Pilihanmu Tak Lagi Membuatku Cemas
Setelah tiga bulan masa karantina berlalu, dia sudah diperbolehkan pulang sekali sepekan. Saat-saat itulah yang selalu aku nantikan. Setiap dia datang, bapaknya selalu bertanya tentang keadaan dirinya, apakah dia mendapatkan penyiksaan dari seniornya, apakah dia di-bully, dan sebagainya.
Ajaib,
anakku yang satu ini tidak pernah sekalipun mengeluh apalagi melaporkan
keadaannya kepada kami, pertanyaan-pertanyaan bapaknya hanya dijawab dengan
senyum penuh arti.
Tetapi
aku tahu, bahwa dia banyak mengikuti latihan fisik, terlihat dari kedua
tangannya yang mengeras, terutama terlihat pada otot-otot lengannya. Aku tidak
mau menanyakan pertanyaan seperti pertanyaan bapaknya, tetapi aku punya cara
lain untuk mengorek informasi darinya.
Aku
mengelus-elus lengannya sambil berkata, “ini lengan kamu tambah kekar, badanmu
semakin tegap, bagus yah latihannya.”
“Iya
Mama, setiap hari kami olahraga.” Jawabnya sambil memamerkan lengannya.
Semua
kejadian yang dialaminya selama masa itu, disebutnya sebagai latihan untuk
mengasah mentalnya, kedisiplinannya, dan menambah kekuatan fisiknya.
Sekalipun
sistem pendidikan di ATKP berupa semi militer, dengan sebutan bagi siswa-siswi
taruna/taruni, aku tidak perlu mencemaskannya. Karena aku tahu, dia menikmati
semua proses dalam masa pendidikannya.
Program
Pendidikan D.III Teknik Navigasi Udara yang menjadi pilihannya yang
dilaksanakan selama tiga tahun sebentar lagi akan berakhir. Hasil gemblengan
dari pembimbing dan dosen-dosen di ATKP telah banyak mengubah dirinya. Mulai
dari fisiknya, cara makannya hingga caranya berjalan.
Satu-satunya
yang tidak berubah adalah senyum manisnya yang selalu kurindukan.
Baca juga; Pilihanmu Membuatku Cemas Part 2
Baca juga; Pilihanmu Membuatku Cemas Part 2
Praktik ke Bandung
Bandung
adalah pilihannya untuk praktek, selama tiga bulan, dia akan berada di Bandar
Udara Internasional Husein Sastranegara. Dia semakin dewasa, tumbuh menjadi
pribadi yang mandiri, walaupun demikian dia masih mendiskusikan tempat
prakteknya, dan usulanku diterima. Bandung.
Mengapa
aku memilih Bandung? Karena di sana ada kakaknya yang akan membantu dia
manakala memerlukan sesuatu. (Eh … ternyata aku masih mencemaskannya).
Akhir dari Perjuangan
Ini adalah saat-saat
terakhir dari perjuangannya selama tiga
tahun. Dia semakin sibuk dengan urusan laporan hasil prakteknya selama tiga
bulan dan penyusunan tugas akhir hasil penelitiannya.
Hingga tepat tanggal
7 September 2017, dia diwisuda di Curug Tangeran. Lebih tepatnya disebut
Pelantikan Perwira Transportasi.
Aku tidak dapat lagi
membendung rasa haru, suka, dan kebanggaan atas perjuangannya. Dia lulus dengan
sangat memuaskan. Bentuk atas kesyukuran itu, kami bertiga, aku, bapak, dan
kakaknya datang mendampingi prosesi pelantikannya.
Ini adalah pengalaman
pertama kami. Bagi yang biasa mengikuti proses pelantikan semacam ini, mungkin itu
adalah hal biasa, tetapi bagi kami adalah peristiwa yang luar biasa. Juga bagi
sebagian besar orang tua taruna, tampak dari sinaran-sinaran kebahagiaan yang memancar
dari setiap mata para orang tua, juga senyum semringah yang tiada henti-hentinya.
Tidak sedikit yang
mengusap air mata haru. Puncaknya adalah ketika para orang tua diperkenankan
maju ke lapangan untuk mencari anaknya dan mengalungkan plakat ke leher
anaknya.
Kami berlarian
memasuki lapangan dan mencari anak kami. Saat menemukannya, aku tidak dapat
lagi membendung kebahagiaan dan keharuan, aku memeluknya sangat erat. Dan
seperti biasanya, dia balas memelukku sambil tersenyum kalem.
Satu lagi keberhasilan
dalam mengasuh, membimbing, dan mendampingi putraku. Walaupun jalan yang akan
ditempuhnya masih sangat jauh, namun paling tidak satu episode baru telah
rampung diselesaikan dan akan menuju episode-episode berikutnya.
Semoga ini awal
keberhasilan-keberhasilan selanjutnya.
Selalu kuingatkan,
bahwa setinggi apapun pencapaian pendidikanmu, pekerjaanmu belumlah apa-apa
jika dibandingkan pencapaianmu dalam meraih ridho-Nya. Karena sesungguhnya
mendapatkan ridho Allah swt jauh di atas segalanya.
