw,
Aisya ra yang dituduh serong oleh Abdullah bin Ubai bin Salul. Walaupun hal itu
tidak benar, namun Aisyah ra yang suci itu tetaplah menjadi stress. Karena hampir
separuh penduduk Madina mulai percaya dengan berita itu.
Untunglah beliau adalah isteri Rasulullah
saw, sehingga Allah swt membelanya secara langsung melalui Al Qur’an, surah
An-Nur ayat 11-16.
Allah swt menjelaskan dan
memperingatkan kita.
“… jangan mengulangi seperti itu
selama-lamanya, jika kamu orang yang beriman.” (QS. An-Nur: 17).
Itu isteri orang termulia di dunia.
Lalu kita? Siapa kita?
Bukan siapa-siapa, kita hanyalah
makhluk yang lemah, makhluk yang selalu bermaksiat.
Maka tiada lain yang harus dilakukan
selain mengucapkan, Astagfirullah…astagfirullah..astagfirullah.
Karena hanya itu sajalah kemampuan
kita.
Apa lagi akibat jika kita tidak
tabayyun?
Akan timbul fitnah bahkan pertumpahan
darah.
Hii..ngeri kan?
Ingatlah kisah Usamah bin Zaid ra yang
telah membunuh salah seorang musuh yang sesaat sebelumnya mengucapkan Laa Ilaaha
Illallaah. Rasulullah saw marah kemudian bersabda:
“Hai
Usamah, mengapa engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa Ilaaha Illallah? Saya
jawab:” Dia mengucapkan itu hanya untuk melindungi diri”. Namun Rasulullaah saw
terus mengulang-ulang pertanyaan itu, hingga saya merasa belum pernah masuk
Islam sebelumnya. (HR. Bukhari).
(Dalam riwayat Muslim, Nabi saw
bertanya kepada Usamah.” Apakah kamu telah membedah hatinya?”).
Mengapa Manusia Sulit Tabayyun?
Apa penyebabnya?
1. Faktor orang tua yang tidak memberi
contoh. Jika anak biasa melihat dan mendengar orang tuanya tidak memiliki sikap
tabayyun, maka sikap itu akan meresap ke dalam jiwa anaknya, sehingga kelak
anaknya akan mengikuti perbuatan orang tuanya.
2. Terjebak dalam kepandaian berbicara. Karena
retorika yang bagus, kata-kata yang manis dan menarik maka bisa jadi kita
hanyut lalu terjebak dan tidak lagi memikirkan dan memeriksa kebenaran
kata-katanya. Itulah sebabnya Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya
kalian mengajukan perkara kepadaku, dan barangkali sebagian dari kamu lebih
pintar berbicara dengan alasan-alasannya daripada yang lain, maka
baarngsiapa yang aku putuskan dengan hak saudaranya karena kepintarannya bermain kata-kata, maka berarti aku telah mengambilkan untuknya sepotong bara api neraka, maka janganlah ia mengambilnya.” (HR. Bukhari)
baarngsiapa yang aku putuskan dengan hak saudaranya karena kepintarannya bermain kata-kata, maka berarti aku telah mengambilkan untuknya sepotong bara api neraka, maka janganlah ia mengambilnya.” (HR. Bukhari)
Tulisan
yang indah, kiasan-kiasan yang manis adalah bentuk lain dari kefasihan dalam
berbicara.
Apa
yang harus kita lakukan agar terhindar dari sikap tidak tabayyun?
1.
Mari
tingkatkan ketakwaan kepada Allah swt.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika
kamu bertakwa kepad Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan
antara yang hak dan batil) kepadamu dan mengampuni (dosa-dosamu). Allah
memiliki karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal: 29).
2.
Bergaullah
dengan orang-orang yang dewasa pemikirannya. Memiliki sikap kehati-hatian dan
tidak sungkan memperingati kita apabila kita lalai.
3.
Biasakanlah
untuk selalu berprasangka baik terhadap saudara seiman.
“Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat, tidak berbaik sangka
terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan
berkata. “ini adalah (suatu berita bohong yang nyata)”. (QS: An-Nur: 12).
Yang Paling Penting, Marilah Berdoa!
