Saat
kita memasuki usia senja, yah usia sekitar lima puluhan ke-atas, seperti aku
saat ini, seharusnya kita sudah merdeka. Merdeka bukan karena dijajah
oleh seseorang. Tetapi merdeka dari segala jenis “penjajahan” yang bisa jadi
penjajahan itu sumbernya dari diri sendiri.
Apa
sajakah yang termasuk penjajahan yang sumbernya dari diri sendiri? Tiada lain
adalah pikiran negatif.
Yah,
pikiran negatif adalah penjajahan yang paling mengintimidasi jiwa
dan raga.
Cobalah
dibayangkan, saat kita sedang bersama sahabat yang lama tidak bertemu, tiba-tiba pikiran kita disusupi pikiran buruk.
“Ih, jangan-jangan dia sudah tidak menganggapku sahabatnya lagi.”
“Barangkali
dia sekarang malu bersahabat denganku karena aku tidak sesukses dia.”
Atau
bisa jadi kita sedang asyik-asyiknya bersama pasangan lalu pikiran buruk
itu muncul dan merasuk ke dalam hati, kemudian kita bertanya-tanya, “apakah dia
masih setia kepadaku?” Atau, “apakah dia tidak selingkuh, bukankah aku sekarang
sudah tua dan tidak memesona dia lagi?”
Luar
biasa capeknya kan?
Makanya,
segeralah merdekakan diri dari pikiran-pikiran buruk. Ciptakan habits untuk
selalu berprasangka baik kepada diri sendiri, berprasangka baik kepada suami, kepada saudara, kepada teman,
bahkan kepada musibah yang menimpa dan terutama adalah berprasangka baik kepada
Allah swt.
Rasulullah
saw bersabda yang artinya adalah:
“Allah ‘azza wajalla berfirman; “Aku
berada dalam prasangka hamba-Ku kepada-Ku.” (HR. Bukhari)
Jika
kita berprasangka buruk kepada Allah swt, berarti kita siap menerima hal buruk
berdasarkan prasangka itu.
Berprasangka
baik kepada diri sendiri adalah meyakini bahwa seburuk apapun rupa dan diri,
kita masih memiliki orang-orang yang menyayangi, mencintai, yaitu orang-orang
terdekat, suami, anak-anak, orang tua, saudara, dan teman-teman lainnya.
Bahkan
berprasangka baiklah terhadap musibah yang menimpa, karena bisa jadi musibah
itu adalah pencuci dosa bagi diri kita, atau bisa jadi musibah itu adalah awal
akan datangnya kebahagiaan.
Dan
aku telah membuktikannya saat musibah kebakaran menimpa keluargaku, rumah dan
seluruh isinya ludes terbakar. Masya Allah! Aku memang kehilangan harta benda tetapi anak-anakku
dan semua keluargaku selamat.
Lalu kami
saling menyemangati, saling menghibur dan yang paling penting kami berprasangka
baik kepada Allah swt.
Karena
andaikan kami tidak berprasangka baik kepada Allah, tentu kami akan mengutuk
musibah itu, tentu kami akan menyesali “hadiah” Allah swt untuk keluarga kami. Lalu
hikmah apa yang dapat aku petik?
Masya Allah, luar biasa. Entah dari mana asalnya, kami diberi rezki yang berlimpah hingga dapat membangun kembali rumah kami yang lebih bagus dari rumah sebelumnya, anak-anakku pun berjuang mencari pekerjaan demi membantu keluarga.
Masya Allah, luar biasa. Entah dari mana asalnya, kami diberi rezki yang berlimpah hingga dapat membangun kembali rumah kami yang lebih bagus dari rumah sebelumnya, anak-anakku pun berjuang mencari pekerjaan demi membantu keluarga.
Bukan
karena mereka berjuang dalam mencari pekerjaan yang membanggakanku, melainkan
rasa tanggung jawab yang mereka miliki terhadap keluarganyalah penyebabnya. Mereka menjadi
semakin dewasa, mereka semakin saling menyayangi. Dan bagiku itulah anugrah yang terindah.
Memesona
itu adalah merdeka. Merdeka dari ketergantungan secara finansial kepada orang lain, bahkan
kepada anak-anak kita sendiri. Anak memang harta kita, tetapi jangan lupa
mereka akan terus bertumbuh dan berkembang hingga suatu saat mereka akan memiliki
kehidupan sendiri saat mereka mulai membangun keluarganya.
Maka
alangkah terjajahnya diri jika diusia tua hanya menggantungkan harapan dan
bantuan finansial dari anak-anak.
Maka
sejak awal persiapkan diri sebelum usia tua tiba, sebelum kelemahan mendera, agar kita tetap merdeka secara finansial sehingga tidak membebani
anak-anak dan orang lain kelak.
Selagi
masih ada waktu, maka berjuanglah agar diri tetap memesona dengan merdeka. Dekatkan
diri kepada pemilik hidup agar rasa tak berdaya menjadi sirna, yakinkan diri
bahwa Allah swt sangat dekat kepada hambaNya, lebih dekat dari urat leher kita sendiri.
#MemesonaItu
#MemesonaItu
Post a Comment