Maka ketahuilah, anakku!
Puncak dari
kepuasanku dalam mendidik dan mendampingimu adalah ketika kalian wahai anakku
menjadi anak soleh, seperti doa-doaku di setiap akhir salatku, di keheningan
malam dalam sujudku.
"Robbi hablii minash shoolihiin.”
“Ya
Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh.”
(Q.S. Ash-Shaffaat: 100).
Si bapak begitu sayangnya sampai khawatir. Sang anak tahu bagaimana menghadapi orang tua yang terlalu khawatir.
ReplyDeleteBetul, ia selalu menghibur kami dengan senyumnya.
DeleteMasya Allah, terharu bacanya kak 😢
ReplyDeleteSemoga sukses selalu buat anak ta.
Aamiin. Terima kasih yah dek
DeleteAduh mbak merinding saya bacanya, antara ingat masa lalu dengan ibu yang telah tiada dan juga menyongsong masa depan dengan putra putri kami. Semoga sukses selalu menyertai putranya ya mbak, doakan juga agar kami bisa mendidik putra putri kami dengan baik dan bisa menjadi kebanggan kedua orang tuanya amin
ReplyDeleteAamiin, semoga kesuksesan juga menyertai mbak dan anak-anaknya. Semoga jadi anak saleh dan saleha. Aamiin.
ReplyDeleteSalam kenal mba...
ReplyDeletesalam kenal juga Mbak
DeleteTerharuku padahal hanya membaca, apalagi kita' yang mengalami. Baarakallahu fiikum, bahagia ki' semua sekeluarga. Semoga saya juga bisa menantarkan anak-anak menjadi orang-orang yang shalih(ah)
ReplyDeleteAamiin. Doa dan ikhtiar ituji yang saya lakukan Dek.
DeleteSaya terbawa suasana kak, ingatan saya pada almarhum bapak semakin kuat. Sukses dan bahagia selalu untuk kita semua.
ReplyDeleteAamiin. Sukses juga buat Enal yah. Jangan lupa selalu kirimkan al fatihah untuk almarhum bapakta.
DeleteSelamat kak eh Bunda hehehee.. Pasti bangga sekali yah. Tapi salut sama anaknya yang tidak mengeluh dengan prosesnya. Karena jujur aja pengaderan kampus aja gemblengannya ampun-ampunan. Tapi bener, aku dulu disiksa senior tapi sekarang gak pernah menyesal, justru merasa memang saat itu saya perlu digembleng.
ReplyDeleteDeh kakaaa menangis ka baca ini. Utamanya saat moment mencari ananda untuk dikalungi plakat. Banggata iti sebagai orang tua di kakaa. Selamat yaa. Semoga Allah terus memuliakan kaka dan keluargan Aamiin Allahumma Aamiin.
ReplyDeleteApalagi yang langsung menyaksikan, deh terharu sekali. Aamiin terima kasih doata Dek. Doa yang sama untuk anak-anakta.
DeleteSelamat ya Bunda telah mengantarkan anaknya melewati satu phase kehidupan. Semoga ilmu yang didapatkan ananda menjadikanya orang yang bermanfaat bagi banyak orang
ReplyDeleteAamiin. Terima kasih yah Dek
Deletesaya jadi mewek membacanya. teringat ibu yang kalau ditanya apa resep membesarkan anak-anaknya sepeninggal ayah alm, jawabnya: setiap malam saya doakan kalian kalau salat ka.
ReplyDeletemakasih Bunda.
Karena itulah senjata paling ampuh, doa dan doa.
DeleteAlhamdulillah, usahanya menempuh pendidikan selama ini tidak sia-sia..akhirnya dilantik ya Bunda.
ReplyDeleteTerlihat sekali bagaimana raut wajah semuanya di foto itu..bahagia :)
Bunda Yang Hebat!
ReplyDeleteSeperti itulah awal kata saya untuk kak Dawiah dlm mengapreasiasi tulisan ini. Selamar atas segala pencapaian menggirik anak mencapai kesuksesannya.
Terharu bacanya ka.
Allhmdulillah. Sdah dua Thun berlau, nda dirasa ya kak. Kmarin barusan baca ceritanya Fandi, skarang baca cerita anak yg satunya lagi. Ini anak yg kberapa kak, klo boleh tau?
ReplyDeleteSmoga sukses terus untuk smua anak2nya kak 🙏
Ya Allah kak terharu sekali saya baca ini apalagi moment dimana kita mengalungkan plakat ke leher anakta. Semoga sukses selalu anaknya bundaa dan selamat juga untuk bunda!💜
ReplyDeleteSelamat bunda dan kakak. Banggangnya mi itu di' palagi pas moment ngalungi plakat heuh heuh ~ Saya suka baca tulisanta, seolah-olah sedang baca novel heheh. Sehat selalu bunda 😘
ReplyDeleteanaknya bunda yang ini beda dengan tulisan sebelumnya di budna yang anakta masuk unhas?
ReplyDeletebtw selamat yah bunda atas wisuda anaknya mudah-mudahan sukses selalu, amiinn