“Ya Allah yang Maha Mengetahui, berilah kami jiwa dan pikiran yang
tenang. Lapangkan dada kami. Karuniakanlah ketakwaan kepada kami agar kami bisa
membedakan antara yang haq dengan yang batil.”
saya sepakat mbak
ReplyDeletejangan hanya ketidaksukaan terhadap sesuatu maka kita menyebarkan hal2 bohong
think before post kan ya
Yap selalu berpikiran positif. Terima kasih sudah meninggalkan jejak.
DeleteTerima kasih, jadi diingatkan dan harus berhati-hati ketika menerima berita...
ReplyDeleteKita saling mengingatkan, kalau tidak bisa melalui lisan, maka dengan tulisan juga ampuh kok. Terima kasih sudah meninggalkan jejak.
Deletesemoga kita tidak mudah terpengaruh, karena kita tidak tahu apa maksud dibalik semua berita yang dengan cepat tersebar.
ReplyDeleteAamiin, tetap tabayyun ya mbak. Terima kasih sduah meninggalkan jejak.
DeleteAstaghfirullah... Tidak tabayyun maka bisa menimbulkan fitnah yang berarti dosa.
ReplyDeleteNice share, kk
Yes. Terima kasih sayang
DeleteNgeri ya Kak jika tidak menjadi orang yang suka tabayyun. Na'udzu billah
ReplyDeleteIyah bisa jadi fitnah. Padahal fitnah kan lebih kejam daripada pembunuhan.
Deletesepakat kak. di era sekarang di mana info datang dari mana-mana dan massif, harus ki memang selalu tabayyun atau cek dan ricek sebelum ikut menyebarkan.
ReplyDeleteJangan sampai terjebak hoax di
DeletePostingan yang menyejukkan hati dan kalbu. Kalau semua orang mau tabayyun dulu, indonesia jadi negara yang damai.
ReplyDeleteIya, dih kalo terbuai dengan kepandaian berbicara, mana poeng yang mendengar ndak membantah, ndak menanggapi juga, orang bisa terjebak dengan berbicara terus padahal apa yang dikatakannya omong kosong. Saya beberapa kali menyaksikan yang seperti itu. Duh, semoga kita tidak menjadi orang yang seperti itu dan selalu berusaha tabayyun.
ReplyDeleteTulisan ini juga terinspirasi dari perseteruan di grup wa yang saya ikuti, kemudian saya share. Alhamdulillah banyak yang tercerahkan.
DeleteBalik ke tulisan ini setelah hampir 2 tahun lalu pertama kali baca.
ReplyDeleteTabayyun itu juga bisa mencegah beredarnya hoax ya, bunda.
Iya yah, kita sama Niar dulu yang komen. Terima kasih sayang.
Deletebetul sekali bunda, memang itu sebelumki menyebar sesuatu haruski perjelas dulu kah jangan sampe hoaxji.
ReplyDeleteHoax samaji dengan fitnah. dan fitnah lebih keji dari membunuh.
DeleteKalau tidak tabayyun maka jadinya informasi hoaks yang kadang membuat gaduh dan perpecahan.. Dengan adanya tulisan ini bisa memberi sedikit pencerahan kepada masyarakat akan pentingnya tabayyun. .Saya juga baru tau istilah ini. .amat bermanfaat sekali..
ReplyDeleteSaya kadang-kadang lupa Tabayyun, bunda. Ketika ada masalah, gegabah menanggapi dan mengambil kesimpulan sendiri. Terimakasih, tulisan bunda sudah mengingatkan di pagi Senin yang basah ini. Jadi penyemangat juga untuk lebih melihat segala sesuatu dari sisi positifnya.
ReplyDeletemasya Allah terimakasih remindernya bunda
ReplyDeletepostingan begini jadi bikin syahdu juga
buat saya yang suka buka akun gosip ini hiks...
Baguski memang dishare ulang ini tulisan ta kak, relevan dengan keadaan saat ini. Hoax beredar tanpa mengecek lebih dahulu benar atay tudak, jempol dengan ringan langsung tekan tombol share. Yang penting duluan berbagi, belakangan pi baru diralat
ReplyDelete