Masih
ingat peristiwa kurang lebih tiga tahun lalu, tepatnya saat putra ketiga
saya lulus dari SMK. Semangatnya untuk
melanjutkan sekolah sangat tinggi, hingga hampir semua perguruan tinggi di Indonesia dia telusuri, namun
yang paling dia minati adalah ATKP.
Saya
tidak yakin dengan pilihannya itu, lebih tepatnya sih ... saya yang tidak yakin,
bukan karena saya meragukan kemampuannya melainkan saya meragukan mental dan ekonomi saya, sanggup nggak yah membiayai
kuliahnya, karena dari beberapa informasi yang saya dengar, biaya pendidikan di
ATKP itu mahal.
Saya
juga kurang informasi tentang akademi tersebut. Maka mulailah saya berselancar,
mencari informasi tentang akademi itu. Dari hasil pencarian cepat di
google, saya menemukan informasi berikut.
ATKP Makassar adalah singkatan dari Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan. Kampus utamanya
atau kampus I terletak di Kabupaten
Maros, tepatnya di JL Poros Makassar Maros KM 25 Maccopa-Sulawesi Selatan.
Masih dari om google saya mendapatkan informasi tentang kampus II (waktu itu, masih tergolong kampus baru), yaitu terletak di Kecamatan Bringkanaya kelurahan Untia, jalan Salodong Makassar 90532.
Hanya sebatas itu, maka saya sarankan
untuk mendaftar pula ke perguruan tinggi lainnya, sebenarnya di hati kecil ini
berharap ada anak saya yang mau menjadi guru, tetapi rupanya dia tidak
berminat. Yah sudahlah yah, apapun cita-citanya saya harus mendukungnya.
Semangat
Mengikuti Tes
Juli
2014, saya lupa tepatnya tanggal berapa, yang saya ingat, dia datang membawa
kabar atas kelulusannya pada tahap pertama, yaitu tes akademik. Maka mulailah
serangkaian persiapan dia lakukan. Semuanya dia lakukan sendiri, saya cukup
menyiapkan dananya.
Jujur,
waktu itu saya hanya mendoakan sekedarnya saja, karena sebenarnya saya agak
cemas dengan pilihannya itu. Apalagi mendengar berita tentang sekolah yang
basisnya sama dengan ATKP, adanya penyiksaan senior kepada yuniornya, hingga
berujung pada kematian.
Saya
pasrahkan semuanya kepada Allah swt sambil berdoa, “Ya Allah, jika pilihan anak
saya itu, baik di mata-Mu dan Engkau ridhoi maka mudahkanlah dan jika
pilihannya itu tidak baik, maka limpahkanlah kesabaran padanya untuk menerima
keputusan yang dia tidak inginkan.”
Pertengahan
Ramadan 1435/Juli 2014, dia mengikuti tes fisik. Masih sangat jelas dalam
ingatan, dia pulang dari tes dalam keadaan yang sangat payah hampir pingsan.
Begitu payahnya sehingga dia tidak bisa lagi melangkahkan kakinya ke masjid
untuk salat Jum’at. Dia mengikuti tes fisik, berlari mengitari lapangan
sebanyak 10 kali putaran dalam keadaan berpuasa. Bukan hanya itu, masih ada
beberapa tes fisik lainnya, dia enggan memberitahu saya.
Katanya;
“Mama tidak perlu tahu, apa saja tesnya nanti mama cemas.”
Ini
membuktikan semangatnya yang luar biasa
untuk mencapai impiannya, kuliah di ATKP. Maka tidak ada alasan lagi
bagi saya untuk mencemaskannya, saya harus mendukungnya sepenuh hati.
To be
continue …
Sumber
Foto gedung ATKP: http://www.skyscrapercity.com/
Seru ceritanya Bunda..Nunggu lanjutannya saya..:)
ReplyDeleteAah..jadi penasaran dengan lanjutannya kak! 😄
ReplyDeletebegitu ya jadi orangtua memang selalu mencemaskan anaknya huehehhe saya juga dulu suka ditanya2 soal ujian cuma say ajawab saja dengan "bagus jii ma,,,paa.." hahahaha
ReplyDelete