Judul Buku: Metamorfosis
Kura-Kura
Penulis: Edi Sutarto
Penyunting: Dampriyanto
Perancang Sampul: Sandy Ramadhan
Tata Letak: M. Sharifudin
Penerbit: Masmedia Buana
Pustaka
Cetakan pertama, Desember 2015
Apa yang menarik dari buku ini?
Pertama
kali melihat sampulnya, terus terang saya tidak tertarik. Tidak tertarik karena
gambarnya yang tidak jelas. Antara gambar wajah manusia dengan kura-kura,
antara gambar wajah yang tersenyum, cemberut dan sedih. Ini sampulnya gambar
orang atau kura-kura sih?
Ah..yah,
ini pasti gambar kura-kura, kan judul bukunya metamorfosis kura-kura. Judulnya
ciamik mengundang tanya, apakah kura-kura bermetamorfosis?Baiklah! Sebaiknya saya baca saja dahulu.
Membuka halaman pertama, mata saya tertuju pada testimoni dari Habiburrahman El Shirazy.
“Membaca kumpulan cerpen ini seperti
merasakan lezatnya saraba. Hangat, sederhana, lezat, menyehatkan, dan tidak
membosankan. Nilai-nilai edukatif diracik dalam cerita yang memikat. Enak
dinikmati seperti minum Saraba.”
Iii..keren
kan? Itu tanggapan penulis top bin keren lho. Penasaran? Sumpah saya juga penasaran!
Lalu buka lembaran berikutnya. Ada catatan Taufiq Ismail (Saya berani bilang, yang tidak kenal sama sosok ini, pasti tidak pernah nonton televisi, apalagi membaca).
Lalu ada rektor UNHAS, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA. Ada pula Prof Aris Munandar, M.Pd (rektor UNM Makassar), lalu ada Yudhistira Sukatanya dan yang tidak kalah kerennya, ada Asma Nadia.
Sambutan ditulis oleh seorang
penulis top, jangan baper yah kalau saya katakan, bahwa yang memberi sambutan dalam buku ini adalah
Helvy Tiana Rosa. Wuisss!
Melihat sekumpulan sastrawan hebat ditambah penulis-penulis keceh, maka jangan salahkan diri ini jika animo untuk membacanya semakin tak terbendung.
Terdapat 17 cerita pendek karena buku ini, memang ini adalah kumpulan cerita-cerita yang menarik. Cobalah baca salah satu judul cerpennya, Lapar Ayah.
Lapar Ayah. Sebahagian cerita dalam cerpen, Lapar Ayah ini sangat akrab bagi saya, juga semua guru di Indonesia. Kelakuan guru yang kelihatannya serius, rajin padahal sesungguhnya sibuk dengan diri sendiri, sampai-sampai dia tidak menyelisik setiap raut muka muridnya, bahwa dalam ketenangan murid-muridnya terdapat jiwa yang kacau balau.
Yang Tak Dikatakan Monyet.
Terdapat percakapan seru antara monyet dengan kupu-kupu yang menggambarkan
kegagalan suatu proses metamorfosis akibat ulah siswa yang sedang melancong.
Lagi-lagi kritikan pedas terhadap ulah sebahagian guru di negeri yang kita
cintai ini. Jleb banget, apalagi buat
saya yang berprofesi guru.
Bejo jadi Biji.
Kata ndeso cukup menggelitik, apalagi
saat ini yang lagi ramai dengan kata-kata ajaib itu. Ndeso! Saya bukan orang Jawa, tetapi sangat paham artinya. Barangkali
inilah yang disebut, "nama ndeso,
otak kota" (huaaa..saya terlalu
memaksakan). Tetapi itulah kenyataan dalam cerpen ini, seorang lelaki dengan
nama yang ndeso tetapi memiliki otak
cemerlang.
Metamorfosis.
Bercerita tentang guru yang sedang bermetamorfosis, hingga mampu mengepakkan
sayap-sayap indahnya. Sampai di sini, saya tertegun. Bercermin pada diri,
apakah saya telah menjadi kupu-kupu? Atau jangan-jangan sampai setua ini, saya
masih saja menjadi kepompong.
Lalu
akhirnya saya tak mampu lagi menuliskan setiap cerpen yang disajikan dengan
apik ini. Ceritanya beragam tapi makna yang tersirat di dalamnya adalah satu, menginspirasi.
Oh iyah ada satu cerita, oh bukan, tetapi dua sebelum saya akhiri.
Pertama,
cerita yang cukup lucu dengan akhir yang tidak dinyana. Onde-Onde dan Sarabba.
Cerpen kedua adalah: Ingin Jadi Kura-Kura.
Saat membaca cerpen yang menutup buku ini, ingatan saya seketika terbang dan hinggap pada satu wajah, sifat dan perangainya sama dengan Ibu Mardiah. Dan sayangnya, belum ada siswanya seperti dr. Fatir, membuat Ibu Mardiah ingin menarik kepalanya ke dalam batok tempurung rumahnya. Malu.
Jangan
salah yah, bukan Ibu Marda, hehehe…
Maka pantaslah apabila buku dengan jumlah halaman 104 ini diendros oleh sejumlah sastrawan, penulis dan para akademisi.
Jadi penasaran sama bukunya mbak...
ReplyDeleteAsyik mbak membacanya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf baru lihat komennya.
Deletekayaknya belum ka cocok baca buku begini hahahahah berat dii bund bagi saya ya hihih
ReplyDeletemauka mulai baca buku kembali iyya tapi novel ringan mo dulu
Bukanji novel ini sayang, kumpulan cerpenji
DeleteDari cover buku ini saya jadi sadar kalo bagian bawah Kura-kura itu ternyata mirip wajah manusia ya kak...
ReplyDeleteIya makanya saya tulis di awal. Dan itu memang kesan pertama saya
DeleteIya ya kak gambarnya kurang menarik. Tapi kan kita selalu tahu kalo dint Judge the book by the cover. Baca dulu baru tahu isinya yang terkadang sangat berbanding terbalik dengan sampulnya.
ReplyDeleteWah jadi penasaran sama buku ini... harganya berapa kakak?
ReplyDeletekayaknya isi buku yang dibaca bunda berat deh bagi indah. Tapi suka sih kalau dengar cerita dari orang yang udah baca
ReplyDeleteKakaaak, you are a beautiful butterfly :*
ReplyDeleteSemangat belajar ta' membuat kita' jadi kupu2 cantik. Trust me.
Metamorfosis kura-kura, saya kiran pelajaran biologi hehehee... ternyata cerpen pale. Bagus di' banyak.idenya. penasaram sm bukunya
ReplyDelete"Bercermin pada diri, apakah saya telah menjadi kupu-kupu? Atau jangan-jangan sampai setua ini, saya masih saja menjadi kepompong" ahh ini jleb bangettt.. hikss..
ReplyDeletedari sampul saja bikin penasaran yah kak... penasaranqa mau baca kak..
Penasaran sama judul bukunya. Kura-kura.
ReplyDeleteCovernya unik ya. Kirain itu wajah orang :)
ReplyDelete